Ruteng, Ekorantt.com – Sebanyak 485 ekor babi di Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mati mendadak sepanjang 2020.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai Konstantinus Dan mengatakan, kasus kematian babi terbanyak terjadi di Kecamatan Wae Ri’i yakni sebanyak 89 ekor.
Lalu disusul Kecamatan Satar Mese sejumlah 72 ekor, Kecamatan Ruteng 56 ekor, Kecamatan Langke Rembong dan Lelak 47 ekor, Kecamatan Satar Mese Utara 39 ekor, dan Kecamatan Cibal Barat 34 ekor.
Kemudian, Kecamatan Reok Barat 31 ekor, Kecamatan Satar Mese Barat 30 ekor, Kecamatan Rahong Utara 19 ekor, Kecamatan Reok 15 ekor, dan Kecamatan Cibal 6 ekor.
Menurut Konstantinus, kematian babi itu bukan hanya karena African Swine Fever (ASF) tetapi juga disebabkan oleh bakteri streptococcus.
“Banyak penyebab lain juga seperti kesehatan babi yang kurang terawat dan ada juga bakteri yang menyerang ternak babi,” ungkapnya saat ditemui Ekora NTT, Kamis (7/1/2021).
Ia mengatakan, pihaknya telah beberapa kali melakukan uji laboratorium dari daging babi yang mati di Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar , hasilnya ada yang positif ASF dan ada juga yang tidak.
“Kematian ternak babi di Manggarai bukan hanya karena ASF tetapi ada juga penyebab lain seperti kena bakteri streptococcus,” terangnya.
Kadis Konstan juga menginformasikan, beberapa hari belakangan ini, pihaknya fokus melakukan penyemprotan disinfektan pada kandang babi milik masyarakat di 12 kecamatan di kabupaten itu untuk mencegah bertambahnya kasus kematian babi.
“Diharapkan kepada masyarakat tidak membeli babi dari luar,” pungkasnya.
Adeputra Moses