Klaim Pencapaian Gubernur NTT di HUT Kemerdekaan RI Ke-74

Kupang, Ekorantt.com – Dalam momen Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI Ke- 74, Gubernur NTT Viktor Laiskodat merincikan beberapa klaim pencapaian pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur selama masa kepemimpinannya bersama Wakil Gubernur Josef Nae Soi di Aula Fernandez, Jumat (16/8/2019) sebagai berikut.

Pertama, bidang Pendidikan.

Kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan di tiap jenjang pendidikan semakin baik yang tergambar dari  besaran Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).

Pada tahun 2018, realisasi APK masing-masing untuk tingkat pendidikan SD sebesar 116,58%, SMP sebesar 88,51% dan SMA/SMK sebesar 77,81%.

Sedangkan, realisasi APM, untuk jenjang pendidikan SD sebesar 96,12%, SMP sebesar 68,14% dan SMA/SMK sebesar 53,67%.

“Kita harus bangga kepada 19 orang siswa-siswi NTT yang telah memperoleh nilai sempurna atau 100 pada Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang lalu. Ini pencapaian yang sangat baik dan harus bisa memotivasi siswa-siswi maupun tenaga pendidik lainnya,” kata Viktor.

Menurutnya, mulai tahun pelajaran 2018/2019 Pemerintah Provinsi NTT mencanangkan untuk seluruh SMA, SMK dan SLB di NTT sudah menerapkan Kurilkulum 2013  atau K13.

Untuk melaksanakan K13 secara menyeluruh, maka Pemerintah Provinsi telah melakukan program bimbingan dan pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan sebanyak 470 orang dan kepala sekolah sebanyak 114 orang.

Dari waktu ke waktu, Pemerintah terus mengupayakan peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga pengajar beserta sarana/prasarana penunjang pendidikan lainnya, dan diprioritaskan pada sekolah-sekolah yang berada pada daerah-daerah terpencil dan terisolasi.

Kedua, bidang kesehatan.

Pembangunan bidang kesehatan saat ini menitikberatkan pada penekanan jumlah balita stunting atau balita yang mengalami tinggi badan kurang, penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Penanganan stunting merupakan titik awal pengembangan SDM NTT yang bermutu dan kompetitif.

“Memang kita sadari bahwa prevalensi balita stunting di daerah ini masih cukup tinggi yaitu pada tahun 2018 sebesar 42,46%, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 30,8%. Kondisi ini menjadi prioritas utama dan sementara kita perangi bersama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota serta stakeholder terkait lainnya,” kata Viktor.

Menurutnya, penanganan balita stunting dilakukan selain melibatkan berbagai sektor seperti kesehatan, ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan sanitasi, penanggulangan kemiskinan, pendidikan, sosial, dan sektor terkait lainnya, juga melalui intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu pada masa kehamilan sampai dengan anak berumur dua (2) tahun.

Salah satu upaya yang saat ini gencar dilakukan Pemerintah dalam mengatasi kekurangan gizi dan stunting, yaitu melalui pemberian makanan tambahan dengan nilai gizi yang tinggi dan nutrisi yang berbahan marungga kepada ibu hamil dan balita di fasilitas-fasilitas kesehatan masyarakat sampai dengan Posyandu.

Selain itu, parameter-parameter kesehatan lainnya, yaitu Angka Kematian Ibu dan Jumlah Kematian Bayi.

Angka Kematian Ibu pada tahun 2018 sebesar 158 kasus, lebih rendah 5 kasus di bandingkan tahun 2017.

Pada  semester pertama  tahun 2019 tercatat sebanyak 54 kasus.

Sedangkan Kasus Kematian Bayi pada tahun 2018 sebesar 1.265 kasus dan pada semester pertama tahun 2019 tercatat sebanyak 450 kasus.

Penyebab kasus kematian bayi didominasi oleh permasalahan infeksi dan perdarahan.

“Kita berharap di tahun ini dan di masa mendatang realita kehidupan Ibu dan anak semakin baik dan sejahtera. Berbagai intervensi pemerintah yaitu, Penguatan Strategi Revolusi KIA, Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dalam mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), pemenuhan ketersediaan sarana/prasarana kesehatan serta paramedis dan tenaga kesehatan lainnya,” katanya.

Pada kesempatan ini, Gubernur mengajak semua elemen masyarakat mendukung Gerakan NTT Bersih, dengan menjaga kebersihan mulai dari diri sendiri dan tempat tinggal dan beraktivitas untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan asri.

“Perlu kita sadari bahwa kepedulian dan aksi nyata kita semua untuk memerangi sampah, untuk mewujudkan lingkungan yang bersih menjadi salah satu faktor penting gerak langkah dan aksi kita dalam mendukung pariwisata sebagai prime mover pembangunan ekonomi di Nusa Tenggara Timur,” ungkap Viktor.

Ketiga, bidang pariwisata.

Sektor pariwisata diandalkan sebagai penggerak ekonomi NTT ke depan.

Selain satwa komodo, NTT juga memiliki sejumlah objek wisata yang telah mendunia, di antaranya, Pulau Sumba sebagai pulau dengan alam terindah di dunia (the most beautiful Island in the world) dengan kekayaan budayanya, Pulau Rote dengan keindahan dan eksostisme Pantai Nembarala, Pulau Sabu dengan Kelaba Maja, Pulau Alor dengan keindahan bawah lautnya, Pulau Flores dengan Danau Kelimutu dan keindahan alamnya, serta berbagai wisata budaya dan wisata religi lainnya seperti Porsesi Samana Santa di Larantuka.

Agar dapat meningkatkan laju kunjungan wisatawan ke semua obyek wisata tersebut, Pemerintah mengupayakan konektivitas antarobjek wisata atau yang lebih dikenal dengan “Pariwisata Estate in Ring of Beauty”.

Oleh karena itu, dalam rangka peningkatan investasi di bidang pariwisata, dibutuhkan adanya peningkatan atraksi, aksesibilitas, akomodasi, amenitas, dan awareness atau kesadaran.

Saat ini, Pemerintah memprioritaskan pengembangan pariwisata estate pada destinasi-destinasi baru dan akan terus diupayakan dengan menggandeng semua sektor untuk meningkatkan rantai nilai ekonomi.

Pada tahun 2018, jumlah kunjungan wisatawan di NTT menunjukkan tren  yang  terus meningkat menjadi sebesar 1.132.269 orang, dengan rincian wisatawan mancanegara sebanyak 197.106 orang dan  wisatawan nasional sebanyak 935.163 orang.

Adapun pertumbuhan hotel pada tahun 2018 sebanyak 502 hotel, yang dapat mengindikasikan bahwa usaha-usaha pariwisata yang berkontribusi langsung kepada pemenuhan kebutuhan wisatawan ikut juga bertumbuh antara lain usaha transportasi wisata, usaha kuliner, dan jasa wisata lainnya.

Upaya yang sedang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi NTT adalah mengembangkan Konsep Pembangunan Pariwisata Estate, dengan pola Community Based Tourism.

Pola ini mengandalkan pembangunan pariwisata secara kolaboratif, lintas tupoksi dan lintas kepentingan, serta menjadikan desa dan masyarakat sebagai pelaksana dan penerima manfaat.

Khusus kebijakan penutupan sementara Taman Nasional Komodo, harus dimaknai sebagai bentuk upaya konservasi terhadap satwa Komodo yang merupakan satu-satunya di dunia, serta wujud perbaikan tata kelola Wisata Komodo sehingga  dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat NTT.

Keempat, bidang kelautan dan perikanan.

Kondisi Geografis NTT berbentuk kepulauan dan memiliki luas laut kurang lebih 200.000 km2 serta panjang garis pantai 5.400 km, maka pembangunan sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu daya ungkit peningkatan perekonomian NTT.

Potensi-potensi yang dikembangkan pada sektor kelautan perikanan adalah perikanan tangkap dan budidaya, rumput laut, mutiara dan pengembangan garam.

Hal yang perlu dibenahi adalah peningkatan kualitas SDM bidang kelautan dan perikanan serta penyediaan sarana/prasarana penunjangnya.

Potensi lestari perikanan tangkap sebesar 491.700 ton per tahun, dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 393.360 ton per tahun, namun hasil produksi pada tahun 2018 baru sebesar 147.916,64 ton.

Pengembangan perikanan tangkap dititikberatkan pada penyediaan sarana prasarana tangkap, pengolahan untuk meningkatkan hasil dan nilai produksi, serta pemasaran.

Produksi rumput laut pada tahun 2018 sebesar 1,9 juta ton lebih. Pada bulan Mei 2019 lalu, tercatat dalam sejarah  untuk pertama kalinya NTT melakukan ekspor langsung produk olahan rumput laut berupa ATC Chips sebanyak 25 ton ke Argentina.

Pemerintah akan mengintervensi sektor ini mulai dari pembibitan, proses pembudidayaan, pengolahan dan pemasaran di semua sentra produksi rumput laut, agar terjaga kualitas dan kuantitasnya, sehingga ekspor rumput laut NTT dapat berkesinambungan dengan pasar yang semakin luas.

Untuk pengembangan garam, kondisi cuaca NTT sangat menunjang untuk pengembangan garam yang berkualitas tinggi.

“Dari segi kuantitas, NTT punya garis pantai yang panjang sehingga dengan pengelolaan yang baik, maka saya optimis garam NTT dapat memenuhi kabutuhan garam nasional saat ini,” ungkapnya.

Kelima, bidang pertanian.

Sektor pertanian merupakan sektor yang dominan dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi.

Tahun 2019, Pemerintah memprioritaskan peningkatan produksi dan produktivitas mutu tanaman pangan dan perkebunan, meliputi pengembangan intensifikasi padi seluas 37.500 ha; pengembangan komoditi jagung seluas 34.000 ha, kedelai seluas 8.030 ha, bawang merah seluas 570 ha, bawang putih seluas 560 ha, pengembangan kawasan marungga seluas 135 ha dengan sistem pola tanam alley cropping, pengembangan kawasan aneka cabai seluas 450 ha, kawasan jeruk seluas 35 ha, kawasan mangga seluas 82 ha, kawasan kopi seluas 550 ha, kawasan kakao 600 ha, pengembangan tanaman kelapa seluas 1.300 ha, tanaman jambu mete seluas 1.000 ha, tanaman cengkeh seluas 2.580 ha, tanaman vanili seluas  10 ha, tanaman pinang seluas 30 ha dan tanaman tembakau seluas 160 ha.

Pengembangan sektor pertanian ini didukung dengan penyediaan sarana prasarana pendukung, yaitu alat dan mesin pertanian serta penyediaan infrastruktur pengairan.

Keenam, bidang peternakan.

Dalam bidang peternakan, masyarakat peternak NTT setiap tahun secara terus menerus berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan daging sapi/kerbau secara nasional, rata-rata sebesar 12 juta Kg per/tahun.

Mengingat sampai saat ini Indonesia masih mengimpor daging sapi untuk konsumsi nasional, maka pembangunan peternakan difokuskan untuk mampu menutup impor daging melalui peningkatan produksi untuk mencapai populasi 2 juta ekor sapi dari saat ini 1.027.000 ekor sapi, dengan dukungan pengembangan industri pakan ternak ruminansia dan pengembangan sentra-sentra pembibitan sapi pada kawasan peternakan di Pulau Sumba, Kabupaten Kupang, TTS, Malaka, Manggarai, Manggarai Barat dan Ngada. Kita juga akan mengembangkan sapi Wagio sehingga pada saatnya Nusa Tenggara Timur bisa menyiapkan daging Premium.

Pengembangan industri pengolahan produk peternakan dengan mengutamakan industri yang masif, berbasis budaya dan kearifan lokal seperti industri daging se’i untuk mendukung pengembangan destinasi kawasan pariwisata, sedangkan pengembangan produk perunggasan dipadukan dengan pengembangan pabrik pakan untuk memenuhi permintaan daging ayam dan telur ayam, sehingga mampu mengendalikan inflasi daerah dan meningkatkan pendapatan peternak unggas.

Ketujuh, bidang perindustrian dan perdagangan.

Di era digitalisasi ini, pengembangan perindustrian dan perdagangan di Provinsi NTT diarahkan pada beberapa hal sebagai berikut.

Pertama, Peningkatan SDM Industri Kecil Menengah serta Usaha Kecil Menegah  agar dapat bersaing dalam Industri Four point Zero melalui pendidikan dan pelatihan, pemagangan, sertifikasi kompetensi serta pengembangan IKM/UKM dengan platform digital.

Kedua, dukungan pengembangan industri komoditi unggulan NTT di sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan agar menjadi industri yang berorientasi ekspor dengan mengembangkan dan memanfaatkan teknologi pengungkit produktifitas.

Ketiga, fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual tradisi budaya khas NTT dan produk khas NTT seperti tenun ikat, tradisi budaya dan minuman tradisional, sehingga terstandarisasi dan bermerek.

Keempat, pengaktifan peran pelajar dan pemuda sebagai konsumen cerdas, agar bertindak kritis untuk diri sendiri dan lingkungan dalam rangka pemberdayaan konsumen. Konsumen cerdas dan berdaya menjadi penting untuk membangun perekonomian NTT secara sehat.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA