Sekolahkan Anak Lewat Jualan Batu dan Pasir

Maumere, Ekorantt.com– Siang itu, langit cerah, meskipun sinar matahari ditutup sebagian awan. Maria Darianti tampak lesuh dan rambutnya terlihat kering dan sedikit tak teratur. Pakaiannya kotor lagi kusut. Merah warna dasar pakaiannya juga terlihat semakin memudar.

Namun, di balik perawakan itu, sosok ini tetaplah ceriah. Senyumnya membuncah tanpa secuil kepalsuan. Dia justru menunjukkan gelora semangatnya ketika disambangi Ekora NTT, Kamis, 31 Januari 2019. Tidak sedikit pun kegentaran yang ditunjukkan lewat wajah wanita paru baya ini. Sebagai seorang penjual, dia menganggap semua yang datang adalah pembeli. Toh profesinya adalah penjual batu dan pasir.

Keseharian aktivitas Maria memang sebagai pengumpul batu dan pasir. Batu dan pasir yang terkumpul kemudian akan dia jual. Maria tidak malu atau merasa gengsi menjalankan usahanya itu. Dia justru beryukur dan mau melakukan aktivitas semacam itu. Bagi Maria, untuk bertahan hidup, dirinya harus berusaha, apa pun itu.

Maria menjalankan usahanya itu sudah selama satu tahun. Dalam rentang waktu tersebut, Maria menjajakan pasir dan batu di tempat yang sama. Lokasi usaha Maria persis berhadapan dengan Apotek Mahardika, di jurusan ruas Jalan Rumah Sakit TC. Hillers Maumere. Menurut Maria, sejak pagi dirinya sudah menyiapkan batu dan pasir. Pasir-pasir yang sudah terkumpul, dimasukkan ke dalam sak semen menurut besarannya.

Adapun Maria harus menjual 10 hingga 20 sak pasir dan batu. “Batu dan pasir saya beli per ret mobil truk sebesar Rp 350.000. Lalu batu dan pasir itu, saya pilah dengan ayakan, kemudian saya jual,” ungkap dia.

iklan

Menurut Maria, harga untuk satu karung pasir dan batu dipatoknya sebesar Rp. 10.000. Namun begitu, penjualannya tidak menentu dalam sehari. Maria kadang pilu, karena dalam satu hingga dua hari jualannya tidak terbeli.

Sementara pada sisi lain, Maria harus membantu suaminya, mengongkosi kehidupan rumah tangga mereka. Terutama dalam hal menyekolahkan anak-anaknya. Dua anak Maria sekarang sedang menempuh pendidikan di Seminari Bunda Segala Bangsa, dan satunya masih berada di bangku sekolah dasar.

“Saya tetap bersyukur, karena rejeki pasti selalu ada. Saya juga tidak mau menyerempet pembeli,” ungkapnya jujur. Tentang ini, dalam hidupnya, Maria menganut prinsip kesederhanaan dan menjalankan usaha tanpa rasa malu. Bagi dia, tidak ada yang buruk di dunia ini jika ingin memulainya.

Makanya, hari demi hari usaha berjualan batu dan pasir pun dilalui tanpa beban.

Maria tentu beruntung mendapatkan seorang suami yang juga setia dan bekerja keras. Sehingga dia tidak patah semangat dan pesimistis dengan jualannya. Meskipun, sang suami, dalam penuturan Maria, bekerja di lain tempat sebagai seorang tukang bangunan. Setiap hari mereka berpisah demi berjuang mengais rejeki. Saat ini, suaminya sedang bertukang di wilayah Magepanda.

Selain itu, Maria dan suaminya berbisnis dalam jualan sapi. Saat ini suaminya memiliki belasan ekor sapi yang siap dijual. Sapi-sapi itu, menurut Maria, dijaga oleh orang lain. Tentu saja Maria merasa terbantu oleh adanya bisnis jual beli sapi tersebut. Bahkan dirinya bersama suami sampai dengan saat ini, sanggup menyekolahkan kedua anaknya hingga berada di bangku SMP dan SMA. “Kami punya sapi, sekor dijual 9 juta rupiah,” bebernya.

Meskipun begitu, Maria tidak lekas jemawa. Maria akan tetap menjalankan usaha menjual batu dan pasir. Maria akan tetap berjuang menghidupkan keluarganya dengan jerih payahnya sendiri. Maria begitu menikmati pekerjaannya itu. Karena dia tahu, sebagai seorang ibu dan perempuan, dirinya berkewajiban menghidupi anak-anaknya. (Rian N)

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA