Maumere, Ekorantt.com – Menteri Koperasi dan UMKM Republik Indonesia, Teten Masduki mendorong koperasi untuk melakukan transformasi. Hal ini dilakukan agar koperasi tumbuh kuat dan berdaya saing.
Hal ini dikatakan menteri Teten dalam sambutan pada acara pembukaan Rapat Anggota Tahunan ke XXV KSP Kopdit Pintu Air di Rotat, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Jumat (21/5/2021).
Menteri Teten menegaskan, tranformasi ditempuh melalui, pertama, koperasi harus melakukan modernisasi di dalam pengelolaan, management, termasuk di dalam pelayanan kepada anggota.
“Teknologi digital, ini mau tidak mau harus segera diterapkan oleh seluruh koperasi. Dengan teknologi digital, dan dengan regulasi yang mendukung, koperasi bisa tumbuh dalam sekala nasional, bahkan global,” ujar Menteri Teten.
“Kita harus lihat, banyak koperasi di dunia yang tidak kalah cara kerjanya dengan perusahaan multi nasional. Kita harus siapkan koperasi kita seperti itu,” sambungnya lagi.
Saat ini, kata Menteri Teten, pemerintah mengalokasikan 40 persen anggaran untuk membeli produk dan jasa koperasi serta UMKM atau senilai Rp460 triliun. Sementara belanja BUMN sekitar Rp500 triliun. Hal ini menjadi kesempatan untuk membangun koperasi yang lebih kuat.
Kedua, koperasi masuk ke sektor produktif. Menurut data yang ada di Kementerian Koperasi dan UMKM, 59 persen dari total koperasi di Indonesia masih bergerak di simpan pinjam. Koperasi harus bertransformasi, tidak hanya mengurus simpan pinjam tapi mulai masuk ke sektor produksi.
“Sekarang sudah banyak koperasi simpan pinjam yang sangat besar permodalannya, rata-rata di atas 1 triliun rupiah. Dan beberapa sudah mengalami over likuiditas sehingga terjadi pembatasan simpanan anggota. Saya ingin hal ini jangan sampai terjadi,” terang Menteri Teten.
“Yang harus dilakukan perubahan adalah bagaimana mengubah bisnis modern, dari yang hanya membiayai pinjaman-pinjaman mikro, baik untuk konsumsi untuk modal kerja berubah menjadi membiayai sektor sektor produktif,” tambahnya.
Menteri Teten pun mengapresiasi Kopdit Pintu air yang sudah melakukan langkah spin off.
“Ada tujuh spin off yang sudah masuk ke sektor produksi. Saya kira sangat bagus. Nanti tidak ada lagi koperasi yang membatasi simpanan anggota,” ujarnya.
Menteri Teten bilang, untuk NTT sendiri, belanja konsumsi pemerintah berkisar 6 triliun rupiah per tahun.
“Kalau orang NTT masih tetap membeli kebutuhan sehari-hari seperti sabun, minyak goreng, sabun, saos dan lain-lain dari luar daerah, uang itu tidak akan lama di sini. Uang itu akan disedot lagi ke Jakarta atau luar negeri,” kata Menteri Teten.
Koperasi harus melihat ini sebagai peluang dengan menggarap sektor produktif. Kemudian, berkonsolidasi dengan berbagai pihak demi memajukan koperasi dan mensejahterakan anggota.
Secara nasional, ia menilai koperasi di Indonesia sudah cukup kuat melewati masa sulit di tengah pandemi Covid-19. Kementerian Koperasi dan UMKM juga secara serius menangani koperasi koperasi yang mengalami masalah likuiditas.
“Pemerintah sudah mengambil langkah kebijakan antara lain memberi bantuan dana bergulir untuk mendukung likuiditas koperasi dan UMKM,” ucap Menteri Teten.
Aty Kartikawaty