Ruteng, Ekorantt.com – Dengan wajah tegar, Kornelia Lamut (54) menyambut Ekora NTT di kediamannya di Kampung Rewung, Desa Tango Molas, Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur, Selasa (6/4/2021) pagi.
Nafasnya terengah-engah. Mama Neli, begitu sapaan akrabnya, baru saja pulang dari sawah yang berjarak satu kilometer dari rumahnya. Hari-hari ini, ia rutin ke sawah demi memastikan padi tumbuh subur dan terhindar dari serangan hama.
Memasuki kediamannya, terpampang pemandangan memilukan. Bagaimana tidak, atap rumahnya menganga, menembus langit. Beberapa balok kasau sudah lapuk. Sementara seng di beberapa sudut bergelantungan dan sudah karatan dimakan usia.
Sebagai pengganti seng, Mama Neli menggunakan terpal untuk berlindung dari sengatan matahari dan hujan. Tapi itu tidak bertahan setelah diterjang hujan beberapa waktu belakangan.
Sementara lantai rumahnya penuh lumpur. Agar tak digenangi air perabot rumah tangga seperti kursi dan meja ditaruh di sudut rumah yang aman.
Mama Neli hidup sebatang kara di rumah berukuran 6 x 7 meter tersebut. Sang suami telah meninggal dunia pada tahun 1993 lalu. Kedua anaknya merantau sejak beberapa tahun lalu. Mereka belum pulang kampung.
Mama Neli bilang, saat musim hujan seperti sekarang, dirinya mengungsi dan meminta tumpangan ke tetangga sekitar. Bila cuaca baik, ia memilih tidur di dapur.
Rumahnya itu sudah rusak sejak sepuluh tahun lalu. Namun, enam tahun terakhir kondisi rumahnya semakin parah.
“Parahnya sudah enam tahun. Kadang saya tidur di dapur. Itu pun perlengkapan tidur basah jika musim hujan tiba,” katanya.
Mama Neli berniat untuk memperbaiki rumahnya. Tapi apa daya, hal ini berkali-kali tertunda karena impitan ekonomi.
Mama Neli hanya seorang petani miskin. Untuk menafkai dirinya, ia bekerja sebagai buruh harian di kebun warga.
“Saya tidak ada uang untuk perbaiki. Uang pas untuk makan,” ungkapnya dengan nada lirih.
Sekali waktu, tutur Mama Meli, pemeritah desa setempat sempat menemuinya. Mereka melakukan pendataan untuk pembangunan rumah. Tapi belum terealisasi.
Ia pun berharap bantuan dari pemerintah.
“Semoga ada yang membantu saya, Nana. Saya tidak tahu mau buat apalagi selain harapan kepada pemerintah,” tutupnya.
Adeputra Moses