Maumere, Ekorantt.com – Shella Bernadetha (20 tahun), atlet voli putri Indonesia, tertarik dengan bola voli karena penasaran. Saat itu, Shella, begitu sapaan manisnya, duduk kelas 5 di SD Barosman 4 Cimahi. Dari berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, yang paling menonjol adalah bola voli. Bersama teman-temannya, ia sering menjuarai turnamen di sekolah.
Lantas, Shella penasaran dan mulai menekuni olahraga bola voli. Kerja keras dan keseriusan berlatih jadi resepnya. Meskipun tidak terlahir dari keluarga atlet, gadis blasteran Maumere-Bengkulu ini bertekad untuk menjadi atlet voli profesional.
“Saya nggak langsung naik gitu ya. Ikut proses kan. Mulai latihan dari kelas 5 SD. Terus masuk klub tu, masuk klub, masuk klub. Terus 2017, pertama kali ikut Proliga. Di situ baru muncul namanya,” kata Shella kepada Ekora NTT.
Pertama kali ikut kompetisi bola voli profesional tahunan di Indonesia tersebut, ia bergabung bersama klub Jakarta Elektrik PLN dan langsung menjuarai Proliga tahun 2017.
Setahun kemudian, ia pindah klub. Bersama klub voli BJB, ia mengarungi musim ketujuh belas Proliga tahun 2018. Tahun 2019, ia bermain untuk BJB Pakuan. Selang setahun, ia ganti klub lagi. Ia berlabuh di Jakarta BNI 46.
Gadis 20 tahun ini tetap menyimpan mimpi untuk bermain di tim nasional. Ia sadar bahwa mimpi tersebut tidak mudah diraih. Banyak anak tangga yang harus dinaiki. Apalagi atlet-atlet seniornya punya jam terbang tinggi dengan segudang prestasi.
Berkat usaha yang pantang menyerah, quicker cantik yang satu ini dipanggil untuk mengikuti seleksi tim nasional untuk berlaga pada ajang SEA Games di Filipina tahun 2019 lalu. Ia tidak menyangka, dirinya bisa ikut seleksi dan masuk dalam skuat tim nasional voli di Pesta Olahraga Asia Tenggara yang ke-30 tersebut.
“Pertama nggak nyangka ya, soalnya dipanggil seleksi tu. Terus kayanya nggak bakal masuk deh. Soalnya banyak senior kan. Terus mungkin rezeki Shella di situ. Akhirnya Shella Masuk,” ujarnya.
Bersama rekannya yang tergabung dalam tim bola voli putri Indonesia, Shella mampu merebut medali perunggu dalam ajang SEA Games 2019. Prestasi ini membuat gadis kelahiran Bandung 20 tahun silam ini bangga dan bersyukur. Kendati demikian, ia terus berlatih keras untuk meraih prestasi pada ajang-ajang berikutnya.
Goyangan yang Menghibur
19 Februari 2020 lalu, Shella baru pertama kali menginjakkan kaki di kampung halaman sang ayah Regis Onan. Tiba di Maumere, dirinya mendadak viral. Namanya ramai dibicarakan oleh warganet. Khusus di Maumere, warganet sibuk berpolemik soal asal usul Shella. Tana Air atau Koting-Gere?
Video-video tentang keahliannya bermain bola voli beredar luas. Banyak yang kagum dengan dirinya. Tak disangka sebelumnya bahwa seorang atlet voli tim nasional berasal dari Kabupaten Sikka. Kekaguman akan dirinya pun menyebar ke seantero NTT.
Jika sebelum terkenal sebagai atlet voli, Shella begitu antusias untuk meminta foto bersama atlet voli kebanggaannya. Kenyataan berbeda ia rasakan setelah menjadi atlet voli profesional. Hal itu ia rasakan saat tinggal sepekan di Maumere. Ia selalu didatangi fans setiap hari. Mereka ingin bertemu dengan idola baru. Penampilannya yang ramah dan sedikit kocak membuat penggemarnya tak segan untuk berfoto ria bersama.
Pada saat yang bersamaan, video tik tok goyangan Shella viral di jagat maya. Beberapa video menampilkan aksi goyangnya di sela-sela pertandingan. Menurutnya aksi goyang ini hanya sebagai cara untuk menghilangkan stress dan kejenuhan.
Bergoyang, bagi Shella, adalah cara untuk meluapkan sekaligus berbagi kegembiraan kepada orang lain. Tak heran, selama liburan di Maumere, ia berkesempatan untuk berjoget ria bersama sepupunya di Gere. Mereka bergoyang khas a la Maumere diiringi lagu Dendang Dikideng. Aksi hiburan ini diunggah diakun instagram @Shellabernadetha.
Selain melepas rindu bersama keluarga, Shella tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menikmati pesona pariwisata di Maumere. Bersama orang Dinas Pariwisata Kabupaten Sikka, dirinya berplesir ke sejumlah destinasi pariwisata, diantaranya Koja Doi dan Tanjung Kajuwulu.
Ia mengaku senang dan terpesona. Terik matahari yang membakar kulit tak ia hiraukan. Ia sangat betah dan nyaman dengan alam Kabupaten Sikka. Bak model cantik, Shella menuntaskan kunjungannya ke setiap destinasi dengan sesi foto.
Satu hal yang bisa membuatnya bahagia saat foto yakni bisa tampil modis dengan balutan pakaian adat Sikka.
“Pengen bawa satu biar bisa dipakai kalau ada acara apa gitu di Bandung,” ucapnya senang.
Begitulah Shella Bernadetha. Berlibur dan menyatu dengan alam dan budaya orang Maumere. Karena sesungguhnya Shella adalah anak nian tana dan idola kita.
Aty Kartikawati