ARTIKUJT E FUNDIT

Kasihanilah Abdul Somad!

0

Oleh Dominggus Koro*

Sungguh masyhur Abdul Somad. Ia kerap tampil di televisi dan diwartakan di berbagai media daring. Nama dan wajahnya akrab di ingatan orang ramai. Ia pesohor di panggung agama.

Ustadz Abdul Somad. Pas betul sarjana tamatan Al Azhar, Mesir, berada di panggung ini. Sebutan bahasa Arab di depan namanya menunjukan kapasitas keilmuan dia. Ia kompeten mengajar, fasih melisankan isi teks-teks agama. Pendeknya, ia piawai berdakwah, yakni mengajak orang kepada Islam.

Saya pernah menyaksikan dia pada acara dakwah di sebuah televisi nasional, juga dua tiga kali di Youtube.  Ia punya daya pikat dalam cara menyampaikan cerita, pesan, dan ide. Wajah dan mimiknya yang lucu menambah greget magentik bagi hadirin dan pemirsa. Ia, oleh karena ini, memiliki banyak follower di seantero Indonesia.

Itulah Somad, juruwarta agama yang sangat mumpuni. Ia orang yang asyik untuk didengar, menghibur, dan meneguhkan. Terlepas setuju atau tidak isi omongannya, videonya bagus untuk ditonton. Termasuk yang viral menjelang perayaan 17 Agustus 2019, di mana ia bicara tentang salib.

(Mungkin) ada seorang ibu bertanya dan ia menjawab, “Apa sebabnya ustad, kalau melihat salib, menggigil hati saya? Setan….” Tuan dan puan, saya mengutip video untuk bahasan di forum terbatas ini.

Sedikit kutipan lagi, “Apa sebabnya kata ibu itu, mirip macam gini. Saya terlalu terbayang salib, nampak salib. Jin kafir sedang masuk. Karena di salib itu ada jin kafir. Dari mana masuknya jin kafir? Karena ada patung. Kepalanya ke kiri apa ke kanan? Nah, ada yang ingat, kan? Nah, itu ada jin di dalamnya. Jin kafir. Di dalam patung itu ada jin kafir.”

Apakah Somad salah berkata demikian? Tidak. Tugas dia memang menghibur sekaligus meneguhkan hati para pendengarnya. Memastikan pemahaman dan praktik saudara-saudara kita Muslim selaras dengan Surat Ali Imran [3]:19), “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” Dan, [3]:85), “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”

Sebagai pesohor, ia memikul beban berat, bagaimana supaya pengikutnya tetap terhibur dan tidak berkurang jumlahnya—bertambah boleh. Diksi kafir, patung dan jin berfungsi sebagai sabu-sabu, agar terus tampil prima dan meyakinkan. Ini nasib orang beken; gemerlap dengan segenap simbol yang melekat di diri, tapi hampa jiwa. Ia akan terus begini seumur hayatnya, terlebih karena ada rujukan di teks agama.

Somad menderita. Ia lelah dan sakit. Jangan lagi bully dia. Jiwanya kerontang, tiada lembab kasih yang merangkul dan pengertian yang mengatasi perbedaan “kulit” agama. Punggungnya sarat tumpukan kitab suci, tapi tidak mensucikan dan melembutkan jiwanya. Ia hanya pemikul pustaka belaka. Sapa dia dengan bahasa cinta. Sadari, yang bikin dia bisa melakoni tugasnya adalah Hyang Maha Ada juga—kesadaran ini membersihkan batin dari kotoran benci, amarah, penghakiman dan klaim-klaim murahan.

Ah, tentang kafir dan patung, saya ingat kisah dalam hidup Swami Vivekananda. Spiritualis pengembara dan pejuang India panutan Bung Karno itu pernah menyadarkan seorang penguasa yang menghina cara dan sarana peribadatan Hindu.

Awal 1891, ia menemui Mangal Singh, penguasa Alwar (sekarang Rajasthan). Sang raja mencemoohnya, “Swamiji, saya dengar anda seorang terpelajar. Kenapa anda sia-siakan hidup dengan mengembara dan mengemis?”

“Maharaja, kenapa anda mengabiskan waktu untuk kesenangan berburu dan mengabaikan tugas-tugas sebagai pemimpin?”, jawab sang Swami—artinya ia yang telah menaklukan ego, melampaui pikiran, keinginan dan kesadaran rendah serta seluruh indra. Semua yang hadir di istana terkejut mendengar pertanyaan lugas ini. “Saya suka dan menikmatinya,” jawab Mangal dan, lanjutnya, “Bukankah kalian bermeditasi dan melakukan pemujaan dengan alasan yang sama?”

Dinding istana Alwar dipenuhi hiasan dari binatang buruan. Raja Mangal bangga dengan kemampuannya berburu. Vivekananda mengkritik dia, “Seekor hewan tak membunuh hewan lain bila tidak perlu, kenapa anda membunuh mereka demi kenikmatanmu? Tindakanmu tidak bermakna.”

“Kalian menyembah berhala. Saya tidak percaya pada berhala. Saya tidak menyembah pohon, tanah, batu, atau logam. Semuanya tidak berarti,” lagi raja itu mengolok Vivekananda.

Tersenyum dan tenang Vivekananda minta pelayan mengambil lukisan ayah Mangal yang dipajang di istana. Tanpa ragu ia meminta lukisan itu diludahi. Semua yang hadir diam, memandangi raja mereka dengan takut dan bingung.

Ia mengulangi perkataannya, “Ludahi lukisan ini! Siapa saja boleh.” Kali ini ada yang berteriak, “Apa yang Swami lakukan? Jangan, Swami. Ini lukisan raja kami. Kami tidak boleh melakukan penghinaan.”

Vivekananda menjelaskan, “Ini hanya selembar kertas, benda mati, tidak bernyawa. Tetapi kalian menolak untuk meludahinya. Kalian menghormatinya, seperti yang kalian lakukan terhadap raja, karena lukisan ini merupakan bayangan rajamu.”

Ia berpaling ke Mangal Singh, katanya, “Lihat, Maharaja, ini lukisan Baginda Raja, ayah anda. Lukisan ini simbol, mengingatkan dan membuat anda merasakan kehadirannya. Pun demikian puja yang dilakukan seorang Hindu dengan sarana pratima. Ini menyangkut anubhuti, rasa dan kesadaran akan kehadiran Hyang Suci dan Mulia.

Singkat cerita, Mangal Singh menyadari kesalahapahamannya atas makna pemujaan yang sebenarnya. Ia minta maaf atas penghinaan yang telah diperbuatnya kepada Vivekananda. Juga ia berterima kasih atas pelajaran spiritual yang diperolehnya. Sanyasi itu tinggal beberapa hari di Alwar atas permintaan sang raja.

Persis seperti penjelasan Vivekananda, salib, pratima Yesus dan Bunda Maria pun merupakan perwujudan simbol kesucian dan kemuliaan. Salib mengingatkan orang Kristen akan pengorbanan Yesus, memberi diri kepada sesama demi kasih. Kasih adalah keadaan batin yang nirmala, dan demi ini seorang Kristen mesti menggantung ego dan nafsu serta keinginan rendahan di salib`

Tentang devosi kepada Bunda Maria, saya kutip apresiasi Gandhi. Ia tulis dalam otobiografinya, “Orang akan berubah, bersikap penuh rasa hormat ketika melihat orang lain berlutut di depan pratima Sang Perawan. Rasa ini terpatri dalam diri saya, bahwa berlutut dan berdoa bukan penyembahan berhala. Para pemeluk teguh yang bersimpuh itu tidak sedang memuja marmer atau batu, tapi terbakar oleh semangat devosi kepada kesucian dan keilahian dalam rupa simbol. Saya bisa merasakan pemujaan ini tidak merendahkan, tapi memuliakan Tuhan.”

Ustadz Somad tetap berkukuh ini berhala? Baik, tapi apa salahnya bila cara dan sarana peribadatan begini bikin manusia sadar akan kemahahadiran Hyang Suci dan Lembut di mana-mana? Manusia berwelas asih, merawat kohesi sosial dan harmoni dalam kebhinekaan. Dengan kata lain, manusia jadi pancasilais. Tidak salah, bukan?

Devosi dengan sarana salib, pratima Bunda Maria dan Yesus melembabkan jiwa dengan kasih. Lalu, manusia bisa memberi dari kepunyaannya; yang punya kasih membagikan kasih, yang bergelimang benci menebarkan terik angkara dan penghinaan. Maka, kasihi dan kasihani Somad—penderita kekeringan jiwa.

Referensi:

  1. Swamivivekanandaquotesgarden.blogspot.com
  2. Gandhi, M.K; An Autobiography OR The Story of My Experiment With Truth (1927), hal 71.

*Warga Maumere, Flores

DPRD Sikka Apresiasi PT Langit Laut Biru Produksi Mesin Tepat Guna

0

Maumere, Ekorantt.com –  Ketua DPRD Sikka Stefanus Sumandi mengapresiasi terobosan PT Langit Laut Biru (LLB) milik Keuskupan Maumere yang mampu memproduksi mesin tepat guna untuk menunjang sektor pertanian, peternakan, dan kelautan di Kabupaten Sikka.

PT LLB menciptakan sejumlah mesin tepat guna yakni mesin pengering garam dan penghancur garam, mesin perontok padi dan batang sorgum, mesin pemipil jagung dengan klobot, mesin beras jagung, mesin penepung, mesin pemecah cangkang kemiri dan mesin pencetak batako yang dapat langsung dipesan oleh masyarakat.

Kehadiran PT LLB dengan terobosan mesin-mesin tepat guna tersebut, menurut Stef, merupakan bagian dari sumbangan besar karya misi gereja yang telah dilaksanakan bahkan jauh sebelum terbentuknya kabupaten Sikka.


“Pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan, pertanian, peternakan itu selain keterampilan masyarakat tapi pengembangannya dengan bantuan para misionaris yang datang ke wilayah ini,” kata Stef usai mengunjungi dan melihat secara langsung demonstrasi mesin tepat guna buatan LLB bersama Uskup Maumere Mgr. Ewaldus Martinus Sedu dan belasan anggota DPRD pada Rabu, 15 Januari 2025.

Kata Stef, Kabupaten Sikka memiliki potensi yang besar di bidang pertanian, peternakan, dan kelautan yang membutuhkan inovasi dalam pengelolaannya karena sebagian besar dipasarkan sebagai barang mentah.

“Kalau bisa diinovasi dan dikembangkan lebih baik, kita bisa pasarkan bukan hanya produk mentah tetapi produk jadi. Kita butuh dukungan peralatan mesin yang lebih modern,” jelasnya.

DPRD bersama pemerintah, kata dia, menargetkan untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja dengan memberikan porsi anggaran yang besar di bidang ketenagakerjaan, termasuk pelatihan dan pengadaan peralatan.

“Kalau program ini berlanjut dan berdasarkan aspirasi yang disampaikan masyarakat kepada DPRD, maka mitra yang paling ideal adalah LLB bersama pemerintah,” kata Stef.

Stef juga mengapresiasi langkah yang dibuat LLB bukan hanya produksi mesin, tetapi juga pengolahan pangan lokal dari sorgum, kelor, kopi dan lain-lain yang dipasarkan di Kafe Mai Sai.

Uskup Ewal pada kesempatan yang sama mengatakan, Keuskupan Maumere melalui berbagai unit usahanya, termasuk LLB dengan inovasi mesin tepat gunanya merupakan bagian dari upaya pemberdayaan dan penyerapan tenaga kerja.

“Saat ini terdapat banyak sarjana di Maumere yang tinggal diam di rumah,” kata Uskup Ewal.

Pesan Sinode Keuskupan Maumere, kata dia, salah satunya menekankan meningkatnya pendapatan atau penghasilan masyarakat. Kehadiran unit-unit usaha milik keuskupan dengan itu turut membantu merealisasikan target sinode tersebut.

Pelabuhan Lorens Say Maumere Disinyalir Jadi Pintu Masuk Peredaran Narkoba ke Pulau Flores

0

Ende, Ekorantt.com – Pelabuhan Lorens Say di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur disinyalir menjadi pintu masuk peredaran narkoba di Pulau Flores. Hal ini diketahui saat pengungkapan kasus narkoba di Ende pada Senin, 7 Januari 2025 lalu.

Dalam penyelidikan polisi, diketahui bahwa pelabuhan terakhir yang disinggahi pelaku pengedar narkoba yakni Pelabuhan Lorens Say Maumere, selanjutnya diedarkan kepada para pemakai di Kabupaten Ende.

“Narkoba jenis ganja itu dibawa oleh pelaku PL di Bali, dari Bali ia menuju ke Surabaya lalu ke Maumere melalui jalur laut,” ujar Wakapolres Ende, Kompol Ahmad saat konferensi pers di Mapolres Ende pada Senin, 13 Januari 2025.

Menurut Ahmad, PL membeli dua bungkus ganja di Bali, kemudian dijual dalam bentuk lintingan kepada NJ dan MR.

Kasat Narkoba Polres Ende, Iptu Valerianus Vrede Pale menjelaskan, barang haram itu bisa tiba di Ende karena kurangnya pengawasan di jalur laut.

“Lolos itu kan karena di jalur laut tidak ada pemeriksaan, di Ende tidak dorang lewat Maumere,” ujarnya kepada Ekora NTT di Mapolres Ende pada Kamis, 16 Januari 2025.

“Tidak ada pemeriksaan barang-barang begitu, biasanya mereka menggunakan ekspedisi,” ujarnya.

Ia juga mengungkapkan hingga kini sudah tiga kasus narkoba yang ditangani Satnarkoba Polres Ende.

“Tahun 2022 ada dua kasus, 2023 dan 2024 kosong dan baru terjadi lagi di tahun 2025,” terangnya.

Pada 7 Januari 2025 lalu, Polres Ende melalui Satnarkoba berhasil mengungkapkan kasus peredaran narkoba, dengan menangkap para pelaku pengedar dan pemakai sebanyak lima orang.

Mereka adalah pelaku NJ, MR, AA, PL dan RR. Saat ini mereka ditahan di Polres Ende.

Dari tangan pelaku, Sat Resnarkoba Polres Ende mengamankan 18 gram ganja, handphone, dan sepeda motor.

“Pada Senin tanggal 7 Januari 2025 Lalu kita melakukan pengungkapan kasus narkoba jenis ganja yang melibatkan lima orang tersangka,” ujar Kompol Ahmad.

Ahmad menjelaskan, penangkapan para pelaku setelah pihaknya mendapatkan informasi dari informan. Para pelaku ditangkap di tempat yang berbeda.

“Dua orang inisial NJ dan R diamankan di tempat nongkrong di jalan Durian, sementara tiga orang lainnya diamankan di kos-kosan,” ungkapnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, narkoba jenis ganja itu didapatkan dari pelaku PL yang dibawanya dari Bali.

Kata Ahmad, pelaku membeli dua bungkus narkoba jenis ganja dengan berat 15,1291 gram, dan diedarkan kepada NJ dan MR.

Adapun modus operandi yang dilakukan para pelaku yakni, NJ menghubungi tersangka MR untuk mencari narkoba jenis ganja.

Selanjutnya untuk mendapatkan narkoba jenis ganja, tersangka MR kemudian menghubungi tersangka AA.

Tersangka AA mendapatkan ganja dari tersangka RR. Ia menitipkan untuk membeli ganja tersebut kepada tersangka PL.

Dari tersangka NJ diamankan satu linting narkoba jenis ganja dengan berat 0,5367 gram. Tersangka PL diamankan satu bungkus plastik bening yang diduga berisi ganja dengan berat 2.5759 gram.

Sementara dari tangan RR diamankan sebungkus plastik klip bening yang diduga berisi narkoba jenis ganja dengan berat 15,1291 gram.

Para pelaku kemudian dikenakan Pasal 114 ayat (1) sub Pasal 111 ayat 1 Undang-undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika Jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP dengan ancaman pidana penjara sumur hidup atau pidana paling singkat lima tahun, dan paling lama 20 tahun, dan denda paling sedikit Rp1 miliar dan paling banyak Rp10 miliar.

Bank NTT sebagai Jantung dan Motor Perekonomian

0

Oleh: Agustinus Tetiro

Gubernur terpilih Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Melkiades Laka Lena langsung angkat bicara soal proses lelang jabatan pengurus Bank NTT. Dengan sangat tegas, Melki mengatakan, gubernur dan wakil gubernur terpilih NTT, Johni Asadoma, tidak pernah memberikan persetujuan untuk lelang jabatan pengurus badan usaha milik daerah (BUMD), termasuk Bank NTT. Lelang jabatan ditunda sementara dan akan digelar setelah pelantikan, yang dijadwalkan pada 7 Februari 2025.

Itu artinya, ada pihak yang melakukan pencatutan. Tentu saja, hal ini salah secara hukum dan sangat tidak etis jika dilihat dari perspektif moral.

Kita tidak perlu lagi memperluas dan memperlebar permasalahan. Opini ini hanyalah suatu upaya untuk menyumbangkan pendapat pribadi penulis tentang optimalisasi kinerja Bank NTT dari salah satu perspektif yang mungkin agak unik untuk kebanyakan orang, etika bisnis.

Optimalisasi Posisi Strategis Bank NTT

Penegasan pernyataan Melki Laka Lena dan ketegasan pilihan sikap pasangan gubernur-wakil gubernur terpilih NTT Melki-Johni perlu diapresiasi. Salah satu ciri pemimpin yang berintegritas adalah mampu mengantisipasi rancangan tangan-tangan nakal atas apa saja yang seharusnya digelar dan dilakukan secara transparan dan accountable.

Dalam konteks suksesi pengurus Bank NTT, hal ini menemukan urgensinya. Salah satu janji politik Melki-Johni di bidang ekonomi adalah memastikan hilirisasi (non-tambang). Secara sangat singkat, hilirisasi berarti memastikan setiap tahapan kegiatan ekonomi mulai dari produksi, distribusi, hingga konsumsi terjadi dalam salah satu wilayah atau teritori tertentu.

Salah satu contoh sederhana: pisang dari Ngada langsung bisa diolah di NTT untuk menjadi banana pie atau banana cakes dan menjadi produk unggulan NTT yang berdaya saing dengan produk-produk sejenis di Bali dan Surabaya.

Contoh sederhana ini penting, karena ada pengalaman miris di mana orang NTT menjual pisang ke luar pulau, lalu membeli olahan kue pisang atau banana cakes di bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali.

Melki Laka Lena pernah mengatakan, “Hilirisasi amat penting, agar (dengan nilai lebih dari produk yang ada) masyarakat bisa pegang uang makin banyak”

Prioritas pada program hilirisasi ini membutuhkan mesin ekonomi yang memastikan likuiditas. Pada titik kebutuhan ini, Bank NTT menjadi jantung dan motor perekonomian menyusul sejumlah fungsi tradisionalnya sebagai bank.

Ada sekurang-kurangnya 4 (empat) fungsi bank (J. Boatright, 2001:476). Pertama, bank sebagai pengantara untuk pembayaran atas nama nasabah kepada (dan dari) pihak lain. Orang tua dari seorang mahasiswa asal Kefamenanu yang mengambil kuliah di Malang atau Yogyakarta bisa mengirimkan uang kepada anaknya melalui bank, termasuk dengan menggunakan layanan e-banking. Begitu juga dengan seorang anak yang merantau di Batam mengirimkan uang kepada orang tuanya di So’e.

Kedua, bank menyimpan uang kita dengan aman. Daripada uang hasil penjualan cengkih pasangan pasutri di Mauponggo ditaruh di bawah bantal, sebaiknya uang disimpan di bank.

Ketiga, bank memberi pinjaman kepada masyarakat untuk membuka usaha baru dan untuk ekspansi usaha yang telah berjalan. Uang pasutri di Mauponggo yang disimpan di bank NTT bisa dipinjam oleh seorang pemuda di Waingapu yang berniat membuka usaha kafe atau vila untuk wisatawan.

Keempat, bank menanggung risiko dalam kegiatan simpan-pinjam uang. Di bawah pengawasan Bank Sentral dan sejumlah lembaga terkait, manajemen perbankan terjamin aman dan dikelola secara baik.

Dalam perkembangannya, terutama di era digital dengan segala disrupsinya, bank kemudian memainkan peran lebih dari sekadar fungsi-fungsi tradisional. Salah satunya adalah menjadi semakin besar melalui merger dan akuisisi.

Selain simpan-pinjam, bank juga bisa melayani valuta asing, asuransi, sekuritas, dan lain-lain. Termasuk adanya lembaga seperti institute untuk sejumlah kebutuhan riset dan pengembangan bank itu sendiri.

Bank NTT sebagai bank pembangunan daerah (BPD) perlu didorong untuk mampu memainkan peran-peran yang lebih inovatif secara akseleratif, sambil tetap menjaga kesehatan bisnis, relevansi kinerja dengan konteks kebutuhan masyarakat, dan mampu bersaing dengan BPD-BPD sejenis dan seukuran, serta berorientasi pada BPD-BPD yang telah berada pada satu atau dua tingkat di atasnya.

Sebagai jantung perekonomian NTT dan motor pembangunan Flobamorata, Bank NTT harus berada pada satu level manajemen yang profesional. Mungkin pada langkah-langkah awal ini, kita membutuhkan jasa konsultasi keuangan (financial advisory) yang bisa menentukan orientasi dan arah pengembangan Bank NTT secara tepat sasar dan terukur.

Tidak perlu membayangkan kita menyewa lembaga konsultasi keuangan yang mahal-mahal. Dengan jaringan yang ada, saya yakin, Melki-Johni telah menemukan banyak pihak, terutama warga NTT diaspora yang profesional di bidang industri perbankan, untuk urun-rembug membantu Bank NTT.

Pada gilirannya, suatu saat nanti, kita bisa menemukan Bank NTT yang sehat dan menjadi mega-bank dengan sejumlah diversifikasi usaha dan pelayanan jasa keuangan yang kreatif dan produktif bagi NTT.    

Dalam proses hilirisasi kegiatan ekonomi, Bank NTT harus sampai pada suatu titik menjadi jembatan atau mediator bagi semua jenis usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) masuk dalam incubator bursa efek Indonesia (BEI) untuk memastikan makin banyak UMKM NTT bisa go public dan mampu menggalang dana dari pasar modal dan sejumlah sumber pendanaan lainnya. Ini hanya ditampilkan satu contoh ilustrasi kecil dari banyak hal yang bisa dicapai jika Bank NTT telah menjadi suatu lembaga keuangan yang berkualitas.

Aspek Etis Bisnis Perbankan

Pemberitaan tentang pencatutan nama Melki-Johni dalam proses rekrutmen pengurus Bank NTT tentu saja menjadi sentimen negatif untuk semua ikhtiar kita menjadikan Bank NTT sebagai motor pembangunan dan jantung perekonomian. Hal ini langsung berkaitan dengan aspek-aspek etis dalam bisnis industri perbankan.

Pengajar Etika Bisnis Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Kees Bertens (1936-2024) memberikan penekanan pada tiga aspek etis dalam bisnis industri perbankan. Pertama, kebaikan bersama (the common good). Adalah rahasia umum bahwa masuk dalam jajaran direksi (board of directors/BOD) dan jajaran komisaris (board of commissioners/BOC) perbankan berarti akan menerima gaji yang fantastis.

Kendati demikian, menjadi komisaris dan direktur pada perbankan seperti BPD Bank NTT yang tugas utamanya menjadi motor pembangunan tidak boleh hanya berpikir tentang gaji dan bonus yang besar, tetapi wajib memperhatikan kebermanfaatan bank bagi banyak orang. Kepentingan diri individu tertentu tidak pernah boleh bertentangan dengan kebaikan bersama seluruh warga NTT.

Kedua, dunia perbankan harus selalu bisa dipercaya. Kepercayaan (trust) adalah tuntutan etis terpenting dalam bisnis perbankan. Oleh karena itu, transparansi menjadi keharusan.

Jika kita memandang pada bank-bank yang bonafid, transparansi berjalan bersama dengan akuntabilitas: mereka membuat laporan yang lengkap sekaligus jujur atas semua kinerja keuangan mereka setiap bulan, setiap kuartal, setiap semester, setiap tahun. Hal lain yang perlu dicatat mengenai trust ini adalah: manajemen risiko menjadi salah satu karakter dasar profesi bankir.

Ketiga, dunia perbankan tidak boleh serakah. Don’t be greedy! Kita tentu mengamini bahwa bisnis perbankan bukan merupakan suatu lembaga karya amal, akan tetapi keserakahan para komisaris dan jajaran direksi bisa membuat visi kebaikan bersama (bonum commune) menjadi kian menjauh.

Keserakahan itu bukan hanya soal korupsi, tetapi juga pembusukan dalam penetapan sumber daya manusia (SDM): karyawan dan pegawai Bank NTT. Sayup-sayup terdengar, perekrutan pegawai bank sangat bergantung pada kedekatan dengan para penguasa lokal seperti kepala daerah dan wakil rakyat.

Saya membayangkan, dalam semangat kolaborasi dan penguatan serta pemutakhiran kinerja, perekrutan pegawai Bank NTT memperhatikan secara serius portfolio pelamar yang mungkin dalam satu-dua tahun pernah berkarya di sejumlah bank besar sekelas himpunan bank milik negara (Himbara), BCA, Citibank, CIMB Niaga dan sejenisnya.

Pada akhirnya, perlu diakui, tilikan dari perspektif etika bisnis yang serba singkat ini hanya salah satu cara sumbang saran untuk optimalisasi Bank NTT sebagai motor pembangunan dan jantung perekonomian NTT.

Aspek-aspek etis ini perlu dilengkapi dengan regulasi dan supremasi hukum yang tegas serta panduan teknis yang tepat-sasar. Sehingga, suatu saat ketika membaca tagline Bank NTT “Melayani Lebih Sungguh”, kita boleh yakin bahwa pelayanan yang sungguh itu memang diarahkan agar masyarakat makin berdaya dan mandiri secara ekonomi, sebagaimana mimpi Melki-Johni dan kita semua: NTT yang Sejahtera.

*Penulis seorang jurnalis ekonomi-bisnis & peminat etika perbankan

Peningkatan Produktivitas Pangan Lokal Solusi Atasi Kemiskinan dan Stunting di NTT

0

Mbay, Ekorantt.com – Penjabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto mengatakan, peningkatan produktivitas pangan lokal menjadi salah satu solusi untuk menjawab tantangan kemiskinan dan menyelesaikan persoalan stunting di NTT. 

Menukil data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase kemiskinan di NTT pada Maret 2024 tercatat sebesar 19,48 persen, menjadikannya salah satu dari tiga provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Indonesia. Selain itu, NTT juga memiliki prevalensi stunting tertinggi kedua di Indonesia, mencapai angka 37 persen.

“Saat ini sudah ada program makan gratis bergizi yang diberikan kepada anak-anak kita. Ini merupakan program untuk memenuhi asupan gizi bagi anak-anak,” kata Andriko saat kunjungan kerja ke Kabupaten Nagekeo pada Kamis, 16 Januari 2025.


Ia menginginkan agar bahan baku yang digunakan pada program makan gratis bergizi ini berasal dari daerah sendiri. Itu seperti beras dan sayur dari petani NTT. Daging dan telur ayam dihasilkan dari peternak lokal, dan ikan datang dari nelayan lokal.

“Sehingga nantinya program ini bukan saja menjawab masalah stunting dengan pemenuhan gizi seimbang, melainkan juga ada peningkatan ekonomi masyarakat,” kata Andriko. 

Andriko juga mengatakan, perluasan fasilitas seperti embung menjadi kunci kemandirian pangan di NTT.

Ia menyampaikan itu ketika meninjau sarana irigasi embung Deki di Desa Dhereisa, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo. Embung Deki dibangun Pemerintah Provinsi NTT empat tahun lalu.

Menurut dia, Embung Deki dibangun sebagai sarana irigasi dalam optimalisasi produktivitas lahan. Ini juga untuk mendukung kebijakan Presiden Prabowo Subianto terkait swasembada pangan. 

“Pemanfaatan embung ini sudah mulai berproses dan mengairi lahan sekitarnya,” jelas Andriko. 

“Ini merupakan contoh mengoptimalkan lahan yang ada dalam peningkatan produktivitas lahan. Ada untuk sawah dan juga untuk tanaman lain seperti jagung,” tambah dia.

Ia pun ingin untuk membangun lagi embung-embung lain untuk memanfaatkan lahan yang ada. Sebab itu, Andriko meminta Pemerintah Kabupaten Nagekeo untuk mengirimkan usulan ke Kementerian Pertanian terkait potensi lahan, sarana irigasi (embung), pompa air, hingga benih dan pupuk.

“Ini juga untuk mendukung swasembada pangan yang diharapkan Bapak Presiden Prabowo,” katanya. 

Andriko juga mengatakan, Pemerintah Provinsi NTT mendorong optimalisasi lahan agar produktivitas pangan NTT terus meningkat.

“Provinsi NTT memiliki empat juta hektare lahan kering dan harus dimanfaatkan untuk swasembada dan kemandirian pangan,” katanya.

Kadis Pariwisata Minta Kerja Sama Semua Pihak Majukan Pariwisata Sikka

0

Maumere, Ekorantt.com – Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sikka Even Edomeko mengatakan untuk memajukan sektor pariwisata membutuhkan kerja sama lintas sektor.

Tahun 2024, terdapat 126 titik objek wisata di Kabupaten Sikka dengan rincian sebanyak enam objek wisata buatan, 47 objek wisata budaya, dan 73 objek wisata alam.

Dengan banyaknya titik objek wisata tersebut, Even mengharapkan kerja sama dari berbagai pihak untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di satu sisi, dan membangun pariwisata di sisi lain.

“Dalam teori pembangunan pariwasata dikenal pentaheliks yakni ada pers, dunia usaha, dunia pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Mari kita kolaborasi,” ujarnya kepada Ekora NTT pada 14 Januari 2025.

Terlebih lagi, pasca-letusan gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, terhitung sejak 16 Juli hingga 16 Desember 2024, pariwisata di Sikka anjlok karena Bandara Frans Seda Maumere tidak dapat beroperasi.

“Kunjungan wisatawan turun di bawah 50 persen, memang tidak sampai nol persen karena masih ada wisatawan yang gunakan jalur darat dan laut,” kata Even.

Akibatnya, kata dia, pengusaha penginapan dan hotel kehilangan pemasukan dan pendapatan daerah dari pajak yang berasal dari sektor pariwisata ikut menurun.

“Setelah bandara dibuka, tren kita langsung naik. Buktinya saat pembukaan bandara, pantauan tim kami, langsung ada wisatawan yang masuk,” ujarnya.

Menurut Even, indikator keberhasilan di sektor pariwisata ditentukan oleh tiga hal yakni banyaknya kunjungan wisatawan, lama tinggal wisatawan, dan tingkat belanja wisatawan.

Di sisi lain, jelas Even tren kunjungan wisatawan di Sikka berdasarkan data jumlah kunjungan dari penyelenggara hotel, mengalami penurunan selama periode 2019-2024, dengan jumlah kunjungan tertinggi terjadi pada 2019-2020.

“Tahun 2020-2021 menurun karena covid. Pasca-covid, tren kita mulai naik. Tetapi bersamaan dengan naiknya tren itu, ada pertumbuhan Labuan Bajo menjadi destinasi super premium. Itu menjadi halangan bagi daerah lain, termasuk Kabupaten sikka untuk maju lebih hebat,” jelasnya.

Dinkes Ngada Beberkan Penyebab Keterlambatan Pembangunan 5 Puskesmas dan RS Pratama Riung

0

Bajawa, Ekorantt.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada menjelaskan soal keterlambatan pembangunan lima gedung puskesmas baru dan Rumah Sakit Pratama Riung. Padahal sesuai rencana, proyek tersebut selesai pada 30 Desember 2024 lalu.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada Heronimus Due beralasan, sejumlah pekerjaan itu terlambat akibat kontrak pekerjaan yang baru dimulai pada Agustus 2024.

“Berawal dari Surat keputusan (SK) pengguna anggaran dari atas (Sekda) keluar terlambat,” ujar Heronimus saat ditemui Ekora NTT, Kamis, 16 Januari 2025.

Selain itu, kendala yang dihadapi pihak kontraktor saat proses pekerjaan yakni urusan adat bahkan ada karyawan yang meninggal saat proses pengerjaan.

“Seperti di So’a, ada acara berburu, itu selama satu minggu tidak kerja,” jelas Heronimus.

Kendala lain yang dihadapi yakni beberapa bahan bangunan yang harus didatangkan dari Pulau Jawa.

Meskipun demikian, Heronimus menegaskan hingga Senin, 13 Januari 2025, progres pekerjaan kelima puskesmas sudah pada persentase 60 persen.

Ia merincikan, Puskesmas Wolowio sudah 73 persen lebih, Puskesmas Inelika 67 persen lebih, Uluwae Raya 85 persen lebih, Puskesmas So’a 72 persen dan Puskesmas Lekosambi sudah dilakukan Provisional Hand Over (PHO).

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada dr. Yovita Maria Bernaditte Moi menambahkan, untuk RSUD Pratama Riung saat ini progres pekerjaan sudah 80 persen. Sementara alat kesehatan (Alkes) dan sarana prasarana sudah 100 persen.

“Dana rumah sakit Pratama 65 miliar, terdiri dari 45 miliar bangunan, 20 miliar Alkes dan prasarana,” jelas Yovita.

Ia berharap pekerjaan RSUD Riung bisa tuntas pada awal Februari 2025 mendatang.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ngada, Romilus Juji mengingatkan tentang kualitas pekerjaan, apalagi sejumlah kontraktor sudah dikenai denda keterlambatan.

Menurutnya, kualitas menjadi aspek utama dan harus seimbang dengan penyerapan anggaran.

“Bukan soal penyerapan dananya, tapi kualitas dan semoga cepat selesai dan bermanfaat bagi masyarakat,” harap Romilus.

Yaspem Maumere Bakal Gugat Maria Magdalena Terkait “Penyerobotan dan Keterangan Palsu”

0

Maumere, Ekorantt.com – Yayasan Sosial Pembangunan Masyarakat (Yaspem) Maumere akan memproses hukum Maria Magdalena dan kuasa hukumnya, Polikarpus Raga terkait “penyerobotan dan keterangan palsu” yang terjadi pada Rabu, 8 Januari 2025 lalu.

Hal itu disampaikan kuasa hukum Yaspem Maumere, Marianus Laka di Kantor Yaspem pada Senin, 13 Januari 2025.

“Mereka melakukan penyerobotan seturut pasal 167 ayat 1 KUHP, kemudian surat palsu yang mengutip putusan pengadilan tetapi isinya tidak sama, kemudian ada surat sita yang dibuat Polikarpus,” kata Marianus.

Tindakan Polikarpus, kata dia, termasuk contemp of court, sebuah tindakan yang merendahkan martabat pengadilan karena melakukan eksekusi tanpa perintah pengadilan tetapi atas namanya sendiri.

Polikarpus mendampingi Maria Magdalena mendatangi Kantor Yaspem Maumere pada 8 Januari 2025 dan melakukan “eksekusi mandiri”, sebuah tindakan yang bagi Polikarpus didasarkan pada yurisprudensi Mahkamah Agung.

Pihaknya juga memasang plang di depan kantor Yaspem Maumere yang berisikan pesan bahwa Yaspem telah beralih dari Agustinus Romaldus Heni dan Rafael Raga ke Maria Magdalena berdasarkan Putusan MA no. 3023 K/PDT/2024

Polikarpus pada saat itu tidak membawa surat perintah pengadilan, tetapi membawa “Surat Eksekusi” yang ditandatangani dirinya, sebagaimana diterima Ekora NTT dari Polikarpus.

Marianus mempertanyakan profesionalitas Polikarpus sebagai kuasa hukum atas tindakan yang dinilainya “menyesatkan klien dan publik dengan mengadakan surat eksekusi palsu.”

Surat eksekusi dan plang pengumuman dari pihak Maria tersebut, kata dia, akan dijadikan barang bukti dalam laporan ke pengadilan yang akan dilakukan dalam waktu dekat.

Rafael Raga, salah satu pengurus Yaspem Maumere mengatakan langkah hukum diambil karena tindakan Maria “merugikan lembaga, menyesatkan publik, dan bisa berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap Yaspem.”

Sementara itu, Ketua badan pengurus Yaspem Maumere Heni Doing menepis pernyataan Polikarpus terkait peralihan kepemimpinan yayasan mengatakan pihaknya sah secara hukum sebagai pengurus yayasan berdasarkan SK tahun 2019 yang disahkan Kemenkumham.

“Mereka (pihak Maria Magdalena) meminta Menkumham membatalkan kepengurusan kami yang sudah sah itu, tetapi ditolak,” kata Heni Doing.

Kata Heni, dasar gugatan Maria adalah akta kepengurusan tahun 2017. Akan tetapi, akta tersebut tidak sah karena tidak mempunyai kekuatan hukum.

“Mereka gunakan akta kepengurusan tahun 2017. Mereka gugat akta kami tahun 2019. Tetapi akta kami telah disahkan Kemenkumham, sedangkan mereka belum didaftarkan. Kalau mereka mau daftar sekarang, itu sudah lewat. Batas pendaftaran 30 hari setelah ditetapkan, sekarang sudah lewat 7 tahun,” pungkasnya.

Menteri Pendidikan Tinggi Tetapkan Hieronimus Canggung Darong Jadi Guru Besar

0

Ruteng, Ekorantt.com – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi menetapkan dan menyatakan Hieronimus Canggung Darong, telah memenuhi kompetensi kelayakan untuk diangkat sebagai guru besar.

Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi menyampaikan hal itu melalui sertifikat pengakuan dengan nomor 04115/E4/DT.04.01/JAD/2024 pada 14 November 2024 lalu.

Dia layak menjadi guru besar dalam ranting kepakaran: Pendidikan Bahasa Inggris /ELT /TEFL/English Teaching Methodology. Selanjutnya, Hiero dapat diangkat dalam jabatan akademik ke profesor dan meraih pangkat setingkat lebih tinggi.

Hiero, pria kelahiran Beokina pada 8 Juli 1978 ini, sebelumnya memperoleh jabatan fungsional sebagai lektor kepala di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Dengan status sebagai dosen tetap, dia memiliki pangkat Penata Tingkat I (Golongan III/D) sejak 1 Januari 2023.

Pengangkatannya sebagai guru besar diharapkan semakin memperkuat kontribusinya dalam pengembangan pendidikan bahasa Inggris di tingkat nasional maupun internasional.

Kepada Ekora NTT, Rabu, 15 Januari 2025, Hiero menyampaikan bahwa sebelum mendapatkan sertifikat itu, ia mengikuti ujian kompetensi sejak Oktober hingga November 2024.

“Puji Tuhan setelah melalui proses uji Kompetensi, saya dinyatakan lulus dan terbukti melalui sertifikat yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi,” ujarnya.

Selanjutnya, pihak kementerian telah mengeluarkan keputusan penting terkait kenaikan jabatan akademik dosen. Pada 28 November 2024, Menteri Pendidikan Tinggi menaikkan jabatan akademik Hiero menjadi profesor dan mulai berlaku efektif sejak 1 Desember 2024.

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro, mengatakan bahwa  kenaikan jabatan ini adalah hasil dari pencapaian akademik yang luar biasa dan memenuhi syarat yang telah ditentukan.

Hiero, yang lahir di Beokina pada 8 Juli 1978, kini menjadi bagian integral dari pengembangan akademik di Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng, di mana ia akan terus berkontribusi dalam bidang pendidikan bahasa Inggris.

Sebagai akademisi yang berdedikasi, beliau telah menunjukkan komitmen dalam pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Remaja SMP yang Tenggelam di Wae Pesi Ditemukan Tak Bernyawa

0

Ruteng, Ekorantt.com – Seorang remaja bernama Kristiano Carli Asan, 15 tahun, yang tenggelam di Sungai Wae Pesi, Jengkoe, Desa Satar Punda Barat, Kecamatan Lamba Leda Utara, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, pada Selasa, 14 Januari 2025 ditemukan tak bernyawa.

Jasad pelajar Sekolah Menengah Pertama itu ditemukan di tepi Sungai Wae Pesi, Lingkungan Keramat, Desa Salama, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, pada Rabu, 15 Januari 2025 pukul 15.35 Wita.

“Jasad korban ditemukan oleh saudara Nabon dalam kondisi terlentang di pinggir sungai,” kata Kapolsek Lamba Leda, Iptu Aris Ahmad melalui rilis yang diterima Ekora NTT.

Berdasarkan hasil pemeriksaan luar di Rumah Sakit Pratama Reo, kata dia, korban terlihat pucat keriput akibat kelamaan terendam di air.

“Tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban,” ujar Iptu Aris merujuk pada pemeriksaan itu.

Setelah dilakukan pemeriksaan medis, jenazah langsung diserahkan ke ayah kandungnya.

Dia bilang, jenazah korban telah dibawa ke Kampung Lagos, Desa Benteng Rampas, Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur, tempat asal korban.

“Orangtua kandung dari korban menerima kejadian tersebut sebagai musibah dan direncanakan korban akan dikebumikan pada Kamis, 16 Januari 2025 pukul 10.00 Wita,” terangnya.

Iptu Aris berkata, peristiwa nahas itu bermula ketika korban keluar dari rumah sekitar pukul 13.00 Wita menuju Sungai Wae Pesi. Ia pergi seorang diri.

Tiba di sungai, korban bertemu dengan para warga atau saksi yang sedang memancing.

“Korban hendak berenang menuju ke tempat saksi mancing, akan tetapi korban terseret arus sungai sehingga saksi atas nama Julianus mengambil sebatang bambu yang berada di sampingnya dan mengarahkan bambu ke arahnya,” jelas Aris ketika dikonfirmasi, Selasa malam.

Kata Iptu Aris, korban sempat memegang bambu, namun sialnya bambu tersebut patah. “Korban pun tenggelam,” jelasnya.

Setelah kejadian para saksi langsung menyampaikan hal itu kepada warga sekitar.

“Pada saat kejadian korban mengenakan baju singlet warna biru dan celana pendek warna cokelat,” katanya.

Ia mengatakan, anggota Polsek Lamba Leda Utara, anggota Satuann Polair, Polsek Reo, Koramil Reo, Babinsa Wilayah Utara Koramil 1612-05 Elar dan warga sekitar langsung melakukan pencarian.

Polisi Kembali Tetapkan Anggota KPPS di Mabar sebagai Tersangka, Terancam Maksimal 12 Tahun Penjara

0

Labuan Bajo, Ekorantt.com Penyidik Kepolisian Resor (Polres) Manggarai Barat resmi menetapkan STM alias Ivan sebagai tersangka dalam kasus dugaan tindak pidana Pilkada 2024 pada Kamis, 9 Januari 2025 pekan lalu.

Ivan merupakan anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di tempat pemungutan suara (TPS) 001 Namo, Desa Munting, Kecamatan Lembor Selatan, Manggarai Barat.

Kasus ini menambah deretan daftar nama anggota KPPS Pilkada 2024 yang sudah ditetapkan sebagai tersangka. Pada pada Rabu, 8 Januari 2025, Polres Mabar menetapkan M sebagai tersangka. Ia adalah anggota KPPS di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 005 Desa Siru, Kecamatan Lembor.

“Tersangka ada satu orang, berinisial STM alias Ivan (31), warga Desa Munting. Saat kejadian, tersangka bertugas mengarahkan pemilih untuk mengisi kolom daftar hadir,” kata Kasat Reskrim Polres Mabar, AKP Lufthi Darmawan Aditya, Rabu, 15 Januari 2025.

Penetapan Ivan sebagai tersangka setelah adanya laporan dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Manggarai Barat.

Setelah dilakukan kajian dan penyelidikan, Sentra Gakkumdu menyepakati perkara tersebut masuk dalam tindak pidana pemilihan, kemudian penyidikannya dilimpahkan ke kepolisian.

Menurut Lufthi, penetapan tersangka dilakukan penyidik setelah berkas dan barang buktinya lengkap.

“Pelaku ditetapkan sebagai tersangka karena diduga memberikan keterangan tidak benar pada daftar hadir pemilih yaitu mengisi tanda tangan pemilih yang pindah memilih dan tidak hadir di TPS 001 Namo, Desa Munting,” tuturnya.

Tersangka dijerat pasal 178E UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang-undang.

“Kini tersangka telah ditahan di rumah tahanan (Rutan) Mapolres Manggarai Barat. Atas perbuatannya, tersangka terancam hukuman maksimal 12 tahun penjara,” sebutnya.

Lufthi bilang, penyidik tengah fokus menyelesaikan kasus ini dan melimpahkan berkas perkara ke jaksa penuntut umum (JPU) Kejaksaan Negeri Manggarai Barat.

Dalam kasus tindak pidana ini, penyidik telah memeriksa 13 saksi. Tak hanya itu, sejumlah dokumen juga turut disita, salah satunya salinan daftar hadir pemilih di TPS 001 Namo, Desa Munting.

“Semua masih berproses, tim masih bekerja. Dalam waktu dekat berkas perkara dilimpahkan ke Kejaksaan. Kami pastikan penanganannya dilakukan secara profesional,” ungkapnya.

Ia meminta masyarakat untuk bersinergi menjaga situasi agar tetap kondusif setelah penetapan tersangka salah satu anggota KPPS.

“Jangan terhasut dengan adanya isu-isu negatif dari kelompok-kelompok yang ingin memecah belah persatuan di Manggarai Barat. Mari beri dukungan moral terhadap proses penegakan hukum yang sedang berjalan,” imbuhnya.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Manggarai Barat, belum melakukan rapat pleno penetapan bupati dan wakil bupati terpilih Pilkada 2024.

Pasangan calon nomor urut satu Mario Pranda-Richard Sontani telah menggugat hasil pemilihan kepala daerah (pilkada) Manggarai Barat 2024 ke Mahkamah Konstitusi.

Hasil penelusuran Ekora NTT pada website mkri.id perkara ini teregistrasi dengan Nomor: 65/PHPU.BUP-XXIII/2025.

Pihak Mario-Richard memberi sinyal pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Manggarai Barat tahun 2024 ada kecurangan.

Pasangan nomor urut satu Christo Mario Y. Pranda dan Richardus Tata Sontani memperoleh 71.164 suara sah. Sedangkan Edistasius Endi dan Yulianus Weng sebagai petahana meraup 73.872 suara sah. Artinya, dari perolehan suara masing-masing pasangan calon hanya berbeda 2.708 suara.