Taktik Pasar Bupati Don

Mbay, Ekorantt.com – Akses pasar sudah menjadi kemelut klasik para petani dan pelaku UMKM. Gairah untuk berusaha kendur lantaran akses pasar yang terbatas. Bahkan tak ada pasar sama sekali. Otomatis geliat ekonomi ikut redup.

Masalah akses pasar tersebut kerap mendera pelaku UMKM dan petani di Kabupaten Nagekeo. Padahal geliat UMKM di Kabupaten berpenduduk 159.732 (data 2020) ini cukup menjanjikan.

Dinas Koperasi dan Perdagangan (Dikoperindag) Nagekeo mencatat ada 10.300 pelaku usaha di Nagekeo. Sebagian besar pelaku usaha adalah kelompok milenial. Pelaku usaha tumbuh subur seiring dengan pesatnya digitalisasi. Para pelaku memasarkan usahanya secara online.

Namun belakangan, pemerintah mencatat  bahwa banyak usaha yang berhenti. Tidak berjalan secara kontinu akibat lemahnya pasar. Pemerintah, kata Kadis Dikoperindag Nagekeo Tiell Djawaria, menyimpulkan bahwa permasalahan terjadi karena meningkatnya pelaku usaha di satu sisi tak didukung oleh akses pasar pada sisi lain.

Hal yang sama berlaku pada sektor pertanian. Luas sawah irigasi di Kabupaten Nagekeo sebesar 31.272,84 hektare atau 22,17 persen dari luas total Kabupaten Nagekeo yakni 1.416,96 kilometer persegi. Kawasan persawahan tersebar di Kecamatan Boawae, Kecamatan Aesesa, Kecamatan Aesesa Selatan, Kecamatan Wolowae, dan Kecamatan Nangaroro. Belum lagi pertanian lahan kering yang terus diberdayakan oleh para petani setempat. Lagi-lagi, akses pasar jadi penghambat.

Melihat situasi itu, Pemerintah Kabupaten Nagekeo, di bawah kepemimpinan Bupati Johanes Don Bosco Do, menangkap peluang pasar di Labuan Bajo, Manggarai Barat. Dipikirkan bahwa Labuan Bajo bisa menjadi etalase untuk memajang produk-produk dari Nagekeo.

Memang Bupati Don sejak awal sudah menaruh perhatian pada usaha peningkatan ekonomi masyarakat. Mulai dari renovasi Pasar Danga, peningkatan lahan produksi pertanian dan perkebunan, penguatan pelaku UKM hingga kebijakan penggunaan dan efisiensi anggaran.

Dalam sektor pariwisata, pemerintah daerah juga mengembangkan beberapa destinasi wisata alam dan budaya. Yang teranyar adalah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menetapkan Kampung Kawa sebagai destinasi wisata unggulan dan menjadi tempat tujuan wisata di Nagekeo.

Baik sektor pariwisata maupun pertanian telah menjadi fokus Bupati Johanes Don Bosco dan Wakil Bupati Marianus Waja. Keduanya bervisi untuk mewujudkan Nagekeo yang sejahtera, nyaman dan bermartabat melalui pembangunan sektor pertanian dan pariwisata.

Lalu, visi itu dijabarkan dalam delapan program pemerintah. Satu di antaranya ialah mewujudkan Nagekeo sebagai tempat kunjungan atau singgah para wisatawan dan memperkuat sinergitas sektor pariwisata dengan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, lingkungan hidup, UMKM. Pemerintah Kabupaten Nagekeo menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor penggerak utama pembangunan daerah dalam periode 2018-2023.

Kolaborasi

Ketika ditemui pekan lalu, Bupati Don mengatakan bahwa ego masing-masing kabupaten di NTT pada umumnya dan Flores khususnya harus ditanggalkan. Butuh kolaborasi. Meningkatkan ekonomi masyarakat harus dikerjakan bersama-sama. Tak boleh berjalan sendiri.

Dalam kaitannya dengan pariwisata, Bupati Don menyadari bahwa Labuan Bajo telah dibaptis sebagai kota super premium oleh Presiden Jokowi. Dana APBN digelontorkan untuk menata kota di ujung barat Pulau Flores itu. Dikabarkan juga bahwa Labuan Bajo akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT G-20 pada tahun 2023.

Dengan atributnya itu bukan berarti Pemkab Manggarai Barat berjalan sendiri, kata Bupati Don. Harus ada daerah penyanggah atau penyokong mengingat tingginya kebutuhan pariwisata.

Bagi Bupati Don, kerja sama dalam pengertian simbiosis mutualisme bisa terjadi. Artinya, kebutuhan pendukung pariwisata di Labuan Bajo terpenuhi, lalu petani dan pelaku UMKM di kabupaten lain tak repot mencari pasar.

Dengan berpatokan pada gagasan ini, Bupati Don dan rombongan berkunjung ke Labuan Bajo pada 18 April 2021. Ia bertemu dengan Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi dan Wakil Bupati Yulianus Weng.

Dalam sebuah persamuhan yang sederhana, kedua pimpinan wilayah ini saling berbagi gagasan demi mewujudkan kerja sama lintas daerah. Kala itu, Bupati Don berkomitmen untuk menopang Labuan Bajo sebagai kawasan wisata super premium sekaligus mencari pasar bagi produk-produk lokal dari Nagekeo .

“Saya berupaya mencari peluang pasar. Terdekat di Labuan Bajo. Apalagi jelang event internasional seperti G20. Destinasi premium menjadi andalan besar. Para pekerja membutuhkan makanan dan minum. Peluang kita ke pasar Inpres, ke para pekerja perantau. Tidak harus ke pasar besar atau ke hotel menengah hingga besar,” kata Bupati Don dalam pertemuan itu.

“Perhatian pemerintah pusat ke daerah, kita petik maksimal. Saya serius menopang Labuan Bajo. Saya berharap dan meminta Labuan Bajo menjadi outlet Nagekeo,” ujarnya lagi.

Kunjungan tersebut, bagi Bupati Don, menunjukkan komitmen dan keseriusannya dalam mendukung pelaku usaha di Nagekeo. Sinyal kerja sama terbuka luas karena kedua kabupaten, Nagekeo dan Manggarai Barat, sevisi dalam meningkatkan ekonomi masyarakat.

Kadis Dikoperindag Nagekeo, Tiell Djawaria menjelaskan bahwa pemerintah terus mendorong masyarakat untuk melahirkan produk-produk bernilai tinggi, melalui kelompok Dasa wisma, Karang Taruna, Orang Muda Katolik (OMK), Remaja Masjid dan pelaku usaha lainnya.

“Di Labuan Bajo, memang pelaku UKM-nya tidak tampak tapi pemasaran stabil, tinggi. Kita di sini pelaku UKM-nya bangkit tapi daya belinya menurun. Itu kita bisa lihat di Pasar Danga, ada pelaku usaha online yang tiba-tiba berhenti,” kata Kadis Dikoperindag Tiell Djawaria, baru-baru ini.

Yoakim Seke, salah satu pemuda Nagekeo sedang mendaftar hak kekayaan intelektual produknya bernama Koyo Toto di Labuan Bajo (Foto: Copy Right)

Menumbuhkan Optimisme

Adanya wacana kerja sama antar-Pemkab Nagekeo dan Pemkab Mabar menumbuhkan optimisme dalam diri para pelaku usaha lokal di Nagekeo. Anastasia Maria Indriati Ude (27), misalnya, berharap kerja sama tersebut segera terealisasi.

Warga Kelurahan Danga, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo ini memiliki usaha kripik pisang, kripik talas, dan camilan jagung. Mulanya ia berjualan secara online. Namun usaha itu gulung tikar karena ketiadaan pembeli.

Beruntung Thessa, demikian dirinya disapa, memiliki usaha lain yakni kafe dan resto yang ia bangun sejak masih mahasiswa. Dirinya berharap agar pemerintah bisa memfasilitasi pasar bagi pelaku usaha seperti dirinya.

Yoakim Seke (29), pemilik brand Cabai Koyo Toto tak menampik bahwa usahanya mengalami kesulitan dalam mengakses pasar di tengah pandemi. Sejauh ini, ia menjajakan produknya secara online. Cara ini memang sedikit membantu tapi tak memberikan keuntungan yang signifikan.

“Di tengah Covid-19 ini memang alternatif ialah pemasaran secara online, hanya di Nagekeo ini daya beli sudah menurun. Kami (pelaku usaha) sendiri juga bingung dan jalan keluarnya bagaimana,” tutur Yoakim.

Adalah langkah yang luar biasa bila Pemerintah Kabupaten Nagekeo membantu akses pasar bagi para pelaku UMKM. Kecemasan pelaku UMKM akan terobati bila produk yang diciptakan memiliki pasar yang jelas dan pasti.

Tak heran, Yoakim meminta Pemkab Nagekeo dan Pemkab Mabar untuk segera bekerja sama dalam mendukung produk lokal. Bila itu dilakukan, bukan tidak mungkin anak-anak muda bangkit dan melahirkan inovasi baru.

Situasi pasar yang tidak menentu dialami juga oleh Novi, seorang pebisnis Muku Chips. Novi tergolong pelaku usaha milenial. Ia juga bergelut dalam dunia pariwisata sebagai pemandu sekaligus aktivis lingkungan yang bergabung dalam kelompok clean and clear.

Ia mengakui, usahanya terseok-seok beberapa waktu belakangan. Dengan upaya pemerintah membuka akses pasar diharapkan dapat membangkitkan semangat pelaku usaha pemula.

Kualitas Produk

Bupati Don tidak main-main dengan upayanya menyiapkan akses pasar bagi pelaku usaha di Nagekeo. Karena itu dalam banyak kesempatan, dirinya selalu mengingatkan pentingnya memperhatikan kualitas produk. Barang yang berkualitas pasti akan laku di pasaran dan diburu konsumen.

“Saya bilang, jangan dulu berselera tinggi karena produk kita belum terkonfirmasi dalam standar mutu. Persoalan kita itu adalah soal labeling, bahwa produk kita ini benar organik atau tidak. Yang kedua ialah standar rantai pasar tadi, keteraturan, jumlah. Itu bukan pekerjaan yang sederhana,” ujar Bupati Don di Mbay, awal Mei 2021.

“Jadi, pertama kita sedang menjalin hubungan ke pasar-pasar inpres, ke pengecer-pengecer. Jadi, kita bersama cek, apa saja yang mereka jual, bagaimana mereka mengelola. Nah, setelah kita tawarkan, dan mereka bersedia menerima produk-produk kita. Jadi kita di level itu dulu, sambil nanti kita melihat peluang kelas menengah ke atas. Misalnya, restoran kelas menengah butuh apa, hotel butuh apa,” katanya.

Selain kualitas produk, kuantitas produk juga harus diperhatikan pelaku usaha. Jumlah produk harus mampu menjawab kebutuhan pasar dalam jumlah yang banyak. Dan yang tak kalah pentingnya, kata Bupati Don, adalah kontinuitas setiap produk. Stok barang harus selalu ada saat dibutuhkan pembeli. Jangan sekali produksi, lalu lenyap.

Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do bertemu dengan Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi dan Wakil Bupati Yulianus Weng di Labuan Bajo

Tanggapan Pemkab Mabar

Mengenai inisiatif kerja sama yang dibangun Pemkab Nagekeo, Bupati Mabar, Edistasius Endi mengapresiasi dan menyambut baik langkah tersebut. Disadarinya bahwa Labuan Bajo telah menjadi miniatur Flobamora dan  miniaturnya negeri ini ke depannya.

Bupati Edi menambahkan, rancangan kerja sama lintas daerah  akan memberi dampak positif bagi semua daerah di NTT, tak terkecuali Kabupaten Nagekeo. Labuan Bajo dapat menjadi pasar bagi produk anak-anak Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Nagekeo punya hasil pertanian, sini punya industri pariwisata. Kita permanenkan hubungan kerja sama sehingga petani Nagekeo sampai di sini. Teman-teman Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, juga dari pertanian bisa buat semacam MoU dengan Perumda Bidadari Labuan Bajo. Kita juga berharap, Puncak Wairingin Labuan Bajo jadi tempat jual produk anak-anak NTT. Kami siapkan karpet merah untuk keluarga besar Nagekeo,” kata Bupati Edistasius saat itu, seperti yang dikutip dari akun Pemerintah Kabupaten Nagekeo.

Sementara Wakil Bupati Manggarai Barat, Yulianus Weng menjelaskan bahwa Bupati Don datang untuk meminta kerja sama dalam memasarkan produk UMKM dan hasil pertanian di Labuan Bajo.

“Waktu itu Pak Bupati datang mereka minta agar hasil pertanian dan produk mereka dipasarkan di Manggarai Barat. Termasuk kain-kainnya,” kata Yulianus Weng usai menghadiri pelantikan Sekretaris Daerah (Sekda), 3 Mei 2021 lalu.

Kendati demikian, ungkap Weng, kerja sama akan dimulai ketika proyek pembangunan Rest Area Puncak Waringin sudah selesai.

“Dia (Bupati Nagekeo) waktu minta kalau bisa nanti kadis-kadis datang ke Labuan Bajo. Tetapi kita siap untuk bekerja sama dan sama-sama kerja,” tutupnya.

Ian Bala & Sandy Hayon

spot_img
TERKINI
BACA JUGA