Buntut Berita Ubi Hutan, AWAS Minta Bupati Sikka Copot Very Awales

Maumere, Ekorantt.com – Pemberitaan ubi hutan beracun beberapa hari lalu memantik polemik. Perang argumen di media sosial tak terhindarkan.

Polemik ini berlanjut pada tuntutan Aliansi Wartawan Sikka (AWAS) yang meminta Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo untuk mencopot Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Sikka, Very Awales.

Sekretaris AWAS, Vicky Da Gomez saat rapat koordinasi di Kantor Bupati Sikka, Senin (14/9/2020) pagi menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Very Awales, selain melecehkan wartawan juga membuat kemitraan antara pemerintah dan awak media di Sikka menjadi renggang.

Bukan kali ini saja Very Awales memberikan klarifikasi yang tidak pada tempat, demikian Vicky.

Puncaknya, kasus ubi hutan beracun. Very Awales, jelas Vicky, memberikan klarifikasi kepada media yang tidak pernah menulis berita tentang ubi hutan beracun sejak awal.

Tak sungkan-sungkan, wartawan Suarasikka.com ini, meminta Bupati Robi untuk mencopot Very Awales.

Lantas Bupati Robi menanggapi dan menerima masukan itu untuk ditindaklanjuti. Hanya saja, baginya, tugas kehumasan di tubuh pemerintah bertujuan untuk mengendalikan opini publik.

Saat itu, Very belum hadir dalam rapat koordinasi.

Saat sejumlah awak media keluar dari ruangan rapat dan kembali ke tempat parkir, Very baru muncul dengan mengendarai mobil.

Mengenakan baju keki rapi, Very mengacungkan jari jempolnya ke arah para wartawan saat menaiki anak tangga depan Kantor Bupati Sikka.

Petikan Pernyataan Sikap AWAS  

Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo berulangkali mengatakan bahwa dirinya tidak anti kritik. Dirinya siap untuk dikritik. Bahkan dalam perayaan Hari Pers 9 Februari 2020 lalu, Bupati Robi sempat bilang “Makan minum saya adalah kritik”.

Memang demikianlah nafas pemerintahan demokratis. Fungsi kritik dijalankan oleh pers. Pers mengkritik. Pers mengontrol. Pers adalah mata dan telinga publik. Tak heran, kemitraan pemerintah dan pers berjalan dalam semangat kritis. Pemerintah tidak alergi kritik. Pers pun tidak segan-segan memberikan kritik, asal kritik yang konstruktif. Dan dalam menjalankan tugasnya, pers berpedoman pada UU Nomor 40 tahun 1999 dan Kode Etik Jurnalistik.

Sehubungan dengan hal di atas, Aliansi Wartawan Sikka (AWAS) menyesalkan tindakan yang dilakukan oleh Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Kabupaten Sikka, Very Awales. Keberadaannya sebagai representasi Pemerintah Kabupaten Sikka melukai kemitraan pers dan pemerintah.

Dalam kasus Ubi Ondo, sangat tidak elok dan tidak etis saat seorang Very Awales berlagak sebagai seorang jurnalis menulis klarifikasi pemerintah (Kepala Dinas Ketahanan Pangan Sikka) kepada media yang tidak pernah menulis berita Ubi Ondo ini. Bagi media yang menulis kasus Ubi Ondo sejak awal tentu sangat kecewa. Apalagi klarifikasi pemerintah tidak berdasar. Mengapa? Karena beberapa poin klarifikasi pemerintah tidak mengacu pada substansi pemberitaan media yang menulis kasus Ubi Ondo. Sudahlah, mungkin saudara Very Awales tak cermat membaca berita. Ataukah, mau menjadi juru selamat?

Selain menyalahi Tupoksinya sebagai Juru Bicara Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Saudara Very Awales berlaku tidak etis dan terkesan mengadu domba teman-teman pers di Kabupaten Sikka.

AWAS juga menilai sikap Very Awales tidak lebih dari seorang “juru bantah” ketimbang seorang “juru bicara”.

Tidak elok juga saat seorang Very Awales bertubi-tubi mengirimkan sejumlah stiker saat meladeni diskusi bersama awak media di grup WhatsApp. Prilaku ini bisa melahirkan ‘gelar/jabatan baru’ pada figur seorang Very Awales yakni sebagai “Kabag Sticker”. Jika demikian, apakah pemerintah yang ia wakilkan adalah “Pemerintah sticker?”

Akhirnya, AWAS menyimpulkan keberadaan Very Awales sangat menodai bahkan merenggangkan kemitraan Pemerintah Kabupaten Sikka dan pers dalam kerangka kemitraan kritis. AWAS tak mau hal itu terjadi. Dengan demikian, AWAS meminta Bupati Sikka untuk MENCOPOT VERY AWALES dari jabatannya.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA