Maumere, Ekorantt.com – Kabupaten Sikka memiliki banyak obyek wisata yang menarik untuk dieksplor. Tidak hanya pantai, pegunungan dan air terjun, kita juga bisa menemukan gua yang menawan.
Adalah Gua Glojak, yang oleh warga Kampung Likot, Desa Hoder, Kecamatan Waigete menyebutnya “gua membosankan”. Dibalik menawan, ternyata gua tersebut terselip kisah horor yang bakal bikin pengunjung merinding.
Gua itu dikelilingi oleh pohon-pohon besar. Terdapat juga genangan air di mulut gua yang letaknya persis di pinggir kali mati Wairbaba, kira-kira 1 kilometer arah ke gunung dari Jembatan Wairbaba.
Menurut cerita warga Likot, Sefrinus Dou, gua tersebut dianggap sebagai tempat angker oleh masyarakat Likot pada umumnya. Angkernya tempat itu, secara mitos, sedianya terdapat penghuni atau penunggu berupa seekor ular besar berkepala tiga.
“Karena dianggap angker maka jarang atau tidak pernah warga setempat datang ke gua itu walau jarak dari perkampungan itu dekat,” kata kepada Sefrinus Ekora NTT baru-baru ini.
Hal serupa dituturkan Wihelmus Noven yang menyebutkan bahwa ada daya mistik di gua itu. Jika masuk gua seorang diri maka ada sesuatu rasa yang bikin merinding.
Menurut penuturan tua adat setempat, lanjut Noven, Lian Glojak ini digali oleh nenek moyang pada zaman Jepang (Nippon) untuk dijadikan tempat persembunyian. Hingga sekarang gua ini nampak masih utuh.
“Dulu pernah ada yang menemukan perkakas makanan dan minuman yang dibuat dari tanah liat di dalam gua itu. Tetapi sekarang sudah tidak nampak lagi karena mungkin sudah tertutup dengan tanah akibat runtuhan sebagian atap gua,” kata Noven.
Ia melanjutkan orang tua di Likot melarang keras anak-anaknya untuk tidak bertandang ke gua tersebut. Berdasarkan mitos, jika melihat ular berkepala tiga itu berarti langsung meninggal.
“Cerita angker ini yang membuat orang tua melarang anak-anaknya untuk tidak ke gua itu sehingga betul-betul gua itu dijauhi dan ditakuti hingga sekarang,” tutur Noven yang kerap disapa Nong Wily.
Dirinya mengakui pernah masuk ke dalam gua hanya gelap sekali dan tidak bisa tahan dengan bau belerang yang tajam sekali menusuk hidung.
Ketika ditanya tentang nama “gua membosankan” Nong Wily tidak mengetahui secara persis. Ia menduga nama itu diberikan karena nenek moyang dulu lama bersembunyi di dalam gua itu hingga membosankan.
Pada akhir pembicaraan dengan Ekora NTT, Nong Wily berharap kepada Pemerintah Kabupaten Sikka untuk memperhatikan peninggalan nenek moyang sehingga anak cucu dikemudian hari bisa mengetahui apa yang terjadi di masa lalu.
Ia pun meminta kepada pemerintah untuk mengeksplorasi dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang sejarah dari gua tersebut. “Kalau berkenan Lian Glojak ini bisa dijadikan tempat wisata,” pintanya.
Yuven Fernandez