Maumere, Ekorantt.com – Nong Oceph sedang duduk santai di pelataran rumahnya di Wolomarang, Minggu, (14/4/2019).
Raut wajahnya menunjukkan ekspresi tak biasa.
Oceph yang dikenal dengan keriangannya tampak murung dan sedikit cemas.
Rupanya, pemuda berusia 27 tahun ini sudah tak sabar untuk menanti momen Pemilihan Umum (Pemilu) 17 April 2019.
“Pemilu kali ini pasti seru sekali ew,” ujarnya kepada media ini.
Tentu saja Oceph pun sudah punya beberapa jagoan yang dia andalkan dalam ajang pesta demokrasi tersebut.
Mulai dari calon anggota DPRD tingkat kabupaten, provinsi, pusat, ataupun calon DPD juga Presiden/Wakil Presiden.
Dia tak memberi tahu nama-namanya. Tapi, dia memang menaruh harapan penuh agar figur-figur yang dia dukung bisa menang.
Meskipun begitu, Oceph ternyata memiliki segumpal keluhan.
Ada beberapa kawannya yang berbeda pilihan dengan dia dan mereka sempat saling berdebat tanpa ujung pangkal.
Bahkan itu terbawa-bawa sampai ke ranah media sosial.
Dia akui, argumentasi yang mereka bangun tanpa mengedepankan akal sehat dan lebih pada aspek sentimen atau emosi berlebihan belaka.
“Mungkin karena kami terlalu fanatik makanya begitu sudah. Saling jelek-jelekkan orang yang kami dukung,” ucap dia berefleksi.
Oceph lantas menyesal dan sadar bahwa perkara itu ternyata membuang-buang waktu juga energi.
Apalagi Pemilihan Umum telah di depan mata dan pasti akan segera berlalu.
Makanya, dia pun mengumandangkan nubuat agar apa pun hasil Pemilu nanti, dia sebagai pendukung siap menerimanya dengan lapang dada.
“Intinya, saya harus baik-baikkan lagi dengan teman-teman saya.” gumamnya.
Kini, Pemilu telah usai dan tentu saja Oceph siap menjalankan apa yang telah dia ikhtiarkan.
Namun, sebetulnya apa yang dirasakan oleh Oceph pada masa-masa menjelang Pemilu itu merupakan hal yang dialami juga oleh kebanyakan warga Indonesia lainnya.
Berbagai berita di media massa menunjukkan soal ini.
Bahwasanya ada polarisasi ataupun keretakkan hubungan yang terjadi di antara sesama warga negara hanya karena perbedaan pilihan.
Hujatan, cemoohan, bahkan makian laku keras di ruang-ruang publik.
Masing-masing orang merasa dirinya paling benar dan mengabaikan pandangan yang lain.
Padahal, Pemilu, menurut Rini Kartini akademisi dari Universitas Nusa Nipa Maumere dalam wawancaranya dengan media ini, bertujuan untuk kepentingan rakyat, kemajuan bangsa dan negara.
Dalam konteks komunikasi politik, Rini tegaskan bahwa masing-masing orang mesti legowo untuk menerima apa pun hasil Pemilu nanti.
“Tujuannya ‘kan untuk kepentingan rakyat. Jadi, mari kita abaikan ego-ego sektoral kita soal pilihan politik dan berpikir untuk perkembangan daerah ke depannya,” ujar alumnus Universitas Airlangga ini.
Dalam sebuah kompetisi, setiap orang memang berjuang untuk menang.
Tapi, hasilnya nanti menang atau kalah merupakan perkara wajar dan patut diresapi masing-masing kepala.
Sosok seperti Nong Oceph boleh jadi telah menyesal.
Namun, lebih jauh daripada itu, dia tunjukkan bahwa Pemilu usai, kita memang tak boleh bercerai.