Lewoleba, Ekorantt.com – Mengawali Rapat Terbatas Pamong Praja tingkat Kabupaten Lembata, Plt. Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday terlebih dahulu melakukan seremonial adat untuk meminta izin dan restu agar pelaksanaan rapat dimaksud berjalan tanpa hambatan.
Rapat terbatas Pamong Praja dihadiri para kepala desa dan camat dari Kecamatan Ile Ape Timur dan Ile Ape yang berlangsung di rumah jabatan Bupati Lembata, Selasa (03/08/2021).
Seremonial amet praat dilakukan mengingat rumah jabatan bupati Lembata nyaris tidak dimanfaatkan selama enam tahun.
Menurut Langoday, perlu dilakukan seremonial adat karena sudah lama rumah jabatan itu tidak difungsikan.
“Jika tidak ada yang tinggal rumah ini akan rusak,” tutur Thomas Ola ketika melihat dari dekat seluruh ruangan yang ada dalam rumah jabatan itu.
Rapat terbatas dengan agenda mencari solusi dan alternatif pemecahan masalah terkait erupsi gunung berapi Ile Lewotolok dan kebakaran hutan akibat lontaran lahar panas di wilayah gunung yang sama itu berhasil merumuskan “tindakan” kumulatif yang harus dilakukan secara bersama sama.
Karena itu, menurut Thomas Ola, tidak ada satu pun kepala desa yang super hebat alias one man show yang bisa dan mampu menyelesaikan masalah secara individu.
Butuh pendekatan adat dalam melihat persoalan erupsi dan kebakaran hutan di wilayah Ile Ape.
“Komunikasi adat terkait erupsi dan kebakaran gunung yang sedang dihadapi di Ile Ape harus menjadi perhatian serius semua pihak terutama para kepala desa dan tokoh masyarakat di Ile Aleng gole Ile Ape,” tegas Thomas.
Rapat terbatas tersebut menyimpulkan bahwa masing-masing camat berkoordinasi dan menggelar rapat bersama dengan tokoh adat, tokoh masyarakat, dan seluruh elemen lain dalam merumuskan secara bijaksana sesuai pranata adat.
“Jika bisa ritual adat itu dilaksanakan secara kumulatif atau bersama-sama jangan dilakukan secara parsial,” tegas Kades Watodiri, Gregorius Walang.
Seperti diketahui, terdapat sejumlah kelompok masyarakat adat di Ile Ape. Ada kelompok masyarakat Adat Napoulun, Lewotolok, Peteebang, Lewohala, Atawatun, Lamawolo, dan Lamarongan.
Mungkin ada benarnya jika seluruh kelompok masyarakat adat yang berada dalam satu rumah melaksanakan ritual adat secara bersama demi untuk “meredakan” amukan erupsi Gunung Ile Ape.