Ende, Ekorantt.com – Perayaan Idul Fitri tahun ini di luar dugaan Haji Mubrin, warga asal Bima, NTB. Ia merayakan Idul Fitri 1441 Hijriah bersama kedua cucunya, El (8 tahun) dan Alif (10) di Stadion Marilonga Ende.
Hampir separuh waktu puasanya tahun ini, ia laksanakan di lokasi karantina. Sebagai seorang muslim, ia menunaikan ibadah puasa dengan taat walaupun jauh dari keluarga.
Saat ditemui Ekora NTT di tenda penampungan Stadion Marilonga Ende, Minggu (24/5/2020) Haji Mubrin bilang, seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini ia berencana merayakan Lebaran bersama keluarga. Tapi mau bilang apa, pandemi Covid-19 membuat semua rencana jadi buyar seketika.
“Baru Lebaran kali ini yang benar-benar berbeda. Hanya bertiga kami rayakan,” ujarnya.
Haji Mubrin dan kedua cucunya termasuk pelaku perjalanan yang dikarantina di Stadion Marilonga.
Tapi merayakan Lebaran di tempat karantina, bagi Haji Mubrin, punya hikmah tersendiri sekaligus menjadi pengalaman unik dan pertama seumur hidupnya.
“Saya terharu juga. Ini pengalaman unik yang pertama saya alami”.
Selain dia dan dua cucunya, enam pelaku perjalanan asal Pulau Ende juga merayakan Idul Fitri di lokasi karantina. Mereka berbagi kasih sambil mengikuti protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Semula, Haji Mubrin, El, dan Alif berangkat dari Desa Sangia, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ia mengantar kedua cucunya tersebut ke Ende.
“Saya antar cucu saya ke Maurole. Bapaknya guru di sana”.
Saat sampai di Maurole, mereka kemudian diarahkan oleh petugas Covid-19 kecamatan untuk kembali ke Kota Ende. Setelah berkoordinasi dengan Satgas Covi-19 kabupaten, mereka terpaksa menjalani karantina di Stadion Marilonga.
“Sudah 12 hari di sini. Dan alhamdulilah semuanya baik dan sehat. Memang ini semua ada hikmah,” ujarnya.
Selama masa karantina, kara Haji Mubrin, mereka menjalankan Protap kesehatan dengan tertib.
Ia pun berterima kasih kepada Pemkab Ende karena telah memberikan pelayanan yang terbaik selama masa karantina.
“Pelayanan sangat baik. Kami ucapkan terima kasih ke Pemda Ende. Walau harus Lebaran disini pasti ada hikmah dari Tuhan. Mudah mudahan dua hari lagi kami bisa pulang ke Maurole,” harapnya.
Idul Fitri, tandas Haji Mubrin, adalah perayaan kemenangan. Suasana boleh berbeda, tapi tak mengurangi inti perayaan itu sendiri.
“Tadi keluarga sudah telepon. Baik yang di Bima maupun yang di Maurole. Ini hanya beda tempat dan suasana. Tidak mengurangi nilai ibadah dan Idul Fitri,” tutup Haji Mubrin.