Labuan Bajo, Ekorantt.com – Dinas Ketahanan Pangan dan Perikananan Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) terus menggenjot perikanan budidaya sebagai sektor unggulan. Sektor ini dinilai mampu mengatasi persoalan stunting di wilayah itu.
Ditemui di ruang kerjanya pada Rabu (17/3/2021), Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Mabar, Yeremias Ontong mengatakan produksi perikanan budidaya mengalami peningkatan selama dua tahun terakhir. Pada tahun 2020 produksi mencapai 30 ton dari tahun sebelumnya 12 ton. Produksi ini menyebar di beberapa kecamatan, diantaranya Welak, Komodo, Sanonggoang, Mbeliling, Ndoso, Boleng, dan Kuwus
“Potensi kita memang besar. Perikanan budidaya kan kuncinya di air. Jadi dengan melihat potensi kita yang cukup besar di bidang budidaya, maka kami sangat sangat intens berjuang supaya kelompok-kelompok budidaya semakin ditingkatkan,” jelasnya.
Tingginya produksi perikanan, kata Yeremias, didukung oleh balai benih yang walaupun belum optimal tetapi sudah memproduksi dua jenis benih ikan yang cukup siginifikan, yakni ikan mas dan nila.
Selain itu, pihaknya bekerjasama dengan balai budidaya perikanan air tawar Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berada di Sukabumi. “Mereka sering memberikan bantuan beni untuk kita,” katanya.
Yeremias berujar, pengembangan budidaya perikanan bukan hanya untuk komersial, tetapi dalam rangka untuk mendukung program pemerintah mengatasi masalah stunting di Manggarai Barat.
“Kita tahu ikan itu memiliki nilai gizi yang sangat tinggi dan itu bisa membantu. Dan di beberapa tempat yang kami kembangkan masyarakat sangat antusias. Ini juga mendorong mengatasi masalah stunting yang di Mabar,” ungkapnya.
Saat ini, beber Yeremias, pihaknya sedang mengembangkan salah satu teknologi budidaya bioflok. Tahun 2020, teknologi ini sudah kembangkan di Desa Liang Sola, berupa budidaya ikan nila, dan SMKN Kuwus untuk ikan lele.
Dikatakan, tahun 2021 pihaknya menargetkan pembentukan 75 kelompok perikanan budidaya, dari sebelumya 61 kelompok. Sementara tahun 2019 ada 19 kelompok. “Ini luar biasa, animo masyarakat untuk mengembangkan perikanan budidaya juga tinggi,” katanya.
Selain perikanan budidaya, pemerintah juga fokus untuk mengembangkan perikanan tangkap.
“Untuk perikanan tangkap, tahun ini kita pengadaan sarana tangkap, seperti ketinting dan zilnet. Sementara untuk pengembangan budidaya air tawar, kita akan memberikan bantuan benih di beberapa kelompok dan pembinaan kelompok perikanan,” katanya.
Kendati demikian, Yeremias mengaku pihaknya mengalami kendala keterbatasan anggaran pengadaan sarana produksi perikanan budidaya maupun perikanan tangkap.
Di sisi lain, pihaknya juga diperhadapkan oleh persoalan keterbatasan penyuluh yang ada di lapangan. “Penyuluh ini dari pusat yang secara vertikal sehingga sangat terbatas,” ungkapnya.
Tantangan lain, kata Yeremias, harga pakan produksi perikanan budidaya ang sangat tinggi. “Tetapi kami tidak pesimis. Tentu dengan kepemerintahan yang baru ini bisa meningkatkan masyarakat nelayan dan juga pembudidaya ikan,” imbuhnya.
“Kita berharap untuk tahun 2021 ini tidak ada pengurangan anggaran lagi untuk penanganan pandemi Covid-19 sehingga kita bisa bekerja sesuai apa yang ditargetkan,” pintanya.
Yeremias juga menambahkan pihaknya telah mendampingi 60 lebih kelompok nelayan pesisir yang menyebar di empat Kecamatan, yakni Komodo, Boleng, Lembor selatan dan Macang Pacar. “Tahun lalu hanya 50 kelompok,” ujarnya.
“Target kami ke depan mengembangkan BBI Nggorang. Bukan saja sebagai tempat sumber benih tetapi juga sebagai tempat wisata termasuk wisata edukasi, itu yang kami harapkan semoga tahun-tahun mendatang rencana itu bisa direalisasi,” pintanya.
Sandy Hayon