Dewan Mabar Tolak Proyek Geothermal Wae Sano

Labuan Bajo, Ekorantt.com – Anggota DPRD Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Blasius Janu menegaskan tetap menolak proyek pembanguan geothermal di Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang. Penegasan tersebut disampaikan Blasius Janu saat diwawancarai awak media, Senin (17/5/2021) di kantor DPRD setempat.

Ia meminta pemerintah daerah harus konsisten. Sebab Desa Wae Sano telah ditetapkan menjadi desa wisata, berdasarkan Surat Keputusan (SK), Bupati Agustinus Ch. Dula, Nomor: 237/Kep/HK/2020 tentang perubahan atas lampiran keputusan Bupati Manggarai Barat Nomor: 27/Kep/HK/2020 tentang penetapan desa wisata di Kabupaten Manggarai Barat.

“Pernyataan waktu itu Bapak Bupati, Bapak Gusti Dula jangan dilangkahi lagi dong. Dia sudah katakan kampung Nunang kampung wisata, kok bisa dijadikan tempat industri lagi. Jadi harus konsistenlah dengan keputusan itu,” tegas politisi Hanura ini.

Blasius Janu menilai masyarakat bisa hidup dari sektor pariwisata.

Ia juga mengaku sudah mendengar kabar bahwa Bupati Mabar, Edistasius Endi pernah melakukan kunjungan kerja selama tiga hari di Desa Wae Sano.

“Saya dengar bapak Bupati pernah tiga malam di Wae Sano, sudah mendekatkan diri dengan masyarakat tentang visi misi tentang geothermal,” ujarnya.

Kendati demikian ia menegaskan tetap menolak proyek tersebut. “Kalau saya pribadi dari dulu dari periode pertama saya menolak. Karena memindahkan kampung Nunang ke tempat lain. Nanti seluruh kampung Nunang akan tenggelam dengan sendirinya,” pungkasnya.

Sebelumnya sejumlah warga menolak proyek tersebut. Valentinus Emang (55), warga Nunang, Desa Wae Sano, Sabtu (15/5/2021), mengatakan, wilayah tersebut sangat cocok untuk mengembangkan potensi wisata.

“Tetapi kalau pariwisata digandengkan dengan geothermal, saya sangat tidak setuju,” tegasnya.

Valentinus menginginkan hidup aman dan tidak mau dan diganggu oleh orang lain. Ia bahkan menegaskan tidak menginginkan orang lain datang untuk membujuknya untuk mendukung geothermal.

“Kalau hanya pariwisata yang diprogam pemerintah, yang terpenting tidak mengganggu saya. Tetapi kalau geothermal yang diutamakan oleh pemerintah, saya otomatis tolak. Sampe saya mati,” tegasnya.

Warga lainnya Herman Hemat (70) mengatakan, semestinya pemerintah daerah mendorong untuk pengembangan desa wisata di desa Wae Sano.

“Sebaiknya seperti itu. Barang kali disini (Nunang), dilihat dari obyek yang ada lebih baik dorong itu wisata, daripada geothermal. Apalagi geothermal letaknya berada pada pemukiman masyarakat,” katanya.

Herman menegaskan, ia tetap menolak pembangunan geothermal di desa itu. “Penolakan masyarakat adat sudah dimulai sejak 14 Mei 2018 silam. Dan sampai sekarang kami tetap pada prinsip menolak geothermal,” ujarnya.

Sandy Hayon

spot_img
TERKINI
BACA JUGA