Mengenal Ikat Tenun, Salah Satu Kecakapan Hidup SPNF SKB Sikka

Maumere, Ekorantt.com – Suasana pagi hari Jumat (20/5/2022) di kompleks Satuan Pendidikan Non Formal SKB Sikka tidak seperti biasanya.

Pantauan Ekora NTT, sekitar 20 peserta didik paket A setara SD berada di bawah rindangan pohon kersen sembari mendengarkan penjelasan mengenai Ikat Tenun dari Tutor Paket A, Maria Nerty.

Sosok perempuan luar biasa ini pun mulai menjelaskan dari proses memintal benang hingga menghasilkan sebuah sarung Sikka yang berkualitas.

Hari itu adalah jadwal pelaksanaan ujian praktik setelah 4 hari melaksanakan ujian teori.

Pelaksanaan ujian praktik setelah 4 hari melaksanakan ujian teori/Ekora NTT

“Sudah 2 tahun kecakapan hidup Paket A setara SD adalah Ikat Tenun. Para tutor mendorong generasi muda Sikka untuk mengembangkan budaya Ikat Tenun yang merupakan budaya sendiri,” kata Nerty kepada Ekora NTT Jumat (20/5/2022) di sela-sela ujian praktik.

iklan

Alumni SMA Negeri Nita ini mengemukakan, bangsa yang berbudaya adalah bangsa yang menjunjung tinggi tradisi leluhur.

Ikat Tenun, jelas Nerty, bukan hanya dilihat sebagai mata pencaharian untuk mendapatkan uang tetapi faktor budaya berupa pekerjaan turun-temurun dari Nenek Moyang yang harus diwariskan kepada generasi muda.

“Banyak anak muda yang hanya tertarik untuk menggunakan kain tenun saja tapi tidak tertarik untuk belajar menenun,” ujar ibu satu anak ini yang mulai menenun sejak usia Sekolah Dasar.

Senada dengan Nerty, Tutor Pengasuh Mapel IPS, Seni Budaya dan Prakarya Sirilus Maiku prihatin karena tren anak muda Sikka saat ini berbondong- bondong ke Sanggar Tenun hanya untuk menggunakan kain tenun, lalu foto dan mem-posting di jejaring sosial.

Hasil dari kecakapan hidup yang dipelajari/Ekora NTT

“Anak muda hanya mau mengenakan kain tenun tetapi kurang tertarik untuk belajar berkreasi dengan kain tenun,” ungkap pendiri Sanggar Budaya Kabor Mbali ini.

Untuk itu, selama 2 tahun, tutur Sirilus, life skill (kecakapan hidup) bagi peserta didik Paket A dilatih untuk menggunakan bahan lokal berupa perca kain sarung untuk pembuatan sendal, anting-anting dari sarung dan kalung dari sarung.

“Kita tanamkan kecakapan hidup yang betul-betul memberi nilai tambah untuk mereka agar memanfaatkan keterampilan mendapatkan uang,” imbuhnya.

Kepala SPNF SKB Sikka Yosefa Kolin sangat mengapresiasi life skill Paket A setara SD.

“Kecakapan hidup Ikat Tenun ini menonjol karena dapat menghasilkan hasil prakarya yang nyata maka para tutor harus meningkatkan lagi dengan menambah life skill yang bagus yang menjadi kebutuhan peserta didik saat ini,” harap Yosefa.

Bagi Waktu

Informasi yang dihimpun Ekora NTT, dari 20 peserta didik yang mengikuti Paket A setara SD ada 2 orang yang bekerja sebagai Cleaning Service di RSU TC Hillers Maumere, dua petinju wanita dan 2 orang buruh harian.

Merlandia dan Febriana Valentina yang bergabung di Sasana Pertina Sikka ini mengatakan, mereka betul-betul membagi waktu antara latihan tinju dan bimbingan di SKB Sikka.

“Bimbingan di SKB Sikka selama tiga hari terhitung hari Senin-Rabu sampai pada pukul 17.00. Waktu latihan tinju mulai pukul 17.20 hingga pukul 19.00,” ungkap Merlinda diamini Febriana.

Sementara hari Kamis dan Jumat, waktu latihan tinju disesuaikan dengan jadwal yang diberikan pelatih.

Sedangkan Januarius Arianto (25) membagi waktu di mana selama 3 hari bimbingan di SKB di sore hari, drop out SDI Misir ini bekerja pagi hari sebagai Cleaning Service.

“Saya bisa bagi waktu untuk bekerja dan bimbingan. Tuntutan saat ini di dunia kerja yang membutuhkan ijazah ini yang menuntut saya untuk memiliki ijazah kesetaraan SD, SMP dan SMA,” tutupnya.

TERKINI
BACA JUGA