Bajawa, Ekorantt.com – Uskup Agung Ende Mgr. Vincentius Sensi Potokota secara resmi membuka pelaksanaan Musyawarah Pastoral [Muspas] VIII Keuskupan Agung Ende [KAE] secara virtual dari Gereja Mater Boni Consili [MBC] Bajawa, Kabupaten Ngada pada Rabu, [27/10/2021]. Muspas tersebut diikuti tiga rayon yakni rayon Kemah Tabor Mataloko, Rayon Susteran Sang Timur Bejo dan Biara OCD Bogenga.
Dalam sambutannya, Uskup Sensi menegaskan kegiatan Muspas VIII tersebut menepatkan umat sebagai subyek dari segala prosesnya.
Menurutnya, dalam 8 kali Muspas termasuk kali ini tetap konsisten menerapkan sifat sinodal dalam bermusyawarah dimana pola prosesnya menjamin keterlibatan seluruh umat secara luas dengan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga Muspas benar-benar milik umat yang diselenggarakan oleh dan untuk umat.
Uskup Sensi menyatakan dalam kondisi normal bisa mencapai 500 orang namun dengan kondisi saat ini jumlah itu tidak bisa dilaksanakan. Yang hadir ialah mewakili dan atas nama umat Keuskupan Agung Ende yang kini berjumlah kurang lebih 470-an jiwa.
Uskup Sensi menerangkan bahwa Muspas VIII KAE bertepatan dengan sinode para Uskup se-dunia yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus pada tanggal 10 Oktober 2021 yang disusun secara serentak di keuskupan-keuskupan se-dunia pada tanggal 17 Oktober 2021 lalu.
Sementara Muspas VIII KAE tertunda hampir setahun karena tegak terkendala tragedi kemanusiaan global yakni pandemi Covid-19.
Uskup Sensi menegaskan bahwa langkah Paus Fransiskus yang bersifat out of the box adalah suatu gebrakan untuk menerapkan sifat sinodal dari sinode para Uskup kali ini dibawah tema ‘Bagi Gereja: Sinodal, Partisipasi, Misi’.
Pola proses button-up sebagai metodologi untuk membuka ruang bagi partisipasi dalam umat gereja-gereja partikular seluruh dunia dan federasi-federasi regional para tokoh gereja.
Pada kesempatan itu, Uskup Sensi pun mengangkat pesan inspiratif dari Paus Fransiskus, kantor sinode yang kiranya relevan juga untuk Muspas kali ini dimana Paus mengharapkan agar waspada dalam tiga kecenderungan yang tidak bersifat sinodal yakni formalisme, intelektualisme dan rutinitas.
Standar zona aman dimana kecenderungan-kecenderungan menurut Paus Fransiskus melestarikan elitisme yang memantulkan interaksi partisipatif dari persekutuan gereja yang pada akibatnya adalah organisme yang dinamis.
Selain itu, aspek seremony basa-basi contoh relevansi dan konektivitasnya dengan perkumpulan real yang nyata di tengah-tengah tata dunia yang menjadi konsep hidup persekutuan gereja serta rasa puas pada zona aman dimana menggereja dan bekerja secara rutin dan standar saja.
Persekutuan Gereja KAE telah menemukan diri sendiri melalui gerakan Muspas dimana metode bermusyawarah yang menempatkan umat pada posisi subjek pelaku dan pelaksana utama.
Disadarinya bahwa Muspas ke-VIII diselenggarakan dalam kondisi ancaman Covid-19 sehingga Uskup Agung Ende mengajak semua pihak yang terkait dan terlibat dalam pelaksanaan Muspas ke-VIII KAE tersebut untuk tetap komit dan tanggung jawab bersama memastikan kepatuhan pada panduan protokol kesehatan yang telah terbukti efektif.
“Ini adalah komitmen kita bersama, komik kemanusiaan sebagai ungkapan iman yang hidup dan nyata tentang martabat luhur hidup manusia yang harus dibela,” kata Uskup Sensi.
Sebagai informasi, hadir langsung dalam perayaan tersebut di Gereja MBC Bajawa ialah Bupati Ngada Andreas Paru, Ketua DPRD Kabupaten Ngada Bernadinus Dhey Ngebu, Vikep Bajawa RD Yosep Daslan Moangkabu, Ketua Umum Panitia Pelaksana Muspas VIII-KAE Paulus Soliwoa serta Direktur Puspas KAE RD Aleks Tabe dan beberapa anggota Panitia Muspas ke-VIII KAE.
Belmin Radho