Maumere, Ekorantt.com – Bupati Sikka, Fransisko Roberto Diogo kesal dengan keributan yang terjadi saat perhelatan tinju yang berlangsung di lapangan Gelora Samador Maumere, Sabtu (3/8 2019) malam.
Dalam apel bersama ASN, Senin (5/8/2019), Bupati Roby menegaskan, keributan yang terjadi sangat memalukan dan mencoreng nama baik Kabupaten Sikka.
Karena itu, Bupati Roby meminta Ketua Harian Koni Sikka untuk menelusuri faktor pemicu dan orang yang harus bertanggungjawab dalam kegiatan itu.
“Itu tinju profesional diurus oleh panitia dan promotor. Bukan urusan Pemda.Tetapi demi menjaga nama baik Kabupaten Sikka, saya minta Ketua Harian Koni Sikka telusuri dan laporkan ke bupati untuk diklarifikasi sehingga masyarakat Kabupaten Sikka tahu titik permasalahan dari kericuhan itu,” tegas Bupati Roby.
Seperti disaksikan Ekora NTT, usai apel senin pagi itu, sekelompok orang datang menuju lantai 1 Kantor Bupati Sikka, berusaha menemui Ketua Harian Koni Kabupaten Sikka, Rudolfus Ali.
Mereka datang untuk meminta pertanggungjawaban keuangan karena mereka tidak kebagian uang hasil penjualan karcis.
Mereka adalah Wilem Lojor dan dua orang dari timnya. Lojor adalah orang yang membawa tim wasit dan sejumlah petinju asal Indonesia lainya.
“Kami datang minta Pak Ali uang untuk makan dan pulang karena kami diterlantarkan panitia dan promotor,” kata Lojor.
Selain Lojor, hadir juga Herman Siswanto selaku pemilik Hotel Benggoan Maumere bersama seorang ibu. Mereka juga meminta Ketua Panitia, Rudolfus Ali untuk bertanggungjawab atas uang sebanyak Rp68 juta untuk tiket PP sebagaimana pesanan panitia yang tertera dalam surat pernyataan.
Namun hal ini gagal dipertanggungjawabkan oleh Rudolfus Ali.
Mereka pun nekat naik ke lantai 2, menemui Bupati Roby Idong. Persis di pintu masuk ruang tamu, mereka berpapasan dengan Bupati Roby, Rudolfus Ali dan Kabag Humas Pemkab Sikka, Even Edo Meko.
Kepada Bupati Roby, Lojor mengatakan bahwa mereka ditelantarkan oleh panitia dan promotor. Mereka meminta bantuan kemanusiaan kepada Bupati Sikka agar mereka bisa makan dan pulang.
Lojor mengakui, dirinya kehabisan uang karena sudah memulangkan sebagian petinju lewat kapal laut. Sebagiannya lagi masih terkatung-katung di Maumere.
“Pak wartawan lihat ini bukti tiket kapal laut yang saya urus tadi malam mereka pulang. Kami datang dari Jakarta mau buat nama besar kabupaten ini, ternyata kami diterlantarkan,” keluh Lojor.
“Kami dari luar sangat yakin dan percaya karena ada iklan Bupati Sikka, Gubernur NTT dan Wakapolda NTT. Kami datang untuk sukseskan kegiatan ini, tapi ternyata sampai di Maumere, kami tidak diperhatikan. Kami minta bapak bupati bantu kami untuk makan dan pulang,” ujar Lojor.
Tentu saja hal ini membuat Bupati Roby prihatin. Ia kemudian memanggil Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Sikka untuk mengurus tiket kepulangan mereka dengan Kapal Windu Karsa ke Surabaya.
“Ini bantuan kemanusiaan bukan dari Pemda karena kegiatan tinju ini adalah tinju profesional, diurus oleh panitia dan promotor,” tegas Bupati Roby.
Terkait kasus tinju ini, Bupati Roby menjelaskan, Tinton dan Angga harus dipanggil untuk mempertanggungjawabkan kondisi yang terjadi.
“Ini harus panggil Tinton dan Angga. Mereka harus bertanggungjawab. Saya awal dapat informasi tentang rencana kegiatan ini dari mereka. Mereka dua datang di Rujab, menyampaikan dan minta dukungan,” kata Bupati Roby.
“Saya bilang oke. Secara pribadi, saya sumbang penginapan di Hotel Nara Room secara gratis. Saya punya foto dipajang di baliho dan iklan di media pun saya tidak diberitahu. Jadi Tinton dan Angga harus bertangungjawab dan jelaskan ke publik,” desak Bupati Roby.
Menanggapi desakan Bupati Sikka tersebut, baik Tinton maupun Angga ketika dikonfirmasi Ekora NTT via telepon seluler secara terpisah, Senin (5/8/2019) mengatakan, keduanya tidak tahu karena beberapa minggu setelah bertemu Bupati Roby, keduanya mengundurkan diri.
“Benar kami bertemu bupati di Rujab tetapi kami sudah mengundurkan diri. Jadi harus tanya ke promotor termasuk foto Pa Bupati yang dipajang di baliho dan iklan di media pun kami tidak tahu,” jawab Angga dan Tinton di ujung telepon.
Sementara itu, Ketua Persatuan Tinju Amatir (Pertina) Kabupaten Sikka, Heny Doing juga angkat bicara. Baginya, kegiatan itu tidak ada urusan dengan organisasi tinju Kabupaten Sikka, dalam hal ini Pertina.
“Saya pernah didatangi Tinton dan Angga bawa proposal. Tapi saya tolak karena dana APBD Sikka untuk cabang olahraga tinju nomenklaturnya bukan untuk kegiatan seperti itu. Malah ditawarkan jadi ketua panitia pun saya tolak,” tegas Heny Doing saat dikonfirmasi di gedung DPRD Sikka Senin (5/8 2019).