Borong, Ekorantt.com – Hujan badai yang terjadi di wilayah Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur pada hari ini, Sabtu (30/1/2021), mengakibatkan rumah milik Malsianus Edi, warga Kampung Bea Ri’i, Desa Satar Punda Barat, roboh tertimpa pohon. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 12.05 Wita.
Menurut Sekretaris Camat Lamba Leda, Agus Supratman, rumah tersebut dihuni oleh sembilang orang, termasuk seorang bayi.
Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun, ada beberapa penghuni rumah mengalami luka lecet akibat runtuhan bahan bangunan.
“Korban luka atas nama Teofelus Leda dan Sesilia Deti. Kedua korban mengalami luka lecet di bagian wajah dan punggung,” kata Agus kepada Ekora NTT, Sabtu sore, sekitar pukul 15.00 Wita.
Menurutnya, total kerugian material akibat peristiwa tersebut masih dalam tahap pendataan oleh petugas lapangan Kecamatan Lamba Leda.
Selain yang menghantam rumah Edi, badai juga menumbangkan beberapa pohon kayu di pinggir jalan jalur Benteng Jawa-Dampek dan jalur strategis nasional Reo-Dampek. Akibatnya, arus lalu lintas di dua jalur itu sempat terganggu.
“Kayu tumbang di jalan itu sudah dibersihkan warga bersama Babinsa setempat beserta prangkat desa dan pihak kecamatan,” pungkasnya.
Lamba Leda Rawan Bencana
Data yang dihimpun Ekora NTT, selama tiga hari terakhir ini, bencana alam sering terjadi di wilayah Lamba Leda.
Pada Kamis (28/1), banjir merendam 21 rumah dan 5 Ha sawah warga di Dampek, Desa Satar Padut.
Kemudian, pada Jumat (29/1), tanah longsor mengancam pemukiman warga Wantal, Desa Compang mekar. Jarak titik longsor dengan pemukiman warga hanya sekitar 100 meter. Dan, 1,5 hektar sawah warga setempat tertimbun material longsor.
Camat Lamba Leda, Albertus Rangkak telah mengeluarkan imbauan tentang cuaca ekstrem bagi warga Lamba Leda, pada Jumat kemarin.
Dalam imbauan itu, Camat Albertus mengatakan bahwa cuaca ekstrem adalah kondisi cuaca yang bisa menimbulkan dampak kerugian, baik jiwa maupun harta.
Menurutnya, hal yang lazim terjadi saat cuaca ekstrem antara lain hujan disertai angin, banjir dan longsor.
“Jika cuaca ekstrem sudah terjadi dan menyebabkan banjir, longsor, maka masyarakat diimbau harus berlindung di tempat yang aman atau mengungsi,” imbaunya.
Saat mengungsi atau berlindung ke tempat yang aman, lanjutnya, perhatikan anak-anak dan anggota keluarga yang usia lanjut dan benda berharga seperti ijazah dan surat-surat berharga lainnya.
“Jika cuaca ekstrem belum terjadi, maka masyarakat harus mengenali kondisi tempat tinggalnya dan potensi terdampak cuaca ekstrem,” ujarnya.
Ia meminta masyarakat agar mulai membiasakan diri mengetahui atau mengenal kondisi lingkungan di sekitar rumah, apakah rawan bencana atau tidak.
“Hal yang perlu dilakukan untuk mendeteksi dini bencana adalah observasi kondisi lingkungan tempat tinggal mulai dari kondisi tanah saat hujan tiba, terlebih rumah yang dibangun pada tanah kemiringan. Perhatikan pohon kayu sekeliling rumah yang tingginya melampaui rumah, bebatuan yang ada di ketinggian, serta perhatikan debit air pada saat musim hujan, bagi rumah di pinggir kali atau sungai,” katanya.
“Jangan berada sendirian dalam rumah saat malam hari atau saat hujan disertai angin kencang,” tambah Albertus.
Selain itu, katanya, cuaca ekstrem sering jadi pemicu munculnya berbagai penyakit.
“Untuk itu, segeralah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan di wilayah masing-masing pada saat cuaca membaik, atau kantongi nomor telepon petugas medis dan pihak pemerintah setempat agar bisa dihubungi bila dalam keadaan darurat,” pungkasnya.