Hoaks Menyebar Segesit Corona

Ende, Ekorantt.com – Awal April 2020 lalu, Kapal Motor Niki Sejahtera asal Surabaya sandar di Pelabuhan Ende. Niki Sejahtara mengangkut 140-an penumpang.

Bersamaan dengan itu, ada informasi yang beredar di media sosial Facebook tentang adanya pasien virus corona di kapal Niki Sejahtera yang berlabuh di pelabuhan laut Ende tersebut. Rupa-rupa komentar muncul. Bayang-bayang kepanikan dan ketakutan terbersit dalam setiap komentar dan tanggapan.

Tentang informasi yang sama, seorang ibu di Ruteng, Anas Wanur mengontak anaknya yang merantau di Ende. Karena panik, ia meminta sang anak pulang kampung karena menurut kabar yang ia dapatkan bahwa virus corona sudah ada di Ende. Takut kalau terjadi apa-apa pada anaknya.

Setelah dicek, informasi tersebut adalah kabar bohong alias hoaks. Faktanya, setelah ditelusuri, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, dr.Muna Fatma mengatakan informasi yang beredar bahwa ada satu penumpang kapal KM Niki Sejahtera yang positif corona adalah informasi yang tidak benar.

Untuk menetapkan seseorang positif Covid-19 harus melalui serangkaian test laboratorium swab atau rapid test sehingga tidak begitu mudahnya seseorang disebut positif Covid-19.

Namun kabar bohong yang beredar luas ini berhasil menciptakan kepanikan di tengah meluasnya wabah corona. Sejak munculnya wabah corona, kabar bohong bermuculan di jagat maya.

Produksi berita hoaks tentang corona hampir muncul setiap hari, setiap jam, bahkan setiap saat. Bergerak secepat wabah corona. Bahkan, lebih gesit dari virus yang mematikan tersebut.

Tidak hanya itu, kabar lain yang mengundang rasa penasaran publik Ende yakni informasi tentang penutupan Pasar Ende. Akun facebook Saiful Zen menulis pada statusnya bahwa Pasar Ende akang ditutup gara-gara penyebaran virus corona. “Mulai besok 1-4-2020 Pasar Ende ditutup. Waduh.. Corona… Corona,” begitu ia menulis pada dinding facebooknya.

Meskipun postingan tersebut kemudian dihapus, warganet bertanya-tanya soal kebenaran informasi tersebut. Beberapa orang bertanya, apakah kabar tersebut benar atau tidak? Yang parahnya lagi, sebagian orang mudah percaya. Mengamini begitu saja. Mereka termakan infomasi yang belum jelas kebenarannya.

Saat dikonfirmasi, Bupati Ende, H. Djafar H. Achmad menjelaskan, tak benar informasi yang ada di media sosial bahwa Pasar Ende akan ditutup. Itu hoaks dan pemerintah daerah tidak pernah mengeluarkan aturan tentang penutupan Pasar Ende.

Selanjutnya, Bupati Djafar berkoordinasi dengan Dandim dan Polres Ende untuk mencari-tahu asal usul berita bohong tentang penutupan Pasar Ende. Setelah ditelusuri, oknum yang membuat berita hoaks berhasil diketahui.

Dalam rapat evaluasi tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di Ende, 15April 2020 lalu, Dandim 1602 Ende, Moch Fuad Suparlin yang juga Wakil Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Ende mengatakan, timnya telah menelusuri dan mengetahui siapa di balik berita bohong penutupan Pasar Ende.

Suparlin mengatakan, yang membuat hoaks itu adalah seorang oknum guru. Ia telah meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya.

“Kebetulan anggota kita adalah ketua RT di tempat di mana guru itu tinggal. Anggota kita telah membinanya dan meminta agar oknum guru ini tidak ulangi lagi, karena sangat meresahkan warga,” terang Suparlin.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Djafar mengungkapkan, dirinya telah memanggil dan meminta pertanggungjawaban dari oknum guru yang berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) ini. Kepada yang bersangkutan, Bupati Djafar bilang ASN harus menjadi contoh yang baik bagi masyarakat kebanyakan. ASN tidak boleh memperkeruh suasana dengan menyebarkan berita tidak jelas kebenarannya.

Bupati Djafar juga mengimbau seluruh lapisan masyarakat untuk mengikuti instruksi pemerintah dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19. Di samping itu, harus tetap waspada dan bersama-sama mencipkatan suasana yang tenang.

Kepada awak media, Bupati Djafar meminta agar mempublikasikan informasi yang benar. Ia tidak menghendaki berita yang Asal Bapa Senang (ABS) selama pandemi corona. Yang dikehendakinya adalah berita yang sesuai dengan alur protokol penanganan Covid-19.

Terkait berita hoaks, hal ini memang telah menjadi perhatian sejumlah akademisi sejak awal. Rini Kartini, dari Kampus Universitas Nusa Nipa misalnya, mengutarakan, media sosial memungkinkan siapa saja untuk bicara, meskipun dia bukan ahli sekalipun. Media sosial punya kekuatan klik and share. Setiap orang bisa dengan cepat klik and share apapun yang sekiranya menarik perhatiannya.

Nah, sesuatu yang menarik, kata Kartini, bisa saja sesuatu yang positif atau sesuatu yang mengkhawatirkan, termasuk salah satunya adalah hoaks. Informasi maupun berita dengan tone negatif ini berpotensi besar menciptakan social panic, memicu adrenalin dan melemahkan daya tahan tubuh.

Hal ini malah membahayakan karena ketika imun menurun, maka penyakit akan mudah masuk. Jadi banyak korban yang meninggal justru karena kepanikan ini. Di sinilah pentingnya mempunyai rujukan yang bisa jadi acuan terpercaya.

TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img