Derita Kewa Kaba: Tak Ada Akses Jalan dan Air Bersih

Borong, Ekorantt.com – Perjalanan cukup melelahkan. Keringat mengucur di sekujur tubuh. Baju sudah mulai basah. Padahal belum sampai di puncak tujuan. Kami beristirahat sejenak. Tepat di pinggir sungai.

Di sungai itu terlihat beberapa perempuan paruh baya dan anak-anak. Ada yang sedang mandi dan cuci pakaian. Ada pula yang sementara mencelupkan jeriken ke kolam di sungai. Padahal, air sungai keruh. Tapi, mereka tidak peduli.

Sepanjang pertengahan kampung di sisi bukit, terlihat juga beberapa perempuan dan anak-anak sedang  berjalan turun, ke arah sungai. Menenteng jeriken dan ember.

Waktu sudah menunjukan pukul 15. 45 Wita. Tak terasa, hampir 20 menit beristirahat. Memulihkan tenaga, sebelum mendaki bukit, menuju perkampungan.

Kami berpacu lagi. Sekitar 200 meter berjalan, tampak ada rumah di sisi jalan, pertanda bahwa kami sudah masuk kampung.

Kampung Kewa Kaba. Kampung dengan sejuta derita. Tersembunyi di tengah kemajuan Desa Lembur-satu-satunya desa yang pernah mendapat penghargaan karena keberhasilan mengelola Dana Desa pada 2015, 2016, 2017 dan 2018-saat Anton Jelorong masih memimpin desa di Kecamatan Kota Komba tersebut.

Namun, deratan penghargaan yang ada tidak seiring dengan fakta pemerataan pembangunan di desa Lembur. Kewa Kaba jadi bukti.

Menuju Kampung Kewa Kaba, dari jalan raya di Kampung Rende, anda harus berjalan kaki sekitar 30 menit hingga 1 jam, menuruni lembah, mendaki bukit. Kampung yang dihuni oleh 15 KK ini berada di sisi selatan Kampung Rende, pusat Desa Lembur.

“Kami sudah biasa jalan kaki. Dari dulu hingga sekarang, kalau mau ke pasar atau sebaliknya, kami harus jalan kaki,” kata salah satu warga Kewa Kaba, Lucia Bombol.

Menurutnya, situasi kampung Kewa Kaba tidak pernah berubah sejak nenek moyang mereka mulai tinggal sejak ratusan tahun lalu. “Kami sudah biasa jalan kaki,” sebutnya.

Selain akses jalan raya, akses jaringan air bersih juga menjadi masalah utama warga Kewa Kaba. Jika musim hujan, warga kampung itu sedikit lega karena sungai periodik di dekat kampung mereka mengalirkan air. Meski keruh, mereka tetap bersyukur bisa akses air minum dengan jarak dekat.

“Kalau musim kemarau, kami jalan kaki satu jam pergi-pulang ke Kampung Rende, pikul jeriken,” kisah Kaliktus Anir, warga Kewa Kaba.

Menurut Lucia, tidak adanya akses jalan raya dan air bersih, menyulitkan mereka untuk membangun rumah dan sanitasi yang layak.

“Susah mau pikul pasir dan semen. Kami tidak bisa buat rumah dan WC yang layak,” ujarnya.

Kepala Desa Lembur, Yon Baos mengatakan akses jaringan air bersih jadi prioritas untuk dibangun hingga ke Kewa Kaba. Dalam RAPBDes Desa Lembur tahun 2020, telah dianggarkan Rp875.000.000 untuk renovasi berat jaringan air bersih menuju desa tersebut, termasuk pemasangan jaringan pipa baru menuju Kampung Kewa Kaba.

“Tahun ini, kalau virus corona ini cepat berlalu, air bersih pasti kita bangun. Dan bisa sampai di sana,” kata kepala desa yang baru dilantik akhir tahun 2019 kemarin itu.

Ia mengaku tidak tahu, mengapa akses jalan dan jaringan air belum masuk ke kampung tersebut. Padahal, kata dia, dana desa hadir sejak 2015.

“Pasti di masa saya, saya akan bangun ke sana. Itu kalau mereka tidak jadi lepas dari desa induk hingga 2023,” janji Kades Yon.

Rosis Adir

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA