Nagekeo, Ekorantt.com – Kampung adat Tutubhada terletak sangat strategis di wilayah Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, NTT. Selain keunikan perkampungan adat yang bakal lengkap dengan sejumlah atraksi yang salah satunya ialah tinju adat (etu), kawasan tersebut juga menampilkan keindahan dengan frame seribu bukit yang cocok pada dunia fotografi.
Kampung adat Tutubhada berada di ketinggian jalur tengah Mbay-Boawae yang dapat ditempuh selama kurang lebih 20 menit dari ibu kota Nagekeo. Selain menawarkan keindahan dengan panorama lekukan ribuan bukti ke arah utara, anda tentunya akan mendapatkan oleh-oleh khas setempat.
Bagi yang belum pernah berkunjung ke tempat wisata ini, tak perlu anda membayangkan oleh-oleh khas elit. Sebab, kampung wisata ini memang masih tradisional yang terkenal secara turun temurun dengan tradisi menenun.
Sebagai buah tangan untuk kerabat di rumah, tentunya anda akan membawa pulang hasil tenunan warga setempat seusai berkunjung ke sana. Oleh-oleh khas sedianya berupa tenunan syal yang bakal menjadi kenang-kenangan apalagi desa wisata ini berkesan bagi anda.
Ketua BUMDes Oko Mogo, Tutubhada, Valensianus Tiba menyampaikan bahwa cenderamata dibikin atas kerjasama pihaknya dan kelompok dasawisma. Usaha-usaha kelompok perempuan tersebut dipasarkan ke BUMDes sebagai upaya untuk mengembangkan potensi setempat.
“Ini upaya kami untuk menghidupkan masyarakat terutama kelompok ibu-ibu, karena disini memang ada tradisi menenun. Untuk pengunjung nanti bisa memesan syal atau selendang leher dengan harga 15 Ribu ke kami. Syal atau selendang itu menjadi hak milik pengunjung,”katanya Valensius.
Atribut bermotif adat ini dipakai saat anda berkunjung ke perkampungan adat Tutubhada. Adapun alternatif lain yang pilih pengunjung yakni menyewakan busana adat Nagekeo saat berkunjung ke setiap rumah adat. Di sana telah disiapkan busana daerah sesuai selera pengunjung yang nantinya anda akan didampingi oleh pihak kelompok sadar wisata (Pokdarwis) mengelilingi perkampungan adat tersebut.
“Kalau untuk busana seperti kain adat hanya bisa disewakan saja sebesar 20 Ribu. Itu tidak bisa dibawa pulang, kecuali membeli,”tutur Valensianus.
BUMDes itu sendiri saat ini sedang menyiapkan sejumlah aneka sajian makanan bagi pengunjung yang ingin bersantai-santai di Vila Tutubhada. Sebab, Vila tersebut sangat cocok bagi anda dan keluarga yang mungkin jenuh seharian di rumah. “Saat ini kita masih pertimbangkan karena pandemi Covid-19, mungkin nantinya kita pakai kuota atau batas jumlah kunjungan,”kata dia.
Akses Wisata
Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi pada Dinas Pariwasata Nagekeo Edy Due Woi menyebutkan akses ke kawasan wisata Tutubhada sangat mudah baik dari sisi utara maupun selatan dari arah Boawae. Jika dari Mbay, para pengunjung bisa menggunakan sepeda motor atau cycling (bersepeda) jika ingin bersantai-santi.
Ia menyatakan, wisata kampung adat tersebut hingga kini sudah cukup terkenal bagi wisatawan yang sudah pernah menjelajahi di daratan Flores. Adapun atraksi tahunan tinju adat yang digelar pada setiap bulan Juli.
“Atraksi tinju adat adalah tradisi adat yang umumnya dilakukan di Nagekeo. Pengunjung juga bisa datang menyaksikan sambil menikmati keindahan alam di Nagekeo. Di sekitar Tutubhada itu banyak sekali yang bisa nikmati, ada tempat pemandian air hangat, ada batu kodok, ada bukit-bukitan untuk tracking yang sangat bagus pemandangannya,”kata Edy, saat bincang-bincang bersama media ini.
Ia menambahkan, Nagekeo memiliki banyak tempat wisata yang masih belum tersentuh. Terdapat juga wisata sejarah seperti Gua Jepang, beberapa tempat peninggalan penjajahan, ada wisata bukit savana, wisata air terjun Ngabatata dan wisata pantai baik pantai utara maupun selatan dengan kondisi aslinya.
Adapula wisata budaya dengan sejumlah atraksi seperti berburu, sepa api (sepak bola api) di Pautola. “jadi ini potensi-potensi yang ada di Nagekeo dan masih banyak lagi,”katanya.
Ian Bala