Oleh Yohanes Sudarmo Dua
Tahun ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka akan memberikan beasiswa kepada 380 mahasiswa baru yang berkuliah di Universitas Nusa Nipa Maumere (200 orang), IKIP Muhammadiyah Maumere (100 orang), dan STT Christo Re (80 orang).
Sebagaimana dirilis Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten Sikka, berita menggembirakan ini disampaikan langsung oleh Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo (Roby Idong).
Lebih dari sekedar sebuah berita gembira, program beasiswa untuk studi lanjut ke jenjang perguruan tinggi ini bisa jadi merupakan light of hope, terutama bagi mereka yang benar-benar mengalami kesulitan biaya pendidikan.
Kita tahu, biaya untuk menyekolahkan anak hingga menuntaskan pendidikan di bangku kuliah memang tidak sedikit. Roby Idong bahkan menggambarkan situasi titik nadir yang dialami masyarakat saat berusaha menyekolahkan anak-anak mereka hingga ke jenjang perguruan tinggi.
“Orang tua bahkan menghadapi pilihan yang paling sulit yaitu menjual harta benda mereka untuk menyekolahkan anak-anaknya. Akibatnya, mereka semakin miskin.”
Sebagai salah satu alumni penerima beasiswa pendidikan, saya sungguh merasakan betul manfaat dari kehadiran berbagai program beasiswa pendidikan.
Sekitar 12 tahun yang lalu, meski lulus Ujian Nasional dengan nilai rata-rata 92,40 dan nilai UN Bahasa Inggris 100, saya hampir saja tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi akibat ketiadaan biaya pendidikan.
Saya beruntung. Seorang guru akhirnya membantu mendaftarkan saya ke salah satu Perguruan Tinggi di Surabaya yang saat itu mendapat hibah I-MHERE dari Bank Dunia. Setelah melewati beberapa tahapan seleksi, saya akhirnya mendapatkan fully funded scholarship hingga selesai kuliah S1.
Demikian juga saat menyelesaikan studi S2. Tanpa Australia Awards Scholarship, mustahil bagi saya untuk dapat menyelesaikan studi Fisika di Australia.
My story is actually part of many people’s stories. Pun mungkin bagian dari cerita yang sedang dialami oleh banyak anak di Nian Tana Sikka. Karena itu, terobosan pemda Sikka dalam menghadirkan beasiswa pendidikan ini harus kita dukung, kawal, dan rawat agar benar-benar tepat sasaran, dan yang terpenting bisa terjaga keberlanjutannya.
Butuh Dukungan Berbagai Pihak
Agar program pemberian bantuan beasiswa pendidikan ini dapat terealisasi dengan baik, Bupati Roby tentu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama pihak legislatif.
Dalam hal ini, dibutuhkan kerja sama yang optimal antara pihak eksekutif dan DPRD Kabupaten Sikka untuk dapat menghasilkan keputusan terbaik terkait program beasiswa Pemda Sikka ini, baik itu menyangkut konstruksi regulasinya maupun sumber pembiayaannya.
Semua pihak terkait diharapkan berupaya seoptimal dan setulus mungkin agar bisa mendahulukan kepentingan dan kemaslahatan rakyat Sikka di atas berbagai tarik ulur kepentingan pribadi dan/atau kelompok tertentu.
Beasiswa Itu Berbeda dengan Bantuan Sosial
Harus digarisbawahi, meski beasiswa Pemda Sikka saat ini adalah realisasi dari janji politik Bupati Roby dan wakilnya untuk seluruh rakyat Sikka, harus bisa dipilah secara jernih bahwa program bantuan biaya pendidikan ini diskemakan dalam bentuk beasiswa, bukan bantuan sosial.
Beasiswa (scholarship) itu berbeda dengan bantuan sosial. Aksentuasi bantuan sosial biasanya hanya pada aspek ekonomi dari si penerima bantuan sosial tersebut. Dengan demikian, maka siapa saja yang masuk kategori tidak mampu secara ekonomi bisa langsung diberikan bantuan sosial.
Program beasiswa tidak demikian. Meski berasal dari keluarga tidak mampu, tidak serta merta bahwa yang bersangkutan akan mendapatkan beasiswa.
Program beasiswa menitikberatkan tidak hanya pada aspek ekonomi si penerima, tetapi juga pada beberapa kriteria penting lain, seperti prestasi akademik, motivasi belajar, kesehatan jasmani-rohani, kemampuan leadership, dan lain sebagainya.
Mengapa begitu? Kuotanya terbatas. Karena itu, program beasiswa biasanya dicirikan dengan tahapan seleksinya yang sistematis dan bahkan cenderung membutuhkan waktu yang lama. Maka, dalam skema beasiswa tidak pernah dikenal istilah “siapa cepat dia dapat.” Segala proses penentuan penerima beasiswa dilakukan melalui tahapan yang terukur, transparan dan objektif.
Sebagai penyedia dana pendidikan, pihak Pemda Sikka harus mulai dari sekarang bekerja sama dengan berbagai pihak yang kompeten guna memastikan agar proses seleksi yang dilakukan bisa berjalan secara berkualitas, transparan, dan objektif.
Mengapa? Tanpa proses seleksi yang berkualitas, program bantuan biaya pendidikan ini akan kehilangan ‘roh’-nya sebagai program beasiswa. Dan itu berarti, program ini bisa berpotensi menjadi lahan empuk bagi tumbuhnya berbagai praktik negatif karena kuotanya yang terbatas sementara peminatnya bisa dipastikan membludak.
Jangan Ada “Orang Dalam” di Antara Kita
Don’t get me wrong! Dengan mengatakan, “jangan ada ‘orang dalam’ diantara kita”, saya tidak sedang suudzon dengan “orang-orang Pemda” atau siapa pun yang saat ini terlibat dalam proses seleksi beasiswa Pemda Sikka.
Ini hanyalah sebuah peringatan dini untuk Pemda Sikka dan siapa saja yang terlibat dalam proses seleksi beasiswa ini. Diakui atau tidak, bila tidak didesain secara baik, proses seleksi dan perekrutan calon penerima beasiswa ini akan sangat rentan terkontaminasi wabah nepotisme dan ‘orang-orang titipan’.
Apalagi, proses seleksi kali ini adalah yang pertama dilakukan Pemda Sikka.
Bila kita belajar dari beberapa beasiswa kelas dunia seperti Fulbright, Australia Awards, dan Chevening, pihak penyelenggara beasiswa-beasiswa tersebut selalu sangat berhati-hati dalam menangani potensi kolusi dan nepotisme saat proses seleksi berlangsung.
AMINEF (penyelenggara seleksi beasiswa Fulbright) bahkan memasukan syarat yang cukup ekstrim, yaitu bahwa pelamar yang memiliki hubungan keluarga dengan pihak/staff AMINEF tidak diperkenankan untuk melamar.
Selain itu, untuk menjamin objektivitas, proses seleksi biasanya dilakukan oleh orang-orang di luar staf AMINEF/AAS/Chevening; biasanya oleh joint selection team, yang beranggotakan para profesor senior dan profesional dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga-lembaga kredibel.
Pemda Sikka tentu tidak harus serigid AMINEF dan Chevening dalam menerapkan proses seleksi, tetapi harus tetap dipastikan bahwa proses seleksi yang dilakukan adalah benar-benar proses yang objektif dan transparan.
Solusinya, proses seleksi sebaiknya dilakukan dengan melibatkan tim seleksi yang terdiri dari para akademisi, tokoh masyarakat dan tokoh agama, psikolog serta para profesional yang integritas dan kredibilitasnya bisa diandalkan.
Dampaknya terhadap Dunia Pendidikan di Sikka
Saya membayangkan, bila program beasiswa ini bisa dirawat dengan baik oleh semua pihak terkait, dampaknya tidak sekedar akan dirasakan oleh para penerima beasiswa, tetapi juga bisa menjadi triggering factor yang memicu peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Sikka.
Saya pernah melakukan thought experiment berikut. Misalkan Pemda Sikka memberlakukan persyaratan seperti ini: untuk dapat menjadi prioritas diterimakan beasiswa Pemda Sikka, seorang lulusan SMA/SMK yang berasal dari keluarga kurang mampu (dibuktikan dengan dokumen-dokumen terkait) harus mendapatkan nilai rata-rata rapor dan Ujian Nasional minimal 80.
Selain itu, peserta didik yang aktif di bidang organisasi, olahraga dan seni, apalagi yang telah berhasil mengharumkan nama Nian Sikka, oleh Pemda, akan dijadikan prioritas penerima beasiswa Pemda Sikka.
Bisa dibayangkan bagaimana anak-anak Sikka saling bersaing untuk berprestasi dalam segala bidang guna mendapatkan slot beasiswa Pemda Sikka. Hal ini, pada gilirannya, akan berkontribusi positif bagi peningkatan kualitas pendidikan di Sikka.
Di atas semuanya, program beasiswa Pemda Sikka ini, menurut saya, tidak sekedar tentang pemberian bantuan biaya pendidikan dari pemerintah kepada rakyatnya.
Program ini adalah simbol kehadiran Negara yang memelihara pelita mimpi putera/i Sikka, terutama yang berasal dari keluarga kurang mampu, agar tetap bercahaya. Ia adalah kecambah harapan yang harus kita rawat dan kawal bersama.