Boawae, Ekorantt.com – Pandemi Covid-19 memberikan tantangan berat bagi Yosevina, yang hidup menjanda belasan tahun. Sebelum corona, ia mampu ‘putar otak’ untuk menyambung hidup. Saat pandemi, ia sulit mencari celah untuk bertahan hidup.
Satu-satunya harapan adalah bantuan pemerintah. Sekecil apapun bantuan itu, sangat berarti bagi Yosevina dan kelima anaknya.
Tapi malam memang nasib warga Kelurahan Ratongamobo, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo ini. Menanti bantuan pemerintah baginya ibarat mengharapkan bulan jatuh dari langit.
Benar adanya. Apalah artinya berharap bantuan tapi namanya luput dari pendataan penerima manfaat bantuan pemerintah di tengah pandemi Covid-19.
Saat ditemui Ekora NTT di kediamannya pada 24 Mei 2020, Yosevina menceritakan bahwa dirinya adalah seorang petani yang menggarap ladang. Hasilnya, ia jual ke pasar.
Yosevina juga menggarap ladang orang untuk menambah penghasilan. Oleh pemilik lahan, ia digaji harian. Meski tak seberapa, tapi sudah lumayan untuk menafakai keluarganya.
“Pak lihat sendiri kehidupan saya, kalau dulu belum ada virus corona kami bisa jualan sedikit-sedkit di pasar atau pergi kuli di orang punya kebun,” tuturnya polos.
Saat corona datang, “Saya tidak bisa buat apa-apa, apalagi sekarang pasar tutup. Saya tidak tahu mau mengadu ke siapa”.
Selama hidupnya, Yosevina tidak pernah mendapatkan bantuan pemerintah, baik bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) maupun bantuan langsung tunai lainnya.
Dirinya sempat dimintai oleh pihak keluarahan untuk menyetor foto kartu keluarga. Tapi hingga bantuan tunai datang, ia tak dipanggil untuk menerima bantuan.
“Awal mereka pernah datang minta kami untuk foto kartu keluarga. Katanya ada bantuan tapi sampai saat ini, kami tidak terima itu bantuan, hanya orang-orang tertentu pak,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Ia menambahkan, beberapa warga yang sempat menyetor kartu keluarga bersama dengan dirinya sudah mendapat bantuan, namun ia belum menerima sama sekali.
Saat dikonfirmasi, Lurah Ratongamobo, Agustinus Bate beralasan, masih banyak warga yang belum sadar akan pentingnya kartu keluarga dan kartu tanda penduduk. Karena itu pihak keluarahan akan memberi edukasi kepada masyarakat untuk mengurusnya.
Agustinus memastikan, warga Lurah Ratongamobo yang belum terdata dalam data KK miskin akan dimasukkan pada usulan berikutnya.
Ia menjelaskan, terdapat 560 kepala kelurga di Kelurahan Ratongamobo. Sedangkan yang sudah terakomodir mendapatkan bantuan langsung sebanyak 358 kapala keluarga. Jumlah tersebut dikurangi dengan kepala keluarga yang berstatus Pegawai Negeri sipil (PNS) sebanyak 37 kepala keluarga dan pengusaha tujuh kepala keluarga.
“Kita tinggal 104 kepala keluarga yang belum terakomodir tapi sebagian besar sudah terbantu,” ujarnya.
Belmin Radho