Lewoleba, Ekorantt.com – Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur ternyata menyajikan keragaman ikan, terumbu, dan stomatoda. Aneka jenis penyu datang dan bertelur ke pantai-pantai di pulau ini. Mulai dari Penyu Hijau (Chelonya mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbriata) dan Penyu Lekang.
Pada 15 Agustus 2020 lalu, Kelompok Sayang Penyu Lembata melaksanakan camping edukatif tentang penyu dan pelepasan 67 ekor tukik (anak penyu) jenis Lekang ke Pantai Riang Dua, Desa Buor, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata.
Adalah Polikarpus Bala, Koordinator Program Sahabat Penyu Lembata mengakui bahwa sejak 2014 hingga 2015, ratusan ekor penyu ditangkap dan dibunuh oleh warga. Selain untuk konsumsi ada juga yang dijual.
Menurut Polikarpus, Pantai Riang Dua dan Pantai Loang di Pulau Lembata memang jadi persinggahan ratusan ekor penyu setiap tahunnya untuk bertelur. Sayangnya, penyu-penyu beserta telurnya diambil.
Tahun 2016, Polikarpus lalu berinisiatif membentuk Kelompok Sahabat Penyu Lembata. Kelompok tersebut kemudian mengedukasi masyarakat untuk melindungi ekosistem penyu.
“Sejak tahun 2016 hingga saat ini, saya bersama kelompok Sahabat Penyu berjuang untuk pelestarian penyu di Lembata. Mengapa penyu perlu dilestarikan? Saya tertarik dengan pernyataan bahwa penyu adalah simbol laut yang sehat. Dan ketika kita bicara penyu, banyak sekali tantangan yang kita temukan. Ya, pada tanggal 15 Agustus 2020, atas inisiatif Kelompok Sahabat Penyu Loang bersama Pramuka Kwarcab Lembata dan Sakawira Kartika di Lembata, kami melaksanakan camping edukatif di Desa Buor, Kecamatan Nubatukan. Saya sendiri dan teman-teman merasa bersyukur atas inisiatif memilih Pramuka Kwarcab Lembata dan Sakawirakartika. Kegiatan ini bertujuan agar Pramuka memberikan dukungan untuk Sahabat Penyu Loang untuk kegiatan pelestarian penyu di Lembata,” ujar Polikarpus.
Polikarpus juga menuturkan, ketika berkunjung ke titik pelepasan tukik di Kabupaten Lembata, dirinya selalu mengajak warga untuk berhenti menangkap penyu. Ia meminta masyarakat untuk belajar melestarikan penyu.
Polikarpus lebih jauh menguraikan manfaat melestarikan penyu. Misalnya tentang penyu hijau yang menjaga keberlangsungan hidup lamun dan rumput laut. Ketika merumput maka penyu hijau telah membantu menambah nutrisi dan membantu produktivitas lamun. Menjadi kebanggaan tersendiri baginya ketika warga setuju dan menerima penejelasannya.
Polikarpus sendiri telah menginisiasi berdirinya kelompok-kelompok Sahabat Penyu di Kabupaten Lembata. Saat ini semua warga kecamatan dan masyarakat Kabupaten Lembata menaruh respek pada kerja dari Kelompok Sahabat Penyu Lembata. Kelompok ini sendiri telah berkembang dan mendirikan Rumah Edukasi Sayang Penyu sekaligus jadi pondok baca dan menghimpun ibu-ibu kelompok tenun ikat untuk mengampanyekan gerakan sayang penyu.
Sejak tahun 2016 hingga sekarang, ditemukan 250 titik sarang penyu di Kabupaten Lembata. Jumlah telur penyu sejak 2018 sampai 2020 ada 29.380. Dan jumlah tukik (anak penyu) yang dilepas ke laut selama 2016-2020 berjumlah 18.710.
Polikarpus menjelaskan, program pelestarian penyu yang dikerjakan oleh kelompoknya menggunakan metode penetasan semi alami.
Tokoh masyarakat Lembata, Gradus Wolor mengaku bangga dengan inisiatif dari Kelompok Sahabat Penyu ini. Dirinya akan terus bersinergi dan mendukung gerakan kelompok ini.
“Ke depan, kami terus berjalan bersama untuk melakukan pengawasan terhadap sarang penyu sampai dengan menetas,” ujarnya.













