Beraroma Kuat dan Unik, Brand Kopi Ebulobo Diburu Pembeli

Mbay, Ekorantt.com – Flores layaklah juga disebut surganya kopi. Di berbagai wilayah dari pulau yang dijuluki “Nusa Bunga” ini ternyata bertumbuh aneka jenis kopi. Di kaki gunung berapi Ebulobo, Kabupaten Nagekeo, kopi jenis robusta pun tumbuh subur dan melimpah.

Tepatnya di Kampung Muka, Desa Lajawajo, Kecamatan Mauponggo, hadir sosok muda bernama Elpifanus Lalu yang kini mengembangkan UMKM-nya dengan nama produk Kopi Ebulobo.

“Saya perhatikan selama ini kami biasanya fokus urus cengkeh lalu sepertinya mengabaikan kopi. Padahal kopi di seputaran kaki Gunung Ebulobo ini banyak sekali. Jadi saya berniat untuk harus segera perkenalkan produk kopi dengan nama brand Kopi Ebulobo,” ujar Fiand, sapaan dari Elpfanus Lalu pada Rabu, (1/9/2021).

Fiand mengisahkan ia nekad mengembangkan brand Kopi Ebulobo pada Juni 2021. Menurutya usaha ini agak terlambat karena ide awal untuk memulai sudah termaktub dalam diri sejak tahun 2020.

“Abang jangan salah, cita rasa kopi ini mau menunjukkan bahwa kami dari Nagekeo juga punya brand kopi yang rasanya itu original dan aromanya kuat sekali,” cerita Fiand mempromosikan brand kopinya.

Menurut Fiand, brand kopi yang dikembangkannya diambil dari kebun sendiri dan juga dibeli dari para petani kopi di kampungnya dengan harga Rp 30 ribu/kg.

Ilustrasi kopi

Proses produksinya masih menggunakan cara tradisional. Kopi dipanen lalu dijemur sampai kering setelah itu pemisahan kulit dengan biji kopi.

Kemudian dijemur lagi sebelum digoreng. Untuk proses penggorengan menggunakan wadah dari kuali yang berbahan tanah liat. Begitupun pemanas menggunakan tungku kayu api.

Fiand mengatakan cara ini untuk menjaga cita rasa kopi yang original dan aroma yang kuat. Kopi yang telah melalui proses pengorengan kemudian digiling dan masuk dalam kemasan dan diberi nama Kopi Ebulobo.

“Saya jual dalam kemasan itu ada yang 15 gram harganya dua ribu per bungkus, 35 gram harganya lima ribu per bungkus, 75 gram dengan sepuluh ribu per bungks dan 250 gram harganya 50 ribu per bungkus,” urai Fiand tentang harga kopinya.

Sejauh ini, sekalipun dalam masa pandemi Covid-19 namun orderan Kopi Ebulobo lumayan membantu usahanya untuk terus berlanjut.

Awalnya Fiand berpikir untuk fokus penjualan produk kopi ini di Kabupaten Nageko saja, terlebih di Mbay sebagai ibu kota kabupaten itu. Tak dinyangka melalui promosi di platform media sosial permintaan terhadap Kopi Ebulobo datang dari mana-mana.

“Saya kaget teman asal Ambon yang usaha kopi juga di Jakarta pesan produk saya. Saya boleh bilang bahwa saat ini permintaan dari Jakarta cukup tinggi,” tutur Fiand.

Selain permintaan dari Jakarta datang juga orderan kopi Ebulobo ini dari Kalimantan, Papua, Kupang Alor, Sabu hingga Kefamenanu. Fiand mengakui saat sekarang permintaan dari Mbay sendiri saja lumayan besar.

“Banyak sekali pesanan dari kios-kios dan toko di Mbay dan saya lagi sungguh-sungguh untuk penuhi permintaan itu,” ujar Fiand. Saat ini Fiand juga membuka gerai penjualan kopinya di Watukesu, Jalan W.J Lalamntik Gang 11 Mbay.

Ia pun yakin usaha ini adalah pilihan tepat. Menurutnya minum kopi itu tidak lagi soal kebutuhan tapi sudah mengarah pada gaya hidup. Dengan demikian ia percaya brand Kopi Ebulobo bakal juga bersinar dan diburu para penikmat kopi.

Ian Bala

spot_img
TERKINI
BACA JUGA