Diduga Dicaci Maki dan Diajak Duel Oleh Kajari Sikka, Kadis Herlemus: Saya Seperti Tahanan Perang

Maumere, Ekorantt.com – Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Sikka Fahmi diduga melakukan perbuatan tidak menyenangkan, dengan mencaci maki dan juga mengajak duel Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus.

Sikap arogansi Kejari Sikka itu merupakan buntut dari surat undangan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus kepada Kejari Sikka, Fahmi bernomor: Dinkes, Sktr/1805/IX/2021 tertanggal 10 September 2021.

Surat yang berkaitan dengan kegiatan pengadaan barang dan jasa pada Dinas Kesehatan tahun anggaran 2021 mengundang tim pendamping untuk mengikuti rapat pendahuluan persiapan pengadaan barang dan jasa bersama dengan pengguna anggaran, yang dilaksanakan pada hari Senin, 13 September 2021 bertempat Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka.

Petrus Herlemus pun menjelaskan kronologi saat dirinya dicaci maki dan diajak duel oleh Kajari Fahmi.

Berikut kronologinya dalam rilis yang diterima Ekora NTT, 16 September 2021.

Hari Senin, tanggal 13 September 2021 pukul 7.45 Wita, saya tiba di ruang kerja saya Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka. Kebetulan saya Petrus Herlemus sebagai pelayan rakyat dan kebetulan pula saya dipercayakan oleh Bupati dan Wakil Bupati Sikka memangku jabatan sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka dengan pangkat dan golongan ruang Pembina utama muda IV C.

“Saya mendapat telepon dari Jaksa Riski pada pukul 7.48 dan beliau memberitahu saya bahwa Pak Kejari mau ketemu sekarang, dan saya sampaikan tolong sampaikan kepada Pak Kejari jika boleh setelah jam 08.00 baru ketemu karena jam 8.00 saya harus pimpin apel di kantor.

Tiba-tiba ada teriakan dari ujung telepon ‘e Kadis, saya tunggu kau sekarang ke kantor’. Lalu saya menanggapinya dengan santun ‘Ia pak Kejari saya ke situ sekarang’.

Saya bergegas ke Kantor Kejaksaan bersama sopi,  om Erens. Sampai di kantor kejaksaan sekitar pukul 08.00. Saya langsung ke front office dan menyampaikan bahwa saya ditelepon Pak Kejari untuk ketemu, namun harus melalui prosedurnya, serahkan KTP, dan diambil foto melalui kamera.

Dalam proses registrasi, Pak Jaksa Riski turun dari lantai dua menjemput saya, dan beliau sampaikan, ‘Pak Kadis mohon HP saya ntuk disimpan di loker, dan hari itu saya tidak simpan di loker.

Setiap sisi ruangan ada kamera CCTV. Ini luar biasa. Semoga seluruh kejadian hari itu terekam CCTV dan saya sangat percaya bahwa seluruh karyawan terlebih para penegak hukum jujur dan takut akan Tuhan khusus kejadian pada hari itu.

Saya bergegas ke lantai dua menuju ruangan Kejari ditemani Pak Jaksa Riski. Tibalah saya di depan pintu ruang kejari tepat pukul 8.16 Wita. Semoga CCTV merekamnya dengan teliti sehingga bisa sesuai dengan data yang saya miliki.

Pintu dibuka oleh Jaksa Iksan (Kasi Intel), semoga CCTV tidak eror.

Saya masuk dengan menyapa. ‘Selamat pagi Pak Kejari’.

Saya langsung disambut dengan teriakan dan Pak Kejari mendekati saya dan mengangkat kaki kanannya dan hentakan di atas meja tamu depan saya sambil menunjuk-nunjuk saya dan sambil berkata, ‘hai Anjing, kau biadab, kau kotor, kau makan uang haram, kau melecehkan institusi saya’.

Saat itu saya bingung apa yang dimaksud melecehkan institusi saya. Saat itu saya bingung, dan saat itu saya sela, saya katakan, ‘Pak Kejari saya tidak paham?’

Beliau kembali ke mejanya dan mengambil secarik undangan dan mengatakan, ‘anjing, biadab baca suratmu, baca, baca, baca, lanjutnya kau ini siapa’, sambil naikkan kakinya di atas meja depan saya dan membuka kancing bajunya dan ajak saya untuk duel, dan ajakan duel ini berulang kali, dan saya diapiti oleh Jaksa Riski dan Iksan.

Saat itu, saya katakan kepada Kejari silakan membuka bajunya tapi saya tidak satu kancing pun saya buka karena saya menghormati Pemda dan institusi saya, dan saya tidak meladeni untuk duel.

Surat yang ditunjukkan kepada saya adalah surat undangan yang saya kirim kepada Kejari dan Inspektorat Kabupaten Sikka, untuk memohon menugaskan staf pendamping pada rapat pendahuluan proses pengadaan barang dan jasa sumber dana pinjaman daerah.

Menurut saya, isi surat sangat santun dan tidak merendahkan institusi mana pun, dan buktinya pak Inspektur menugaskan kedua stafnya untuk mengikuti rapat dimaksud.

Lanjut kejari, ‘Kau ini siapa anjing, kau perintah saya, saya ini bawahanmu, bawahan Bupatimu, saya ini tidak bisa diintervensi, kau ini hanya makan uang proyek, uang haram’.

Saya hanya diam dan sabar.

Lanjut Kejari, ‘kenapa proyek rumah sakit pratama, proyek sumur bor kau pecah-pecah anjing, otakmu hanya proyek’.

Kejari ngotot tanpa henti disaksikan oleh Jaksa Riski dan Iksan. Beliau berdua hanya berdiri di samping kiri dan kanan saya. Jaksa Iksan sebelah kiri dan Jaksa Riski sebelah kanan dekat pintu keluar.

Kejari tetap ngotot tanpa memberi ruang untuk saya jelaskan. Kejari lanjut dengan bertanya, ‘Kenapa PPK kau tentukan tanpa koordinasi dengan saya, kau tentukan PPK kepada si Uly yang bermasalah dengan bangunan SPC tahun kemarin’.

Lanjut Kejari kembali bertanya bagaimana dengan Incenerator di Waigete? Sambil Kejari melihat Jaksa Iksan dan memerintahkan untuk segera periksa Incenerator, dan tidak ada waktu untuk saya jelaskan.

Lanjut Kejari, ‘biar uangmu banyak tapi kau tidak bisa intervensi saya. Kau dan Sekda sama saja, saling lempar tanggung jawab, soal koordinasi, Sekda bilang Kadis, kau bilang Sekda’.

Dan saat itu saya merasa saya bukan manusia di hadapan Kejari.

Sehingga saya sampaikan kepada Pak Kejari, ‘jika panggilan saya untuk mencaci maki maka sekarang saya pulang’.

Sambil saya menuju pintu keluar, tetapi dihadang oleh Jaksa Riski, dan peristiwa ini terjadi pada saat pintu terkunci.

Dalam ruangan kerja Kejari hanya kami berempat, Kejari, Jaksa Riski dan Iksan, dan saya seorang diri seperti tahanan perang.

Saat ngototnya berhenti, saya langsung pamit keluar dan pintu dibukakan Jaksa Riski, dan saat saya pamit pulang.

Kancing baju Kejari masih tetap terbuka karena gagal ajak duel dengan saya, Jaksa Riski mengikuti saya dari belakang sampai di lantai satu. Jaksa Riski bertanya ‘pak Kadis HP di loker’.

Saya sampaikan ke Jaksa Riski bahwa dua hape saya masih tetap di celana saya.

Semoga Kejari, Jaksa Riski dan Jaksa Iksan membuka kembali CCTV mulai saat masuk dan semua caci maki dalam ruangan yang terkunci, agar bisa membantah pernyataan saya.”

spot_img
TERKINI
BACA JUGA