Kisah Pria Tunanetra di Matim, Hidupi Anak dan Istri yang Gangguan Jiwa

Borong, Ekorantt.com-64 tahun lalu, Martinus Adat terlahir dengan kedua matanya yang tidak normal. Ia tidak bisa melihat sama sekali.

Dalam keterbatasan fisiknya, warga Nancang, Kelurahan Mandosawu, Kecamatan Poco Ranaka, Manggarai Timur ini mengaku tidak perna putus asa berjuang mempertahankan hidup.

Pada 1990, Martinus menikahi Paulina Dihus. Tiga tahun kemudian, mereka dikaruniai seorang putri yang diberi nama Fransiska Jemina.

Sejak usia 3 tahun, Fransiska menunjukkan gejala sakit; ia selalu bicara dan tertawa sendiri.

Melihat itu, Martinus dan Paulina memilih untuk tidak menyekolahkan putri sulungnya itu.

Menginjak usia remaja, Fransiska diajak oleh seorang biarawati untuk tinggal di salah satu Biara Susteran di Mano, ibukota Poco Ranaka.

Beberapa bulan bertahan tinggal di Biara, Fransiska kemudian memilih untuk kembali ke rumah orangtuanya.

Kondisi keluarga ini semakin parah, ketika pada 2007, Paulina yang sebelumnya selalu membantu Martinus untuk mencari nafkah, mengalami sakit. Ia jarang keluar rumah dan sering bicara sendiri.

Menghadapi situasi yang demikian, Martinus mengaku tegar. Ia yang sebelumnya tidak terbiasa mengerjakan pekerjaan dapur, mulai beradaptasi.

“Selama ini, saya yang masak makanan untuk mereka,” kisah Martinus kepada Ekora NTT, baru-baru ini.

Sejak istrinya terkena gangguan jiwa, Martinus mengaku dapat menyambung hidup keluarganya karena belaskasihan tetangga dan orang-orang yang peduli.

“Setiap hari ada warga yang memberikan beras, uang, sehingga kebutuhan keluarga kami selalu terpenuhi,” katanya.

Martinus bersyukur karena tahun 2020, keluarganya mendapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).

“Kita masih berharap bantuan dari sesama dan juga dari pemerintah,” pintah Martinus.

Adeputra Moses

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA