Ende, Ekorantt.com – Ratusan orang yang tergabung dalam Forum Pencari Keadilan untuk Anselmus Wora menggelar malam 1.000 lilin di sepanjang Jalan Eltari, tepatnya di depan Kantor Bupati Ende, Sabtu (7/3/2020) malam.
Aktivis kemanusiaan dari Garda NTT, GMNI Cabang Ende, dan keluarga mendoakan keselamatan jiwa Almarhum Ansel Wora, yang kematiannya di Dusun Ekoreko, Kecamatan Pulau Ende pada Oktober 2019 silam masih menyisahkan tanda tanya.
Selain menyalakan lilin di sepanjang Jalan Eltari, para aktivis juga menyampaikan orasi secara bergantian.
Kakak kandung Almarhum Ansel Wora, Hendrik Seni mengatakan, kematian Almarhum Anselmus Wora meninggalkan duka mendalam bagi keluarga.
Meski Polda NTT menghentikan penanganan kasus ini pada pertengahan Februari 2020 lalu, keluarga tetap memperjuangkan keadilan dengan mengirim surat pengaduan masyarakat kepada Polda NTT.
“Gerakan 1.000 lilin merupakan bentuk protes terhadap keputusan penghentian penanganan kasus kematian Ansel Wora oleh Polda NTT,” kata Koordinator Lapangan aksi 1.000 lilin, Marianus Yanto Woda.
Setelah menyalahkan 1000 lilin, isak tangis peserta aksi tak terbendung ketika putri Alamrhum Ansel Wora, Elda Wora membacakan puisi berjudul “Tangisan Cinta Kami Anak untuk Bapa Ansel Wora”. Puisinya begini;
Kami tahu Bapak Ansel, bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kehilangan adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi Bapa…
Kami tahu itu Bapa Ansel.
Tapi yang membuat kami anakmu tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kehilanganmu benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri kami, karena kami membutuhkan-mu Bapa.
Sekejap saja, lalu rasanya mampu membuat kami menjadi nelangsa setengah mati, hati kami seperti tak di tempatnya, dan tubuh ini serasa kosong hilang isi.
Kamu tahu bapa, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Menatap ke arah laut di pulau seberang, seperti mengingatkan kisah terakhir Bapa menggendong Ade Christin dan pamit dengan mama.
Sedih Bapa, air mata kami memang hampir habis walau tidak mau mengering.
Cerita merenda akan apa penyebab kepergian-mu, membuat hati kami anakmu ikut berkecamuk. Doa kami pasrahkan pada Bapa di surga, serta berkat bagi petugas kepolisian dan pejuang kemanusiaan..
Pada air mata yang jatuh ini, kami selipkan salam perpisahan panjang, pada kebahagiaan yang telah Bapa ukir, pada kenangan manis selama Bapa ada, kami bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar Bapa di sini.
Kami anakmu sangat ingin Bapa melihat kami tumbuh, khusus Christin yang masih kecil, mendengar tangisannya dan bapa menggendongnya. Tapi Sang maha pengatur punya rencana-Nya sendiri.
Selamat jalan sebagian hidup kami, dan cinta kami dan mama…
Bapa dari-Nya, dan kembali pada-Nya, Bapa ada untuk kami, dan sekarang tiada bersama kami.
Selamat jalan Bapa kami tersayang, cahaya di mata kami, penyejuk jiwa kami, selamat jalan.