Bank Indonesia: Ekonomi NTT Tumbuh 3,05 Persen di Tahun 2022

0

Kupang, Ekorantt.com – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat bahwa kinerja ekonomi Provinsi NTT masih menunjukkan ketahanan yang cukup kuat di tengah perlambatan ekonomi global dan kenaikan inflasi domestik.

Hal ini tercermin dari kondisi pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan IV 2022 yang masih tumbuh cukup tinggi sebesar 3,45% (yoy).

Dengan perkembangan ini, pertumbuhan ekonomi NTT tahun 2022 mencapai 3,05% (c-to-c), lebih tinggi dari capaian tahun sebelumnya sebesar 2,52% (C- to-c).

Kinerja ekonomi tetap kuat terutama didukung oleh berlanjutnya perbaikan permintaan domestik yang semakin tinggi. Perbaikan ekonomi NTT juga tercermin pada kinerja berbagai lapangan usaha yang tetap baik.

“Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2023 tetap kuat didorong oleh perbaikan permintaan domestik sejalan dengan terus meningkatnya mobilitas dan berlanjutnya penyelesaian Program Strategis Nasional (PSN),” kata Kepala BI Perwakilan NTT, Doni Heatubun melalui keterangan pers yang diterima Ekora NTT, Rabu 8 Februari 2023.

Namun demikian, ia mengingatkan dampak perlambatan ekonomi global terhadap kinerja ekspor dan potensi tertahannya konsumsi rumah tangga akibat kenaikan inflasi patut diwaspadai.

Dari sisi pengeluaran, terdapat beberapa komponen yang menunjukkan pertumbuhan positif seperti, pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi LNPRT yang tumbuh sebesar 1,94% (yoy) dan 3,26% (yoy).

Pertumbuhan yang tetap tinggi tersebut sejalan dengan kebijakan penyesuaian harga BBM yang dilakukan oleh pemerintah, serta adanya penyaluran bantuan sosial dan subsidi energi.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga positif karena meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat di tengah perayaan Natal dan Tahun Baru. Hal ini juga disebabkan aktivitas masyarakat yang terus membaik pasca-pencabutan kebijakan pembatasan seiring dengan terkendalinya kasus Covid-19.

Sementara itu, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, dan net ekspor masih terkontraksi masing-masing sebesar 5,15% (yoy), 0,05% (yoy), dan 10,35% (yoy).

Perlambatan tersebut bersumber dari penurunan belanja barang untuk Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN), dan deselerasi aktivitas konstruksi dan menurunnya realisasi belanja modal pada TW IV.

Dari sisi Lapangan Usaha (LU), hampir seluruh LU pada triwulan IV 2022 tumbuh positif. Pertumbuhan tersebut terutama ditopang oleh LU utama yakni LU Pertanian dan LU Perdagangan Besar dan Eceran. Pertumbuhan LU Pertanian didorong oleh kinerja produktivitas tanaman pangan yang meningkat sejalan dengan musim panen raya padi dan jagung, dan curah hujan yang kondusif selama triwulan berjalan.

Kemudian, akselerasi LU Perdagangan Besar dan Eceran terjadi seiring meningkatnya konsumsi pada momen Natal dan Tahun Baru di tengah pelonggaran kebijakan pembatasan dan pemulihan mobilitas masyarakat secara keseluruhan.

Menurut Doni, optimisme pemulihan ekonomi NTT diperkirakan terus berlanjut pada tahun 2023. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan meningkat, dengan asumsi permintaan domestik yang tetap kuat di tengah persiapan tahun politik, peningkatan kapasitas fiskal, pembangunan infrastruktur pemerintah, dan akselerasi investasi terutama melalui pembangunan PSN dan pengembangan infrastruktur pariwisata yang terus berjalan.

“Terpilihnya Labuan Bajo sebagai tuan rumah ASEAN Summit 2023 juga menjadi momentum mendorong pertumbuhan ekonomi NTT yang lebih baik lagi, khususnya melalui sektor pariwisata, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT,” tutupnya.

Puluhan Wartawan Gelar Aksi Demo di Gedung DPRD Sikka

0

Maumere, Ekorantt.com – Puluhan wartawan dari media cetak dan elektronik yang tergabung dalam Aliansi Wartawan Sikka (AWAS) melakukan aksi unjuk rasa di kantor DPRD Kabupaten Sikka pada Kamis (09/02/2023).

Aksi ini juga bertepatan dengan Hari Pers 2023. Peringatan Hari Pers mengusung tema ‘Pers Merdeka Demokrasi Bermartabat”.

Dalam unjuk rasa, AWAS memprotes pernyataan salah satu anggota DPRD Sikka dari Fraksi PAN, Philipus Fransiskus SS yang dinilai merendahkan martabat Pers (Media-Wartawan).

Pantauan Ekora NTT, massa aksi bergerak dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua dari Sekretariat Lenterapos pukul 08.00 Wita, menuju Gedung DPRD Kabupaten Sikka.

Massa aksi sempat berorasi di Bundaran Tugu Mof, dan selanjutnya bergerak menuju gedung DPRD Sikka. Di depan Gedung DPRD Sikka, massa aksi melakukan orasi sekitar 1 jam.

Kemudian pada pukul 09.00 Wita, massa aksi melakukan penyegelan kantor DPRD Sikka. Penyegelan dilakukan karena hingga pukul 09.00 WITA, Wakil Ketua DPRD Sikka, Yosef Karmianto Eri yang datang. Padahal undangan kepada Aliansi wartawan Sikka untuk Rapat Dengar Pendapat (RDP) adalah pukul 09.00 Wita.

Selanjutnya, Yosef Karmianto Eri meminta waktu 30 menit kepada massa aksi untuk menunggu, sembari dirinya menghubungi Philips Fransiskus.

Setelah Koordinator Lapangan (Korlap), Vianey Tinton, yang adalah Pemimpin Redaksi (Pemred) Lenterapos.com berkoordinasi dengan Wakil Ketua DPRD Sikka, Yosef Karmianto Eri dan Gorginius Nago Bapa, massa aksi akhirnya masuk ke dalam Gedung DPRD Sikka untuk berdialog bersama sejumlah anggota DPRD Sikka.

Rapat dipimpin oleh Gorgonius Nago Bapa dan berlangsung sekitar 45 menit. Dalam rapat tersebut, Aliansi Wartawan Sikka juga menyampaikan pernyataan sikap.

Usai Rapat, massa selanjutnya membubarkan diri. Massa aksi berjumlah 33 0rang terdiri dari 30 wartawan dari 26 media yang ada di Kabupaten Sikka., pemerhati media, Rini Kartini yang juga dosen Komunikasi UNIPA. Anggota Persatuan Wartawan Lewotana (Pewarta)-Flotim.

Massa juga membawa satu tempat sampah, ta’i sapi, dan spanduk bertuliskan Aliansi Wartawan Sikka Awasi Philips dan Pers Merdeka Demokrasi Bermartabat.

Diketahui orator dalam aksi adalah, Vicky Da Gomes (Sekretaris AWAS), Mario Sina, dan Wall Abulat.

Saat Penenun di Flores-NTT Mengakses Layanan (Digital) Perbankan

Maumere, Ekorantt.com – “Kami mau beli beras bagaimana, kalau tidak tenun,” ujar Marselina Emilia Gau (40) dengan nada tegas sembari menyeka keringat di dahinya.

Langit biru sudah tidak tampak, tertutup awan putih. Tapi hawa udara sangat panas. Tidak heran bila badan terasa gerah. Marselina acuh tak acuh dengan kondisi cuaca sore itu.

Di dalam dapur, ia duduk beralaskan sak semen bekas dengan kedua kaki menjulur ke depan. Kedua tangannya merapikan benang yang terbentang di atas kaki, menggunakan sebuah kayu. Benang-benang itu telah diracik sehingga membentuk kain motif belah ketupat.

Ia sudah menenun selama seminggu. Kalau tidak ada halangan, kain bermotif belah ketupat itu akan selesai seminggu lagi.

“Saya biasa tenun satu kain selama dua minggu. Itu saya kerja dari pagi sampai sore. Saya istirahat pas makan siang saja,” kata Marselina kepada Ekora NTT yang mendatangi kediamannya di Desa Nelle Urung, Kecamatan Nelle, Kabupaten Sikka, akhir Januari lalu.

Marselina biasanya menyelesaikan sehelai sarung tenun ikat selama dua minggu, dari proses ikat, membuat motif, hingga proses menenun itu sendiri.

“Anak saya yang sulung sudah SMA. Dia bisa bantu untuk ikat supaya dia juga belajar,” kata ibu tiga anak ini.

Setalah selesai dikerjakan, Marselina pergi ke Pasar Alok, pasar tradisional di Kota Maumere, untuk menjual sarung tenun ke para pengepul yang sudah menjadi langganannya. Pengepul itulah yang akan menjual sarung tenun kepada para konsumen.

Marselina mematok harga sehelai sarung tenun dengan harga Rp500 hingga Rp700 ribu. Itu sangat bergantung pada motif dan tingkat kerumitan dalam menenun.

Bila dikalkulasi, biaya yang ia keluarkan untuk bahan baku sebesar Rp200 ribu. Artinya, ia mendapat untung Rp300 ribu hingga Rp500 ribu dari sehelai sarung tenun.

Sayangnya, Marselina tidak menghitung biaya tenaga yang ia keluarkan dalam proses pengerjaan selama dua minggu.

“Itu sudah. Kita tenun hanya mau beli beras. Apalagi kalau bulan-bulan begini dapat uang sangat susah. Ya, kita jual kain saja,” tutur Marselina.

Marselina menenun untuk bertahan hidup. Uang hasil jualan sarung tenun dipakai untuk memenuhi kebutuhan pangan sekaligus biaya pendidikan anak.

Dengan pikiran demikian, ia tidak pernah mengakses layanan perbankan demi memperluas usahanya. Ia hanya hidup dari perputaran uang dari menenun itu sendiri.

“Kalau saya dapat uang dari jual tenun, saya beli bahan baku di toko. Nanti saya tenun lagi, lalu jual. Begitu seterusnya,” tutur istri dari Yulius Moa ini.

Baru sekali ia berurusan dengan bank. Saat itu, ia dan suaminya meminjam uang untuk membeli sepeda motor.

“Setelah itu tidak lagi. Saya tidak pernah pinjam uang untuk usaha tenun,” ujarnya.

Magdalena Kartini sedang menenun di pusat sanggat Tati Nahing, Desa Lepolima, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka

Pengalaman yang berbeda dialami oleh Magdalena Kartini (48), seorang penenun yang merintis sanggar Tati Nahing di Desa Lepolima, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka. Sanggar ini memiliki 12 anggota yang terdiri dari ibu-ibu, bapak-bapak, dan anak muda.

Karena terorganisir dalam satu wadah bersama, tutur Kartini, para penenun dididik dan mesti belajar manajemen keuangan. Hal itu didukung oleh kelengkapan struktur dalam manajemen sanggar, mulai dari ketua, bendahara, bagian pemasaran, hingga anggota.

Sebagai ketua sanggar, Kartini tidak hanya mahir menenun, tetapi juga mampu mengelola manajemen keuangan sanggar. Hal tersebut dilakukan mengingat bahwa menenun juga adalah aktivitas ekonomi, di samping bahwa menenun itu merupakan sebuah tradisi.

“Kita di sini hidup dari kain tenun. Kita mau tidak mau harus hitung betul sampai biaya sebotol gelas Aqua,” kata Kartini saat ditemui di pusat sanggar Tati Nahing awal Februari lalu.

Berdasarkan pengalamannya selama ini, Kartini mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp500 ribu untuk sehelai kain tenun ikat. Dana sebesar itu dipakai untuk bahan baku, tenaga, hingga kebutuhan air minum saat menenun.

“Saat tenun, kita lebih banyak duduk. Minum air harus banyak. Kita hitung juga air yang diminum,” ujarnya.

Sanggar Tati Nahing pun telah mematok pola dan model yang baku dalam menenun. Hal itu memudahkan anggota saat bekerja.

“Kita kan sekarang langgan dengan pembeli di Jakarta. Kita harus jaga kualitas supaya pelanggan tidak kecewa,” tuturnya.

Dalam sebulan, seorang anggota Tati Nahing bisa menghasilkan empat kain tenun ikat. Satu helai dijual dengan harga Rp1,5 juta hingga Rp1,7 juta. Bila dikalkulasi, seorang penenun bisa mendapatkan keuntungan Rp4 juta hingga Rp4,8 juta, setelah dikurangi biaya produksi.

“Nanti 10 persen dari hasil penjualan akan disisihkan untuk organisasi,” tuturnya.

Harga kain tenun di sanggar Tati Nahing terbilang lebih mahal karena para penenun masih mempertahankan proses pewarnaan alami. Semua warna pada kain tenun dihasilkan dari bahan-bahan lokal seperti mengkudu, akar kayu, dan lain-lain.

Saat melakukan pembayaran, kata Kartini, para pembeli mentransfer uang lewat rekening bank milik sanggar. Kalau yang berkunjung langsung ke sanggar, mereka membayarnya secara cash.

Sanggar Tati Nahing telah melayani pembayaran menggunakan QRIS sejak tahun 2020. Kala itu, perbankan gencar mensosialisasikan pembayaran non tunai demi menghindari aktivitas fisik di tengah pandemi.

Kartini menuturkan bahwa dirinya tidak paham dengan sistem pembayaran QRIS. Ia dibantu oleh anaknya yang mengerti menggunakan aplikasi itu lewat handphone android.

Hingga sekarang, belum banyak yang mengaksesnya. Pembeli masih terbiasa dengan pembayaran cash dan sistem transfer.

“Hanya tamu dari Jakarta yang bayar pakai QRIS. Tamu yang lain langsung kasih uang tunai,” ujarnya.

Sonya da Gama telah memanfaatkan metode pembayaran QRIS dalam menjalankan usahanya di Kota Maumere, Kabupaten Sikka

QRIS Membantu Manajemen Keuangan

Sonya da Gama (46), pelaku usaha suvenir berbahan baku tenun ikat memiliki pengalaman sendiri tentang pembayaran dengan QRIS. Kepada Ekora NTT, ia menuturkan, Bank NTT memberikan sosialisasi dan menyarankan pelaku UMKM  yang tergabung dalam organisasi UMKM Nian Tana Sikka (Unitas) untuk menggunakan QRIS pada April 2020.

“Saya bersama beberapa teman yang bergabung dalam Unitas langsung urus. Sampai saat ini sangat membantu saya dalam hal transaksi jual beli,” ujarnya.

Wanita yang merintis usahanya sejak 2012 ini menyediakan berbagai suvenir yang terbuat dari kain tenun. Ada anting, topi, gelang, tas, hingga baju.

Sebagian besar pelanggannya adalah wisatawan yang notabene sudah lumrah menggunakan transaksi berbasis digital. Hal itulah yang membuat QRIS menjadi solusi pembayaran paling efektif untuknya.

“Ketika mau bayar saya biasanya menyarankan untuk menggunakan QRIS, dan pembeli yang datang rata-rata sudah menggunakan sistem pembayaran elektronik jadi sangat memudahkan,” tuturnya.

“Wisatawan yang datang baik domestik maupun internasional kebanyakan pembayaran pakai QRIS. Sekarang lebih banyak bayar pakai digital,” sambungnya.

Menukil data usahanya, sekitar 60 persen pelanggan Sonya, membayar dengan QRIS dan sisanya 40 persen pakai uang tunai.

Diakuinya, penggunaan sistem pembayaran QRIS tidak mendongkrak pendapatan usaha. Tapi, QRIS membantunya dalam hal pembayaran dan manajemen keuangan.

“Berhadapan dengan uang kembalian paling repot. Kita harus cari uang kembalian tapi kalau pakai QRIS pasti pas,” tuturnya.

Sonya menambahkan bahwa ketika menggunakan QRIS, dia dapat mengontrol pemasukannya dengan baik dibandingkan sistem pembayaran secara tunai.

“Contohnya, saat pembayaran secara tunai cenderung tercampurnya antara uang pribadi dan usaha dan tidak mencatat transaksi pembayaran. Tapi pakai QRIS semua sudah tercatat dan aman,” ungkapnya.

Menurutnya juga, QRIS  mendata semua pemasukannya dan langsung dipindahkan ke rekening Bank. Jadi lebih memudahkannya memanajemen keuangan.

“Dari situ kita bisa hitung berapa pendapatan sehari, sebulan, sampai setahun,” ujarnya.

Sonya juga menjelaskan ketika menggunakan QRIS ia selalu diperhatikan oleh Bank terkait untuk permodalan dan pendampingan keuangan.

Biasanya, kata Sonya, Bank NTT juga selalu memberi ruang bagi para UMKM yang sudah menggunakan QRIS untuk memamerkan produknya dalam acara-acara besar Bank NTT.

“Kita selalu mendapatkan ruang, saat ulang tahun Bank NTT kita diberikan ruang khusus untuk memamerkan produk. Dan itu sangat membantu usaha kami,” terangnya.

Ketua Unitas, Isye Fernandez mengonfirmasi bahwa hampir semua pelaku UMKM yang bergabung dalam Unitas telah menggunakan metode pembayaran QRIS.

“Kami punya 63 anggota dan sudah pakai QRIS, kecuali anggota yang bergerak di usaha jasa perjalanan wisata. Tamu mereka biasa pakai transfer lewat rekening,” kata Isye.

Hadirnya QRIS, kata Isye, merupakan upaya yang positif di tengah badai pandemi. Saat itu, banyak pelaku UMKM keteteran akibat pembatasan aktivitas sosial.

“Semua pembelanjaan yang offline otomatis turun. Penjualan produk UKM kita jauh di bawah 50 persen,” cerita Isye.

QRIS yang hadir bersamaan kampanye pembayaran non tunai, kata Isye, memberikan semangat baru bagi pelaku UMKM. Bahkan hingga sekarang, anggota Unitas lebih nyaman menggunakan QRIS.

“Sekarang kan tamu hanya membawa uang sedikit di dompet. Lebih banyak simpan di rekening,” kata Isye.

Sepervisor Dana Bank NTT Cabang Maumere, Sekundus Wolfhadus Olga

Masih Banyak yang Belum Paham

Sekundus Wolfhadus Olga selaku Sepervisor Dana Bank NTT Cabang Maumere mengatakan, hingga Desember 2022, sekitar 682 pelaku UMKM dan pedagang telah menggunakan sistem pembayaran dengan metode QRIS, seperti toko, warung, dan kios. Rata-rata penggunanya adalah mereka yang memiliki handphone androrid dan juga aplikasi pembayaran elektronik.

“Setiap yang dapat menggunakan sistem pembayaran elektronik sudah bisa pakai QRIS,” kata Sekundus.

Khusus di Kabupaten Sikka, kata Sekundu, dibutuh sosialisasi secara berkelanjutan demi meningkatkan pengguna. Masih banyak masyarakat yang belum memahaminya.

“Masyarakat masih merasa QRIS adalah hal yang baru, jadi banyak yang belum paham dan banyak yang belum menerima hal itu. Namun kita dan juga bank lainnya tengah gencar sosialisasi agar banyak yang menggunakan QRIS,” kata Sekundus.

Bank NTT juga getol dalam mendampingi ibu-ibu kelompok tenun di tingkat desa maupun tingkat sanggar. Pendampingan itu berupa akses pembiayaan, permodalan, hingga penggunaan sistem pembayaran elektronik seperti QRIS.

“Ibu-ibu penenun yang memiliki handphone android yang baik, kita dorong agar menggunakan QRIS. Banyak kelompok penenun binaan Bank NTT yang sudah menggunakan QRIS,” tuturnya.

Sejauh ini, jelas Sekundus, program Desa Binaan Bank NTT juga menyasar kelompok-kelompok penenun, kelompok tani, dan masyarakat yang mempunyai usaha pribadi. Lewat program ini, Bank NTT memberikan pendampingan untuk mendapatkan modal dan juga QRIS.

“Kita berusaha sosialisasi dari tingkat desa. Kalau masyarakat desa juga sudah paham, saya rasa untuk tingkat masyarakat kota tidak terlalu sulit. Di kalangan menengah ke atas juga belum tentu ada yang pakai QRIS. Jadi kita mulai dari desa dulu,” tandasnya.

Komitmen Tingkatkan Penggunaan QRIS

Data Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT menunjukkan bahwa 137.459 penduduk NTT melakukan transaksi menggunakan QRIS sepanjang tahun 2022. Angka ini meningkat tajam dari tahun sebelumnya, yang hanya 15 ribu orang. Bank Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan penggunaan QRIS, baik dari supply (merchant QRIS) dan demand (pengguna QRIS).

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Donny H. Heatubun mengatakan bahwa Bank Indonesia meluncurkan program pasar SIAP QRIS demi menggenjot merchant QRIS. Program ini sudah berjalan di beberapa pasar tradisional, minimarket, dan supermarket di NTT.

Dampaknya, 141.727 pedagang telah menggunakan QRIS. Tercatat pula 952.073 transaksi QRIS dengan total nominal sebesar Rp 129,83 miliar dari Januari hingga Oktober 2022.

“Dari sisi demand, tantangan untuk meningkatkan pengguna QRIS adalah masyarakat yang belum terinformasi dan merasakan cara dan manfaat dari penggunaan QRIS. Maka dari itu, Bank Indonesia telah melakukan 29 kali sosialisasi selama 2022 di berbagai komunitas,” ungkapnya.

Masyarakat yang mencoba menggunakan QRIS, kata Donny, telah merasakan manfaat pembayaran non-tunai seperti lebih cepat, tidak memerlukan kembalian, dan terbebas dari risiko uang palsu.

Memasuki tahun 2023, jelas Donny, Bank Indonesia mematok target minimal 150 ribu pengguna baru di NTT. Hal itu merupakan bagian dari komitmen untuk mendigitalisasi sistem pembayaran di Provinsi NTT.

Sejalan dengan itu, OJK NTT akan memperkenalkan literasi keuangan dan juga mengarahkan inklusi keuangan kepada masyarakat. Kepala Otoritas Jasa Keuangan NTT, Japarmen Manalu mengatakan, pihaknya akan bekerjasama dengan pemerintah daerah di NTT dan Bank Indonesia dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat.

“Kerja sama lainnya adalah dengan melakukan sosialisasi kepada lembaga pendidikan tinggi, lembaga keagamaan dan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya,” kata Japarmen.

“Dalam waktu dekat, sudah ada permintaan secara lisan dari Bhayangkari Polda NTT, dan juga sekolah-sekolah atau perguruan tinggi. Programnya kita pertahankan dan meningkatkan kualitasnya,” tutupnya.

Japarmen memaparkan, indeks literasi keuangan di NTT mencapai 51,95 persen pada tahun 2022, naik signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2016, yang hanya mencapai 27,82 persen.

“Sedangkan untuk indeks inklusi keuangan di NTT di tahun 2022 mengalami kenaikan di angka 85,97 persen. Di mana pada tahun 2016 lalu hanya berada di angka 60,63 persen,” papar Japarmen.

Beberapa Aspek Evaluasi

Pengajar Ekonomi Universitas Nusa Nipa Maumere, Paul Lamawitak tak menampik bahwa pembayaran non tunai menjadi pilihan yang lebih baik karena lebih praktis; cukup dengan HP di tangan, semua proses pembayaran atau transaksi dapat dilakukan.

Tapi pada kondisi sekarang, kata Paul, metode transaksi dengan QRIS masih jarang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Sikka. Karena itu ia menyoroti beberapa aspek.

Pertama, lemahnya proses sosialisasi terhadap masyarakat (konsumen) terkait penggunaan QRIS; mulai dari metode top up sampai pada metode pembayaran. Aspek ini menjadi salah satu alasan mengapa QRIS jarang digunakan.

Kedua, belum banyak tempat belanja yang menggunakan metode pembayaran menggunakan QRIS. Konsumen terbanyak masih ada pada pasar tradisional yang mana metode pembayaran QRIS jarang atau tidak digunakan.

Menurutnya, evaluasi yang perlu diperhatikan oleh pemegang kebijakan (bisa pemerintah, atau asosiasi-asosiasi bisnis) adalah mendorong penggunaan QRIS sebagai metode pembayaran yang wajib untuk beberapa tempat belanja.

“Jadi ada satu tempat belanja yang memang diwajibkan untuk membayar menggunakan QRIS. Jika ini dilakukan maka konsumen secara sukarela belajar untuk menggunakan QRIS. Saya kira secara perlahan konsumen akan beralih ke metode pembayaran digital ini,” pungkasnya.

Kemendikbud Ristek Apresiasi Implementasi Kurikulum Merdeka di Nagekeo

0

Mbay, Ekorantt.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) memberikan apresiasi atas implementasi Kurikulum Merdeka di Kabupaten Nagekeo, NTT.

Hal itu disampaikan Pelaksana Tugas Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, BSKAP Kemendikbud Ristek, Zulfikri Anas, saat jumpa pers Pemantauan Bersama Komite Pengarah Nasional INOVASI tentang Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), Platform Merdeka Mengajar (PMM), dan Rapor Pendidikan SD dan MI di Mbay, Kamis (9/2/2023).

“Inilah wajah proses pendidikan kita yang mulai bertransformasi. Ada asesmen awal untuk mengetahui kebutuhan siswa, sehingga guru tahu apa yang harus dilakukan dan dikolaborasikan,” kata Zulfikri.

Pemantauan bersama (join monitoring visit) program INOVASI dilakukan oleh Kemendikbud Ristek, Bappenas dan Kementerian Agama (Kemenag).

Para pejabat dari tiga kementerian ini mengamati langsung tantangan IKM, akses ke PMM, dan penggunaan Rapor Pendidikan sebagai akuntabilitas dan perencanaan berbasis data.

Dalam kunjungan ke beberapa SD dan MI serta PAUD dalam wilayah Kabupaten Nagekeo ini, Kemendikbud Ristek mendapati pola pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka yang menekankan pada kebutuhan siswa, khususnya pada kelas rendah.

Zulfikri mengatakan para guru yang ditemui memahami kebutuhan siswa sehingga pola pengajaran yang diberikan pun mengikuti kebutuhan tersebut.

Dia menyebut implementasi cara itu membantu siswa untuk belajar dan tidak minder satu sama lain apabila kemampuan baca dan tulis siswa masih tertinggal. Selain itu ada pemantauan setiap bulan untuk melihat perkembangan masing-masing anak didik.

Zulfikri berkata, implementasi kurikulum merdeka yang tuntas di kelas rendah akan semakin menunjang kemampuan kompetensi lain pada anak didik khususnya ketika menimba ilmu pada jenjang SMP dan SMA.

“Kalau sudah kuat fondasinya (di SD), maka yang beruntung itu saat SMP dan SMA. Nagekeo bisa berkembang dengan pesat,” tutur dia.

Tiga kementerian yang melakukan pemantauan bersama di Nagekeo merupakan bagian dari Komite Pengarah Nasional Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) yang merupakan kemitraan Australia-Indonesia.

Ganti Nama Penerima BLT, Warga Adukan Kades ke LBH

0

Kupang, Ekorantt.com – Elia Bessie dan Obet Liu, warga penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) Desa Tesabela, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, NTT adukan Matheos Dafa, kepala desa setempat ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surya.

Matheos diadukan karena diduga menyalahgunakan kewenangan dengan menggantikan nama-nama penerima BLT tahap III (Oktober-Desember) tahun anggaran 2022.

“Kami ada 47 orang penerima BLT untuk tahun anggaran 2022. Tapi di tahap akhir kami punya nama telah diganti dengan nama lain,” ujar Elia di Kupang pada Rabu (8/2/2023).

Ia menuturkan, Kades Tesabela melanggar prosedural penetapan kelompok penerima manfaar BLT dana desa yang telah ditetapkan sebelumnya melalui musyawarah desa. Sebanyak 47 penerima manfaat BLT dari 121 yang ditetapkan digantikan secara sepihak oleh kades.

“Dalam berita acara desa itu menetapkan bahwa satu tahun anggaran itu penerima BLT sesuai dengan nama tidak boleh diganti. Ini yang kami sesalkan,” ungkapnya.

Dana BLT sebesar Rp42.300.000 yang seharusnya diterima oleh 47 penerima dengan alokasi masing-masing para penerima Rp900 ribu dialihkan oleh kades Matheos.

Elia mengatakan kasus tersebut telah dimediasi pihak Kecamatan Kupang Barat namun menemui jalan buntu. Dalam mediasi itu, Kades Matheos berjanji akan memasukan kembali 47 nama dalam daftar penerima BLT pada tahun anggaran 2023.

“Ini yang susah. Menurut pendamping desa, untuk tahun anggaran 2023 itu persyaratan sebagai penerima BLT akan disesuaikan dengan anggaran desa. Dan jumlah penerima pasti akan dikurangi,” katanya.

Penasehat hukum LBH Surya NTT Widyawati Singgih menuturkan pihaknya telah menerima laporan pengaduan masyarakat tersebut.

Atas laporan dari warga ini, LBH Surya NTT telah melakukan komunikasi dengan aparat penegak hukum (APH) dan membuat laporan polisi dengan menyerahkan bukti-bukti.

Kepala Desa Tesabela, kata Widyawati, diduga telah melanggar ketentuan Pasal 33 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 128/PMK.07/2022 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 190/PMK.07/2021 Tentang Pengelolaan Keuangan Dana Desa.

Meski begitu, lanjut dia, polisi belum bisa menetapkan kasus ini sebagai kasus dugaan korupsi karena masih menunggu hasil pemeriksaan dari Inspektorat Kabupaten Kupang.

“Ini kan uang negara. Makanya akan diaudit secara keseluruhan. Kami hanya melaporkan dan menyerahkan bukti-bukti,” ujar Widyawati.

Ia juga menyampaikan bahwa polisi akan memanggil Kepala Desa Tesabela untuk melakukan konfrontasi terkait laporan ini. Dan juga memanggil Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa sebagai pendamping desa.

Ia berharap kasus ini segera diselesaikan secepat mungkin dan LBH Surya NTT akan mengawal terus kasus ini sampai selesai.

Sambut Valentine Day, Bulog NTT Gelar Pasar Murah

0

Kupang, Ekorantt.com – Momentum Hari Kasih Sayang (Valentine Day) yang sedianya dirayakan pada pada 14 Februari dimanfaatkan Bulog Perwakilan Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan menggelar pasar murah.

“Pasar murah ini kami bikin tema ‘V-Day’. Momentum Valentine Day ini kami pakai untuk melakukan pasar murah,” ujar Manajer Bisnis Bulog NTT Melky Lak Apu di Kupang, Rabu (8/2/2023).

Pasar murah yang digelar ini, lanjut Melky, bertujuan untuk mensosialisasikan terkait program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dan juga menekan kenaikan harga dan menjaga tingkat inflasi di NTT.

Melalui program SPHP ini, masyarakat akan diberikan kesempatan untuk membeli beras medium kemasan 5 kilogram dengan harga Rp45 ribu.

Pasar murah ini diharapkan dapat membantu masyarakat. Sebab, harga beras medium dan beras premium saat ini di pasaran cukup tinggi.

“Beras medium saja sudah masuk di harga Rp11 ribu. Apalagi beras premium sudah bermain di angka Rp14 ribu,” ungkap Melky.

“Jadi kami juga sosialisasikan beras medium di pasar murah ini. Nantinya kami jual dengan harga yang cukup terjangkau,” tambahnya.

Selain menjual beras medium, Melky mengungkapkan pihaknya juga menjual komoditi-komoditi lainnya seperti gula pasir, minyak goreng, tepung terigu, bawah putih, bawah merah, beras premium, dan kemungkinan juga ada telur.

Pasar murah ini akan digelar di depan kantor Bulog NTT di Jalan Palapa, Kota Kupang pada pukul 9 pagi sampai selesai. Kegiatan ini sedianya akan diselenggarakan selama dua hari terhitung Kamis 9-10 Februari 2023.

“Target kami tidak terlalu banyak. Satu hari itu bisa dua ton. Jadi target kegiatan selama 2 hari ini bisa capai 5 ton,” ujar dia.

Stok beras untuk Bulog NTT secara keseluruhan sebanyak 13.000 ribu ton untuk pertahanan selama 3 bulan. Stok yang ada saat ini, kata Melky, juga digunakan untuk menjaga inflasi.

Untuk menekan kenaikan harga dan inflasi yang terjadi di NTT, Bulog di seluruh wilayah NTT secara rutin tiap bulan selalu menggelar pasar murah.

“Secara rutin, teman-teman di daerah sudah jalan menggelontorkan beras SPHP ini dalam rangka menurunkan harga dan menjaga tingkat inflasi,” kata Melky.

Ia menyampaikan Bulog NTT membuka kesempatan kepada seluruh pihak baik lembaga atau instansi yang hendak menggelar pasar murah.

“Kami siap melayani pasar murah. Minimal bersurat membuat permintaan atau menghubungi pihaknya, melakukan komunikasi, kita bisa lakukan persiapan pasar murah,” tandas Melky.

Pintu Air Cabang Kupang Targetkan Penambahan Satu Cabang Baru

Kupang, Ekorantt.com – Setelah sukses membentuk lima anak cabang, KSP Kopdit Pintu Air Cabang Kupang menargetkan akan melahirkan satu lagi cabang baru pada tahun 2023.

Kelima anak cabang sebagai hasil mekaran Cabang Kupang meliputi Cabang Soe, Cabang Rote, Cabang Sabu, Cabang Oesao, dan Cabang Surabaya.

Sedangkan cabang baru yang sedang dipersiapkan adalah Cabang Alak yang berlokasi di Kecamatan Alak. Pemilihan Alak menjadi lokasi kantor cabang setelah mempertimbangkan aspek jangkauan pendekatan pelayanan kepada anggota.

Hal ini disampaikan Wakil Ketua Komite KSP Kopdit Pintu Air Cabang Kupang, Aloysius Kami, kepada anggota kelompok saat melakukan pertemuan kelompok Naikoten 1 Kupang, Rabu (7/2/2023).

“Dengan adanya peningkatan status cabang, pelayanan kepada anggota tentunya akan semakin mudah dan anggota diuntungkan sebab akan mengalami hemat biaya dan waktu,” ujar Aloysius sembari menambahkan kalau sekarang manajemen sedang melakukan pemisahan data anggota berdasarkan lokasi tempat tinggal.

Alak sendiri nantinya akan ditopang oleh enam kelompok yang terdiri dari Alak, Bolok, Kuanfeun.

Dikatakannya, selain melakukan persiapan pemisahan data anggota, yang juga sangat penting adalah meningkatkan jumlah anggota serta simpanan dan pinjaman anggota.

Ketiga hal yang disebutkan merupakan faktor kunci keberlanjutan lembaga KSP Kopdit Pintu Air.

Terkait pertemuan kelompok, menurut Aloysius pada tahun 2023 ini timnya tengah menyiapkan jadwal kunjungan baik ke titik kumpul, maupun kelompok. Kegiatan kunjungan akan rutin dilakukan setiap bulan.

Ia menjelaskan, ketika tim turun ke titik kumpul dan kelompok ternyata disambut hangat oleh anggota.

“Anggota yang pasif akhirnya merasa senang karena mereka dikunjungi meski sadar mereka sedang menunggak; baik mengalami tunggakan pinjaman maupun kewajiban lainnya seperti simpanan wajib yang mesti dibayar rutin setiap bulan,” pungkas Aloysius.

Sosialisasi Pintu Air Cabang Lewoleba, 72 Anggota Baru Siap Bergabung

Lewoleba, Ekorantt.com – Salah satu tujuan utama KSP Kopdit Pintu Air adalah terus beregerak untuk melebarkan sayap pelayananannya melalui sosialisasi.

Hal ini pertama-tama adalah sebagai misi semakin banyak orang bergabung dan untuk tujuan lainnya, supaya solidaritas kekeluargaan akan terus tumbuh.

Menyadari spirit ini, Ketua Komite Kopdit Pintu Air Cabang Lewoleba, Rosa Dalima Soi dan Kornelis Kor, Manajer Kopdit Pintu Air Cabang Lewoleba, tengah membangun tim kerja yang solid untuk terus bergerak.

Kepada Ekora NTT pada Selasa, 7 Februari 2022 Kornelis Kor menjelaskan kehadiran Kopdit Pintu Air sungguh-sungguh amat dirasakan manfaatnya oleh orang-orang kecil yang membutuhkan pelayanan dengan cepat dan taktis.

Kor bilang, ketika pihaknya memberikan sosialisasi tentang KSP Kopdit Pintu Air, mereka tekjub dan bangga karena 72 warga langsung menyatakan kesediaan untuk menjadi anggota KSP Kopdit Pintu Air.

“Kami sosialisasi di dua titik, Walangsawah dan Merdeka. Di titik kumpul Walangsawah ada 54 anggota baru dan di titik kumpul Merdeka kami dapat 16 anggota baru,” kata Kor.

Kor mengaku bangga karena kehadirannya bersama Ketua Komite dan Maria Ernestin Dolorosa dari Cabang Lewoleba disambut antusias anggota dan para calon anggota dalam sosialisasi tersebut.

Kor melanjutkan, ada satu produk yang mendapat apresiasi dari warga adalah program Jempola.

“Warga rupanya sudah mendengar cerita dari sesama anggota kita yang terdahulu tentang Pintu Air yang punya layanan Jempola dan menurut mereka itu sangat membantu,” ujar Kor.

Marselina Kutu dan Theresia Tada, dua anggota baru yang hadir, mengaku puas dengan penjelasan mengenai KSP Kopdit Pintu Air dan produk-produk unggulannya.

“Saya sudah jadi anggota dan senang sekali bisa manfaatkan produk dari Pintu Air. Pintu Air sangat memuaskan dan membantu masyarakat dalam segala bidang kehidupan,” kata Theresia diamini Marselina Kutu.

Diketahui, pada kesempatan sosialisasi ini ada 35 anggota baru yang langsung mengkases layanan Jempola.

Theo Widodo Pimpin PASI NTT Periode 2023-2027

0

Kupang, Ekorantt.com – Theo Widodo terpilih sebagai Ketua Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) NTT periode 2023-2027 menggantikan Esthon Foenay melalui musyawarah provinsi pada Selasa (7/2/2023).

Ia dipilih secara aklamasi oleh 12 peserta Musprov PASI NTT yang diikuti secara online dan offline di aula Dinas Kominfo NTT.

Peserta Pengurus PASI Kabupaten/Kota NTT yang hadir diantaranya adalah Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Sikka, Sumba Timur, Manggarai Timur, TTS, Nagekeo, Sabu Raijua, Lembata, Sumba Tengah, Rote Ndao dan Belu.

Setelah dipilih menjadi Ketua PASI NTT, selanjutnya ketua terpilih membuat tim formatur untuk membentuk badan pengurus. Tim formatur ini terdiri dari tiga wilayah, Kota Kupang mewakili wilayah Timor, Rote, Sabu dan Sumba.

Theo Widodo mengatakan pengangkatan dirinya sebagai ketua terpilih PASI NTT periode 2023-2027 merupakan penghargaan dari seluruh pengurus kepadanya.

“Ini adalah penghargaan di usia yang sudah senja. Saya diberikan kesempatan mengabdi kepada NTT melalui atletik. Saya dapat kesempatan untuk berbakti,” ujar dia.

Ia berjanji akan berusaha memperjuangkan atau mengembalikan kejayaan atletik di NTT. Oleh karena itu, ia berharap dukungan dari seluruh pengurus PASI kabupaten.

Pembina klub atletik Naga Timor Kupang ini juga mengatakan akan mengajak pengusaha di kabupaten untuk terlibat dalam pengembangan atlit dengan membuat klub atletik.

“Klub ini harus dikelola secara profesional dan menghasilkan atlit yang berprestasi karena tidak kekurangan dana dan punya metode pencarian dana,” kata Theo Widodo.

“Saya mau keliling ke kabupaten/kota untuk berbagi pengalaman untuk membangun atletik di seluruh kabupaten.”

Selain itu, ia berencana akan membina atlit berbasis sekolah dengan menyelenggarakan atau membuat kompetisi atau kejuaraan atletik usia dini.

Sementara itu, mantan Ketua PASI NTT Periode 2019-2023, Esthon Foenay mengatakan pemilihan ketua PASI NTT periode 2023-2027 dilaksanakan secara terbuka dan demokratis.

“Ketua ini terpilih secara aklamasi dan Pak Theo Widodo menjadi ketua pengurus persatuan atletik seluruh NTT,” ujar Esthon.

Ketua DPD Partai Gerindra NTT ini mengatakan bahwa terpilihnya Theo Widodo sebagai ketua PASI NTT adalah pilihan terbaik pada situasi dan kondisi ekonomi yang memburuk saat ini.

Pasalnya, Ketua PASI NTT terpilih berasal dari kalangan pengusaha yang telah memiliki reputasi dalam dunia olahraga khususnya atletik. Theo Widodo, kata Esthon, memiliki klub atletik Naga Timor yang telah melahirkan atlit-atlit berprestasi.

“Ketua terpilih ini tidak ada masalah keuangan, sudah punya klub. Dan tentunya pada waktu yang akan datang adalah berani berkorban baik waktu, tenaga, dan biaya,” tutupnya.

Mantan atlit NTT, Karel Muskanan berharap dengan terpilihnya ketua baru mampu meningkatkan prestasi PASI NTT di tingkat nasional dan internasional. Para atlit diharapkan mampu mengikuti kejuaraan-kejuaraan nasional.

Selain itu, pengurus baru ini diharapkan mampu mengatasi kesulitan keuangan yang dihadapi PASI NTT ke depannya, kata Karel menandaskan.

NTT Dapat Rp34 Triliun untuk Pengentasan Kemiskinan, Pengamat Ekonomi: Perkuat Klaster-klaster Produktif

0

Maumere, Ekorantt.com – Provinsi NTT mendapatkan alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp 34 triliun untuk pengentasan kemiskinan pada tahun 2023.

Alokasi yang besar ini, menurut pengamat ekonomi Thomas Ola Langoday, harus mampu dimanfaatkan secara optimal untuk menekan laju inflasi di NTT yang hingga akhir 2022 tercatat mencapai 6,6 persen atau lebih tinggi dari kondisi nasional 5,4 persen.

Kepada Ekora NTT Sabtu, 4 Februari 2023, Thomas menjelaskan inflasi yang terjadi secara musiman masih jadi keluhan yang membutuhkan penanganan serius seperti adanya kenaikan harga secara tiba-tiba pada komoditi tertentu seperti cabai dan bawang.

Berhadapan dengan kenaikan harga itu, kata Thomas, klaster-klaster ekonomi produktif harus diperkuat dengan dukungan dana dari APBN.

“Kalau kita bisa membangun perkebunan bawang, cabai yang begitu besar sehingga sumber pasokan ada di NTT, maka akan berdampak signifikan menekan inflasi,” ujar Thomas.

Lebih lanjut, Thomas mengemukakan perlu adanya perencanaan, penganggaran, hingga eksekusi anggaran yang tepat terhadap pemanfaatan APBN di NTT.

Thomas juga menegaskan, dengan dana yang besar tidak boleh membangun sektor primer yang bernilai tambah rendah.

“Dengan dana APBN yang besar kita juga musti mampu menciptakan ekosistem industri dari hulu sampai hilir,” ujarnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa rata-rata sektor industri pengolahan di NTT mempunyai nilai tambah yang tinggi.

“Bila ini bisa dikembangkan maka akan sekaligus mendongkrak pendapatan semua pelaku yang terlibat dalam ekosistem itu. Efek ekonomi ke belakang dank e depan semuanya tergerak karena semuanya berada dalam sistem terintegrasi-ekosistem terpadu,” ujarnya.