Yang Muda, Yang Berprestasi (Narasi SMATER Maumere di Tengah Covid-19)

Oleh: Romylindo Hilfison, S. Fil*

Permulaan tahun 2020 dunia dikejutkan dengan munculnya wabah virus yang mematikan. Dengan begitu cepat Corona Virus Disease atau tenarnya Covid-19 telah menjadi penyakit global yang paling ditakuti. Segala aspek kehidupan serentak berubah akibat wabah yang mendunia yang selanjutnya disebut pandemi covid-19. Tak terkecuali dunia pendidikan pun ikut terdampak.

Hampir sama dengan situasi di negara lain, semua sekolah di Indonesia ditutup untuk jangka waktu yang tidak pasti. Lantas, dengan adanya kondisi ini proses Kegiatan Belajar Menagajar (KBM) menjadi ‘pincang’.

Pola pembelajaran berubah drastis. Normalnya tatap muka, tetapi sekarang via online. Smartphone menjadi konektor paling ampuh agar para guru bisa berjumpa dengan siswa secara virtual. Memang keren kedengarannya. Tetapi secanggih-canggihnya teknologi tetap menyisahkan banyak problem pendidikan.

Istimewa (Foto: Dokumentasi sekolah)

Tentang Mardi Wiyata dan Smater Maumere

SMA Katolik Frateran Maumere baru berusia 15 tahun (sudah merayakan lustrum III). Pada tanggal 22 Juli tahun 2021, Smater Maumere berusia 16 tahun. Jika disejajarkan dengan usia perkembangan manusia, Smater masih sangat muda. Smater baru beranjak remaja. Namun demikian soal popularitas dan prestasi, lembaga pendidikan ini tidak diragukan kualitasnya.

Hingga kini, Smater menjadi salah satu lembaga pendidikan berprestasi di NTT dan nian tana Sikka, khususnya di mana telah menghasilkan ratusan alumni muda yang sudah berkarya dan ribuan alumni yang sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi bergengsi baik negeri maupun swasta.

Smater merupakan salah satu lembaga pendidikan di bawah naungan yayasan Mardi Wiyata yang berpusat di Malang, Jawa Timur. Yayasan ini milik Konggregasi Frater-Frater Bunda Hati Kudus (BHK) sebagai tindak lanjut dari ensiklik Maximum Illud Paus Benedictus XV tanggal 30 November 1919, “Pergilah ke seluruh dunia dan wartakan injil ke segala makhluk. Mematuhi perintah Tuhan ini bagi Gereja bukanlah opsi, melainkan tugas yang tak terelakan, sebagaimana diingatkan oleh Konsili Vatikan II, karena gereja pada hakekatnya bersifat missioner”(Maximum Illud: 3).

Lebih dari seruan dalam ensiklik ini, karya misioner Konggregasi Frater-Frater Bunda Hati Kudus ini lahir dari keprihatinan pendidikan terhadap orang muda di negeri kincir angin, Belanda. Fokus pelayanannya pada orang kecil yang tidak bisa mengakses pendidikan.

Ekspresi keprihatinan yang mendalam akan dunia pendidikan ini  menjadi misi utama Yayasan Mardi Wiyata. Yayasan milik para frater BHK ini berkarya dalam dunia pendidikan.

Yayasan Mardi Wiyata memiliki 22 satuan pendidikan, dari TKK sampai tingkat SMA. Yayasan ini telah mengepakkan sayapnya dari pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan hingga Nusa Tenggara Timur.

Adapun sekolah-sekolah Mardi Wiyata untuk regio Flores, terhitung mulai dari Kabupaten Ende yakni SMA Katolik Frateran Ndao (Frando) dan SMP Katolik Frateran Ndao. Dari Kabupaten Sikka meliputi SMP Katolik Frateran Maumere (Spater) dan SMA Katolik Frateran Maumere (Smater). Dan SMA Katolik Frateran Podor yang terletak di Larantuka-Flores Timur. Selain di Flores, ada juga SMA Katolik St. Thomas Aquinas di tanah kuda Sandelwood, Sumba.

Kualitas sekolah-sekolah Mardi Wiyata tidak diragukan lagi, baik pada skala lokal, regional, maupun international. Hal ini terbukti di mana setiap satuan pendidikan mengantongi akreditasi A.

Di tengah pandemi covid-19, sekolah-sekolah Mardi Wiyata di Indonesia turut mengalami dampak yang cukup signifikan seperti yang dialami oleh sekolah lain pada umumnya. Misalnya soal finansial dan juga penerimaan siswa baru.

Menanggapi situasi sulit ini, di akhir tahun 2020 ketua yayasan Mardi Wiyata, Fr. Polykarpus, BHK berusaha menyambangi sekolah-sekolah Mardi Wiyata dan menghimbau agar para guru tetap ‘mengencangkan ikat pinggang’ dan ‘berlari lebih kencang’ dalam menjaga eksistensi sekolah.

Berbagai solusi dan strategi jitu disampaikan.Yang menjadi poin afirmasinya adalah tetap menjaga bahkan meningkatkan jumlah peserta didik baru. Dan ini menjadi tantangan besar bagi setiap satuan pendidikan. Lalu, bagaimana eksistensi Smater di tengah pandemi Covid-19 yang kian mengganas?

Istimewa (Foto: Dokumentasi sekolah)

Smater di tengah Pandemi

Smater merupakan salah satu lembaga pendidikan di bawah asuhan Mardi Wiyata yang sungguh merasakan dampak pandemi ini. Walaupun demikian, di tengah situasi covid-19 yang mencekam, para guru dan pegawai masih ‘bernafas’ lantaran gaji tidak pernah tertunda.

Dampak lain yang dirasakan juga adalah penerimaan siswa baru. Penerimaan siswa baru juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Awalnya banyak siswa baru dari luar Kota Maumere ingin mendaftar tetapi munculnya Covid-19 menjadi penghalang.

Namun, problem ini tidak membuat Smater redup dan menyerah. Kepsek Smater, Fr. Paschalis, BHK, S. Pd yang baru menjabat setahun lebih, selalu mengevaluasi dan  senantiasa memotivasi para punggawa Smater, para guru untuk terus berjuang melahirkan ide-ide cerdas dan strategis.

Fr. Paschalis juga selalu cepat tanggap terhadap kendala dan keluhan yang dialami oleh para guru dan peserta didik demi eksisnya Smater.

Sejak medio Maret 2020, siswa mengikuti KBM online. Hal yang dihadapi pertama adalah bagaimana dengan proses KBM ketika siswa berada di rumah. Menjawabi kebutuhan ini maka bapak ibu guru diberi bekal workshop singkat tentang penggunaan aplikasi-aplikasi pembelajaran. Aplikasi pembelajaran yang pernah diperoleh seperti Google classroom, zoom meeting, google meet, edmodo, WA, Quizizz, dan Bandicam.

Kecanggihan aplikasi pembelajaran ini diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan guru dan siswa dalam proses pembelajaran jarak jauh (PJJ). Memang sangat terasa manfaat dari aplikasi-aplikasi tersebut. Namun, kecanggihan teknologi tetap menyisakan problem. Ada siswa yang berminggu-minggu tidak pernah absen dan mengumpulkan tugas. Hal ini sulit dideteksi oleh para guru.

Ketika menghadapi kenyataan seperti ini, maka bapak-ibu guru bersama guru BP bergegas mencari siswa dari rumah ke rumah, dari asrama-ke asrama dan dari kos ke kos. Inilah  semangat para guru dalam pendampingan terhadap peserta didik Smater. Spirit Bunda Hati Kudus senantiasa mendorong melekat dalam diri bapak-ibu guru.

Selama pandemi ini juga, muncul kebijakan-kebijakan dari pihak sekolah kepada guru dan peserta didik, semisal pengisian pulsa data kepada masing-masing peserta didik dan guru (anggaran dari dana  BOS). Hal ini untuk mengakomodir kelancaran KBM online.

Bagi peserta didik yang tidak memilik Smartphone, disediakan ruangan laboratorium komputer untuk mengikuti KBM online. Smater menyiapkan beberapa titik wifi super kencang untuk membantu siswa yang tidak memiliki quota internet.

Pada saat Penilaian Akhir Semester Gazal (PAS) tahun ajaran 2020/2021 yang lalu, Smater membagi peserta didik ke dalam shift. Hal ini untuk mengurangi siswa dalam jumlah yang banyak. Dalam satu hari terdapat dua Shift (pagi dan siang).

PAS Smater menggunakan sistem Computer Based Test (CBT). Peserta didik menggunakan Smartphone untuk mengikuti PAS. Siswa yang pergi ke sekolah tetap mentaati protokol kesehatan.Walaupun di tengah ganasnya covid-19, Smater berusaha yang terbaik untuk peserta didiknya. Pada saat  kondisi serba dilematis, Smater selalu menciptakan iklim yang nyaman untuk peserta didiknya.

Kepsek Smater Maumere, Fr. Paschalis, BHK, S. Pd

Strategi PPDB

Dalam kunjungannya ke sekolah-sekolah, Ketua Yayasan selalu menekan soal kuantitas. Artinya, jumlah peserta didik harus berada di atas target. Maka, para punggawa Smater dipaksa untuk ‘berlari’ lebih kencang.

Hal ini untuk meminimalisir agar penyusutan yang dialami pada PPDB periode kemarin tidak lagi terulang. Oleh karena itu Smater menyusun langkah-langkah taktis untuk menyukseskan PPDB kali ini. Yang pasti, promosi door to door tidak memungkinkan untuk kondisi sekarang.

Langkah-langkah strategis yang tengah ditempuh yakni pertama, promosi via Youtube. Smater menampilkan konten-konten yang menarik seputar Smater dan prestasi yang ditorehnya. Ada juga konten testimoni pribadi tentang Smater oleh para alumni yang sudah bekerja. Selain itu, ada pula konten testimoni peserta didik yang sedang berada di perguruan tinggi bergengsi baik swata atau negeri.

Kedua, promosi dari paroki ke paroki. Para guru bertemu dengan para pastor paroki untuk memprosikan Smater di hadapan umat setelah perayaan Ekaristi.

Ketiga, promosi juga melalui surat kabar online. Tulisan-tulisan seputar Smater juga menyebar di media-media online.

Keempat, selain promosi via online, ada juga pemasangan baliho tentang Smater di beberapa sudut Kota Maumere.

Kelima, adanya kebebasan uang pendaftaran bagi peserta didik yang berasal dari sekolah seyayasan.

Keenam, ada pula beasiswa bagi peserta didik baru yang berprestasi. Beasiswa ini memacu peserta didik agar tetap mempertahankan prestasi yang ada dan terus berjuang. Demikian sederetan langkah strategis dalam kegiatan PPDB yang kiranya dapat menarik minat dan membatu peserta didik baru untuk belajar di Smater.

Akhirnya, segenap insan pembaca perlu menyadari bahwa pandemi Covid-19 sudah akrab di tengah kehidupan kita. Ganasnya Covid-19 tergantung dari pola hidup keseharian kita. Lebih dari itu, ganasnya Covid-19 tidak membuat kita terkurung dan terus berdiam diri.

Dalam konteks pendidikan, ganas-nya Covid-19 tidak harus membuat peserta didik takut dan kecut untuk belajar. Pendidikan tetap menjadi indikator paling penting untuk membentuk akhlak dan tingkah laku manusia.

Di tengah pandemi Covid-19, Smater tetap menjadi sekolah populer dan favorit bagi adik-adik. Smater selalu menjadi panti pendidikan dan pengembangan bakat yang aman dan kondusif bagi insan pencari ilmu. Jangan ragu lagi. Mari bergabung bersama Smater, sebab Smater tetap menjadi sekolah dengan segudang prestasi. Smater Merasul, Prestasi Terpatri.

*Penulis adalah guru SMA Katolik Frateran Maumere

spot_img
TERKINI
BACA JUGA