Tinju Internasional di Maumere, Flores, Dirancang untuk Gagal?

Maumere, Ekorantt.com – Mei 2019.

Yohanes M. Vianey Tinton alias Tinton, Gabriel Langga alias Angga, dan Patrick Juang Rebong saling tukar gagasan di Kantor Redaksi Lenterapos.com di Jalan Sukarno-Hatta, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Alok Timur.

Mereka merencanakan dan mendiskusikan gagasan “NTT Big Fight II” tinju internasional di Maumere.

Patrick mau mengulang kenangan lama menggagas dan mengkreasi kegiatan serupa bertajuk “NTT Big Fight I” di Mbay, Nagekeo, Flores.

Dalam even tinju internasional di Mbay, Patrick bertindak sebagai Promotor Ring Arena Promotion.

Tinton dan Angga juga terlibat dalam even “NTT Big Fight I” di Mbay, Nagekeo, Flores di atas.

Patrick tak jelaskan peran Tinton dan Angga dalam even di Nagekeo itu.

Tinton, Angga, dan Patrick adalah kawan lama.

Atas dasar persahabatan itu, Patrick kemudian mempercayakan Tinton dan Angga untuk menjadi pengurus panitia lokal “NTT Big Fight II” tinju internasional di Maumere.

Dalam status Facebook akun “Patrick R Juang” tertanggal 5 Juli 2019, Patrick menulis, “Lahan perlahan, sudut-sudut kota Maumere mulai diramaikan  baleho dan billboard evemt tunju prof akbar NTT Big Fights 2, di Gelora Samador. Proficiate Tim, slam dari Kupang, Toni Kolin, Erick B Sabon, Viktor Sudarmadji dan Ketua Panitia acara, Vianey Tinton dan sek. Moat Angga. Kalianlah avantgrade, garis terdepan, pengawal semangat anak-anak muda NTT bangkit, menuju kejuara dunia, di kabupaten SIKKA.”

Namun demikian, Patrick menuturkan, penunjukkan Tinton dan Angga sebagai pengurus panitia lokal tidak berdasarkan surat perjanjian kerja sama atau kontrak kerja.

Dalam wawancara dengan EKORA NTT, Kamis (8/8), Patrick merincikan peran Tinton dan Angga sebagai ketua dan sekretaris panitia lokal antara lain sebagai berikut.

Tinton dan Angga memfasilitasi dirinya bertemu Bupati Sikka Robby Idong di Rumah Jabatan (Rujab) di Jalan El Tari.

Maksud pertemuan itu adalah menggalang dukungan moral dan material dari orang nomor 1 di Nian Tana atas penyelenggaraan tinju internasional di Gelora Samador Maumere.

Menurut Patrick, dalam pertemuan tersebut, Bupati Robby menjanjikan kucuran dana dari Pemda melalui KONI Sikka yang akan dialirkan melalui Persatuan Tinju Amatir (Pertina) Sikka untuk memperlancar kegiatan ini.

Dia tidak tahu persis besaran dana itu.

Dalam benaknya, dana subsidi silang dari Pertina Sikka itu sekitar Rp50 Juta – Rp100 Juta.

“Tapi, dana itu tidak ada. Padahal, dalam rapat sebelumnya, melalui Ketua KONI, kita akan dapatkan dana subsidi dari Pertina. Karena pengajuan sudah ada,” kata dia.

Peran Tinto dan Angga adalah menghubungi dan mengajukan proposal permohonan dana subsidi silang kepada Ketua Pertina Sikka Romualdus Henny Doing.

“Saya pernah didatangi Tinton dan Angga bawa proposal. Tapi, saya tolak karena dana APBD Sikka untuk cabang olahraga tinju nomenklaturnya bukan untuk kegiatan seperti itu. Malah ditawarkan jadi ketua panitia pun saya tolak,” kata Henny Doing saat dikonfirmasi di gedung DPRD Sikka Senin (5/8 2019).

Di samping itu, lanjut Patrick, Tinton dan Angga juga bertugas mengurus dan mengajukan permohonan dana sponsorship ke bank-bank dan lembaga keuangan lainnya.

Direktur Bank NTT Cabang Maumere Ben Bloy Bogar kepada EKORA NTT, Jumat (9/8) membenarkan, pihaknya menerima proposal permohonan dana dari panitia even tinju internasional.

Dia menandaskan, pihaknya mengucurkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar Rp65 Juta berdasarkan prosedur yang berlaku.

Namun, dia tidak menyebut identitas pemberi proposal.

Managemen Kopdit Pintu Air Asia juga menerima proposal permohonan dana dari panitia.

Hasil investigas EKORA NTT menunjukkan, Surat Permohonan Dukungan kepada managemen Kopdit Pintu Air ditandatangani oleh Promotor Ring Arena Promotion Patrick Juang Rebong dan Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo dengan cap logo Ring Arena Promotion dan cap lambang Bupati Sikka pada tanggal 25 Juni 2019.

Tembusan surat ditujukan kepada Bupati Sikka, KONI Sikka, Pertina NTT, dan KONI NTT.

Dalam isi surat, panitia menulis, “Sehubungan dengan akan diselenggarakannya event kejuaraan akbar 24 partai tinju Amatir, Profesional dan Kejuaraan Internasional, NTT Big Fights II (Perebutan Sabuk Emas Bupati Sikka, Sabuk Emas Gubernur NTT, Medali Emas Brigjen Pol Johni Asadoma dan WBC Asia Kelas Ringan) di Kota Maumere, Kabupaten Sikka, pada tanggal 1-3 Agustus 2019, yang ditujukan untuk menghibur masyarakat Kabupaten Sikka, serta pembinaan atlet tinju Pro dan Amatir pemula di Provinsi NTT pada umumnya dan Kabupaten Sikka pada khususnya, kami mengusulkan permohonan Kerjasama-Sponsorship. Surat Permohonan Dukungan ini sudah terlebih dahulu dikoordinasikan dengan Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo, Koni Sikka, dan Pertina Sikka di Maumere.”

Sementara itu, surat Permohonan Sponsorship Kegiatan Event Tinju Internasional, NTT Big Fights II yang ditujukan kepada pimpinan Kopdit Pintu Air ditandatangani oleh Patrick Juang Rebong selaku Promotor Ring Arena Promotion dan Fransiskus Roberto Diogo selaku Ketua Umum KONI Sikka pada tanggal 25 Juni 2019.

Dalam rincian anggaran dan biaya, disebutkan kebutuhan dan estimasi biaya tinju internasional sebagai berikut.

Tabel 01. Rincian Anggaran dan Biaya

Sumber: Dokumen Proposal Ring Arena Promotion kepada Kopdit Pintu Air. Dolah oleh Litbang EKORA NTT.

Namun, pihak managemen tidak mengabulkan proposal tersebut.

Managemen Pintu Air juga mempertanyakan pencantuman logo Pintu Air di tiket tinju.

Menurut mereka, pencantuman logo koperasi terbesar di NTT itu dilakukan secara sepihak.

Selain mengurus proposal permohonan dana, Tinton dan Angga juga berperan me-lobi dan me-negosiasi Dedi Olderikus.

Dedi Olderikus adalah Manager Produksi PT Choin Entertainment.

PT Choin Entertainment adalah vendor penyedia sound system, lighting, rigging, dan barikade.

Berdasarkan surat “Perjanjian Kerja Sama NTT Big Fight II Tinju Internasional Maumere 1 – 3 Agustus 2019”, ada pun kewajiban PT Choin Entertainment adalah pertama,wajib menyediakan alat Sound System, Lighting, Rigging & Barikade. Kedua, wajib memasang Sound System, Lighting, Rigging & Barikade dilokasi pada h-1 sebelum acara. Ketiga, bersedia mengikuti seluruh jadwal yang diberikan Ring Arena Promotion.

Sementara itu, hak PT Choin Entertainment adalah menerima segala bentuk perijinan tempat dan perizinan lain yang akan memperlancar produksi lapangan dan pembayaran sebagaimana isi perjanjian, yaitu sebesar Rp30 Juta.

Surat perjanjian kerja sama di atas ditandatangani oleh Erik B. Sabon selaku Panitia “NTT Big Fight II” Tinju Internasional Maumere dan Dedi Olderikus selaku Manager Produksi PT Choin Entertainment.

Pembayaran jasa vendor itu dilakukan via Erik Sabon.

Erik B. Sabon kini menghilang dan belum bisa dihubungi.

Patrick kenal Dedi Olderikus dari Tinton dan Angga.

Atas dasar saling kenal tersebut, Dedi Olderikus selaku Manager Produksi PT Choin Entertainment bersedia me-negosiasi harga pembayaran jasanya sebagai vendor dari harga penawaran awal sebesar Rp50 Juta menjadi Rp30 Juta.

Peran sentral Tinton dan Angga juga tampak dalam kesediaan mereka memberi Kantor Redaksi Lenterapos.com sebagai tempat pertemuan teknis tim panitia.

Patrick mengakui, dua minggu sebelum tinju internasional digelar di Gelora Samador, tim panitia menggelar pertemuan intens di Kantor Redaksi Lenterapos.com.

Patrick mengaku, selaku promotor, dia memberi uang, walaupun tidak banyak, kepada Tinton dan Angga untuk biaya operasionalisasi kerja panitia.

Promotor mesti keluarkan uang sendiri karena Pemda, dalam hal ini KONI dan Pertina Sikka, batal kucurkan dana subsidi silang.

Dana dari Bank NTT sebesar Rp65 Juta baru dicairkan pada hari H.

“Sebelum itu, dana pribadi saya. Tanya mereka. Saya kasih, tapi jumlahnya sedikit. Dana operasional sebagai panitia. Dana persahabatan. Bayar listrik. Tidak usah hitung,” katanya.

Dia mempercayai Tinton dan Angga karena percaya bahwa mereka bukanlah wartawan Pemda, melainkan wartawan kota.

Dia ajak mereka berdua bukan terutama karena dia tidak bisa kerja sendiri, melainkan karena merasa bisa menghasilkan suatu acara yang baik.

“Saya juga mantan wartawan,” kata dia.

Patrick menegaskan, di tiket dan di billboard tinju, tercetak besar-besar logo Lenterapos.com.

Hasil investigasi EKORA NTT menunjukkan, pada tiket tinju internasional di Maumere tercetak logo lembaga pemerintah dan swasta seperti Ring Arena Promotion, Pemda NTT, Pemda Sikka, KONI, Bank NTT, Kopdit Pintu Air Asia, dan Media Online Lenterapos.com.

Di bagian belakang tiket tersebut, tercetak cap stempel Pemerintah Kabupaten Sikka Badan Pendapatan Daerah.

Oleh karena itu, Mantan Jurnalis Koran Singgalang di Sumatera Barat ini menjadi heran saat Tinton dan Angga mengundurkan diri dari kepanitiaan lokal.

“Seharusnya sebagai manusia dari awal sampai akhir. Berani berbuat, berani bertanggungjawab,” katanya.

Menurut dia, alasan pengunduran diri Tinton dan Angga tidak pernah jelas.

“Saya tidak tahu, apa isi hati mereka sehingga mereka mundur. Dugaan saya, mereka pikir, apa yang kita omong, tidak akan kita lakukan. Mereka pikir tidak ada anggaran untuk kegiatan itu. Karena Pemda belum ada anggaran untuk kegiatan ini. Tapi, kamu lihat sendiri kegiatan ini berjalan. Namun, dia dihentikan atau digagalkan oleh orang-orang,” kata dia.

Patrick berkata, seandainya Tinton dan Angga bersabar, tentu mereka akan tahu bahwa apa yang dia katakan saat itu sungguh terjadi.

Walau demikian, mewakili teman-temannya yang masih setia, Patrick berterima kasih kepada Tinton dan Angga yang sudah membantu dirinya sedari awal.

Untuk mengisi posisi kepanitiaan yang lowong, Patrick kemudian menunjuk Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah sekaligus Ketua Harian KONI Sikka Rudolfus Ali menjadi ketua panitia.

Rudolfus Ali menggantikan posisi Tinton dan Angga.

Kepada EKORA NTT, Senin (5/8) malam, Rudolfus mengaku, dia ditunjuk secara lisan menjadi ketua panitia beberapa hari sebelum even itu digelar.

Sebelumnya, dia tidak tahu menahu soal kegiatan ini.

Menurut Ketua Harian KONI Kabupaten Sikka ini, panitia lokal sebelumnya adalah Tinton Meo dan Gabriel Langga atau yang biasa disapa Angga.

Menurut dia, Tinton dan Angga pernah menemui KONI dan Pertina (Persatuan Tinju Amatir) Sikka untuk menyerahkan proposal permohonan dana even tersebut.

Namun, proposal itu ditolak oleh KONI dan Pertina Sikka.

Beberapa hari sebelum kegiatan digelar, Tinton dan Angga, wartawan Lenterapos.com itu, mengundurkan diri dari kepanitiaan.

Rudolfus mengatakan, setelah Tinton dan Angga undur diri, tim Ring Arena Promotion kemudian menghubungi dirinya untuk menjadi ketua panitia.

Dia menerima permintaan tersebut karena hendak menjaga dan mengharumkan nama Kabupaten Sikka. Apalagi status dia adalah Ketua Harian KONI Sikka.

“Ini tinju kelas internasional. Makanya saya setuju jadi ketua panitia,” ungkap dia.

Menurut Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip daerah Kabupaten Sikka ini, tugasnya sebagai Ketua Panitia hanya memfasilitasi kegiatan ini agar dapat berjalan dengan baik.

Menurut dia, kegiatan ini sudah berjalan dengan baik. Pertandingan tinju sempat digelar sebanyak dua partai. Dua partai itu mempertandingkan petinju amatir Sikka melawan Sikka dan petinju Sikka melawan petinju Flores Timur.

Rudolfus mengatakan, setelah menonton dua partai tambahan itu, dia pergi ke Beru untuk makan malam bersama anaknya.

Lalu, dia ditelepon bahwa ada masalah terkait tinju di Gelora Samador. Menurut dia, masalahnya adalah pemilik sound system mematikan sound system. Alasannya, pihak penyelenggara belum bayar lunas ongkos sound system.

“Mereka baru terima uang Rp17 juta. Makanya mereka kasih mati,” katanya.

Patrick sudah mengklarifikasi bahwa angkanya bukan Rp17 Juta, tetapi Rp16 Juta.

Menurut Rudolfus, kegiatan tinju sudah mengantongi izin dari Polres Sikka. Bupati Sikka Robby Idong juga sudah diberitahu tentang pelaksanaan kegiatan tersebut.

Atas dasar penjelasan di atas, Patrick pun meminta semua pihak, termasuk Bupati Robby, untuk tidak menyudutkan Tinton dan Angga.

“Pernyataan bupati minta mereka bertanggungjawab atas dasar apa? Karena mereka yang memperkenalkan saya ke Beliau. Yang bertanggung jawab atas gagalnya kegiatan ini adaah pemilik alat,” kata dia.

Kepada EKORA NTT, Kamis (8/8), Patrick mengatakan, PT Choin Entertainment selaku pemilik alat sound system diduga kuat melakukan tindak pidana sabotase acara tinju bertajuk “NTT Big Fight II” itu.

Patrick menarik kesimpulan itu karena pemilik sound system tersebut mematikan alat di tengah acara tanpa konfirmasi, diskusi, dan pemberitahuan terlebih dahulu kepada dirinya selaku penanggung jawab dan Promotor Ring Arena Promotion.

Promotor tinju kelahiran Atadei, Lembata, Flores ini berpendapat, jika PT Choin Entertainment tidak menyetujui besaran DP, maka mestinya sudah sejak awal mereka tolak tawaran pihaknya.

“Mengapa Anda terima tawaran, lalu matikan alat di saat acara berlangsung yang mengakibatkan batalnya acara ini? Acara ini dibatalkan oleh mereka secara sepihak,” ungkap dia.

Mantan Jurnalis Kopesia.com di Sumatera Baratini mengatakan, saat dirinya tidak mampu me-negosiasi pihak PT Choin Entertainment, dirinya menyuruh Toni Kolin, Ketua Ring Arena, dan polisi untuk datang ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk menanyakan “maunya” PT Choin Entertainment.

Dia juga sempat tawarkan uang Rp2,5 juta kepada PT Choin Entertainment.

Namun, semua usahanya itu ditolak mentah-mentah oleh PT Choin Entertainment. PT Choin Entertainment tetap bersikeras mematikan sound system.

Dalam konfirmasinya dengan Ketua Pertina NTT Samuel Haning, demikian Patrick, Samuel Haning mengatakan, acara ini terindikasi disabotase oleh oknum tertentu.

Dugaan pertama, acara disabotase oleh PT Choin Entertainment.

Dasar dugaan ini adalah PT Choin Entertainment merupakan pemilik alat sound system dan merekalah yang mematikan alat itu secara sepihak di tengah acara.

Sementara itu, dugaan kedua masih menanti hasil investigasi lanjutan.

Menurut Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Perindo ini, tindakan pembatalan kontrak kerja secara sepihak dan sabotase acara secara sepihak yang mengakibatkan kegaduhan, kerugian moral dan material, fitnah, dan pembusukan nama dirinya selaku promotor merupakan tindakan melawan hukum atau pidana.

Patrick mengatakan, atas dasar dugaan tindakan sabotase di atas, Ring Arena Promotion akan menggugat Dedi Olderikus selaku pemilik alat dan Manager Produksi PT Choin Entertainment.

Oleh karena itu, dia berencana menggugat PT Choin Entertainment sebesar Rp1 Triliun.

Dedi Olderikus mengakui, pihaknya menghentikan sound system beberapa saat setelah acara berjalan.

Mereka menghentikan sound system karena menilai pihak event organizer (EO)/Promotor tidak memiliki itikad baik sesuai perjanjian yang telah di sepakati bersama.

Menurut mereka, dalam perjanjian antara EO/Promotor dan vendor terdapat kesepakatan pembayaran fee akan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama H-1 sebelum acara (saat loading produksi) dan tahap kedua setelah sound check di hari H.

Akan tetapi, dalam perjalanannya, pihak EO/Promotor hanya membayar tahap pertama dan pada tahap kedua tidak dilakukan sesuai kesepakatan atau setelah sound check.

Demi kelancaran dan tidak merugikan masyarakat, mereka tetap melanjutkan karena dari pihak EO/Promotor berjanji akan membayar setelah acara berjalan karena kekurangan untuk fee pembayaran akan diambil dari pembelian tiket penonton yang masuk ke Gelora Samador.

Setelah acara berjalan, ternyata mereka tidak mendapat kejelasan soal hak mereka.

“Oleh karena itu, kami menghentikan sound system untuk menuntut profesionalitas dari pihak EO/Promotor yang ternyata menghilang dari area acara,” kata dia.

Patrick menduga, Dedi adalah bagian dari panitia lama bentukan Tinto dan Angga. Di sana ada Vaustinus Fasco dan Henny Doing.

Menurut dia, mereka tidak mendukung even tinju internasional ini karena bupati akan naik daun.

Beberapa peristiwa pendukung bisa disebutkan di sini.

Pihak Pertina Sikka membatalkan kerja sama beberapa saat setelah dia baru turun dari pesawat di Bandara Waioti.

Mereka mengkonfirmasi bahwa Pertina Sikka batal memberi dana subsidi silang kepada Ring Arena Promotion dalam hitungan jam. Dalam hitungan jam itu, dia harus mencari uang tambahan.

“Mereka batalkan kerja sama menjelang acara. Supaya kegiatan ini tidak berjalan dan ada kesan penipuan publik. Soal aroma politik, kita tidak punya bukti. Yang bisa dilacak adalah mereka baru saja mengkonfirmasi batalnya subsidi silang bukan hitungan hari, tetapi hitungan jam. Artinya, saya merasa dipermainkan. Karena dalam hitungan jam harus mencari uang sebesar itu. Saat turun dari pesawat, saya dipastikan tidak ada subsidi silang,” katanya.

Patrick mempertanyakan ketidakhadiran Ketua Pertina Sikka Henny Doing dalam even tinju internasional ini.

Dia merasa heran, Henny Doing tidak menghadiri even itu.

Padahal anak-anak binaannya tampil di ring tinju.

Menurut Patrick, terdapat 20 atlet tinju se-daratan Flores-Lembata yang akan bertanding.

Petinju-petinju amatir itu didominasi oleh petinju dari Pertina Sikka. Mereka dikoordinasi oleh Martin Adji. 

“Ada 10 partai. 3 partai itu mereka semua yang main,” katanya.

Menurut dia, Henny Doing sudah diundang panitia dalam kapasitasnya sebagai Ketua Pertina.

Dia tidak tahu, mengapa Henny Doing tidak menghadiri acara tersebut.

“Apa dia tidak peduli dengan tinju? Sebagai pengurus, dia harus punya jiwa korsa. Saya tidak minta dia bertanggung jawab, tapi jangan salahkan kami,” katanya.

Patrick berpendapat, Henny Doing tidak layak pimpin Pertina Sikka.

“Semoga saja dia punya sumbangan konkret untuk Pertina. Bukan hanya pengadaan ring. Selama jadi anggota DPRD pernah ada tinju di Sikka?” tanya dia.

EKORA NTT sudah menghubungi Saudara Henny Doing untuk melakukan wawancara terkait pernyataan Patrick Juang Rebong.

Namun, anggota DPRD Sikka dari Partai Demokrat itu belum beri kepastian soal waktu wawancara.

Dalam pesan singkat via WhatsAp yang terakhir, Henny Doing hanya membaca pesan dan tidak membalasnya.

EKORA NTT juga sudah mewawancarai Yohanes M. Vianey Tinton alias Tinton melalui sambungan telepon pada Senin (12/8) pagi.

Namun, Tinton meminta, seluruh isi pembicaraan dalam wawancara tersebut tidak boleh diberitakan.

Dia meminta EKORA NTT menghargai hak off the record dia sebagai narasumber.

Adakah aroma politik di ring tinju Gelora Samador?

Simak terus liputan EKORA NTT di edisi selanjutnya…

spot_img
TERKINI
BACA JUGA