Stefanus Sino, 30 Tahun Bersandar Hidup dari Gundukan Sampah

Maumere, Ekorantt.com – Namanya Stefanus Sino. Lelaki berusia enam puluh tahun  ini sudah menjadi pemulung selama 30 tahun. Menurutnya menjadi pemulung bukanlah impian masa kecil tapi keadaanlah yang memaksa.

“Mau kerja apa, saya tidak berpendidikan ini. Dulu kecil ingin sekolah tapi susah sekali, ya terpaksa jadi pemulung sampah. Intinya halal,” demikian kata Sino saat ditemui Ekora NTT di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Wairii, Senin (25/5/2020).

Warga RT 07 Waturia, Desa Kolisia, Kecamatan Magepanda ini sudah sejak tahun 1990 bersandar hidup dari gundukan sampah di TPA Wairii.

Ayah dua anak asal Nitakloang-Nita ini mengaku sampah menjadi  teman akrab. Mulai dari yang bau busuk yang menusuk hidung, pecahan kaca, rongsokan besi, belatung, cacing, lalat, dan jenis sampah lainnya.

Sino beristirahat sejenak di gubuk penampung sampah. Tatapannya jauh seakan menerawang. Ia duduk sendiri tanpa teman lain, sesama pemungut sampah. Sesekali ia menarik nafas dan berkata  kapan Corona ini berlalu.

Sino lebih lanjut mengatakan, setengah mati hidup sebagai pemulung sampah.

“Saya sendiri saja hari ini datang ke TPA. Saya hanya berharap mudah-mudahan Mas Jawa bisa datang untuk timbang besi yang sudah saya pilah ini Pak”.

Dampak ekonomi dari pandemi Covid-19, baginya yang seorang pemulung sampah sangat terasa. Sino mengakui sebelum pandemi, penghasilan tiap hari walau pas pasan tidak separah saat ini.

“Betul-betul parah. Yang saya peroleh tiap hari selama wabah ini mentok hanya Rp20 ribu dari hasil timbangan sampah. Dan uang itu langsung digunakan untuk beli beras. Kadang juga pulang dengan tangan hampa,” ujar Sino dengan tatapan sayu.

Ditambah lagi dengan kapal-kapal tidak beroperasi membuat para pengepul belum mau membeli barang-barang rongsokan. Ini jelas jadi kendala bagi para pemulung sampah karena sampah yang siap dijual harus tertahan.

“Kami pemulung hanya memilah  dari tumpukan sampah dan hanya sebatas masukan di karung dan menyimpannya di gubuk. Tapi kapan pengepul datang beli kami pun belum tahu. Sementara tuntutan hidup tiap hari, mau bagaimana?” ujarnya lagi dengan nada lirih.

Yuven Fernandez

spot_img
TERKINI
BACA JUGA