Mbay, Ekorantt.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] Nagekeo menginformasikan bahwa aktivitas kebencanaan di Kabupaten Nagekeo masih tergolong tinggi. Hal ini berdasarkan rekapitulasi bencana oleh BPBD selama tiga tahun terakhir ini.
“Tahun 2019 tercatat ada 6 korban jiwa. Serta tahun 2020 dan 2021 tidak ada korban jiwa namun banyak properti masyarakat yang hancur akibat bencana seperti rumah, lahan kebun dan tanaman komoditi serta area persawahan juga dilanda bencana,” kata Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Nagekeo, Marianus U. Dhaki Dae di Mbay, Kamis [4/11/2021] siang.
Marianus menyebutkan terdapat 12 ancaman bencana nyata di Kabupaten Nagekeo berdasarkan dokumen kajian risiko bencana yang dikeluarkan BNPB. Dari 12 ini dalam tiga tahun terakhir yang didominasi itu ialah hidrometeorologi aktif yang di dalamnya ialah banjir, longsor, angin kencang termasuk seroja, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem dan abrasi.
“Termasuk kekeringan dan kebakaran hutan yang paling besar memakan biaya baik daerah maupun secara nasional,” ucap Marianus.
Belakangan, lanjut dia, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika [BMKG] telah mengingatkan masyarakat agar turut mengantisipasi potensi datangnya bencana La Nina yang diprediksi meluas hingga ke wilayah NTT. Bencana La Nina disebut mirip dengan badai Seroja yang diprediksi rentan terjadi mulai Oktober 2021 hingga Maret 2022.
Oleh sebab itu, masyarakat Nagekeo yang bermukim di wilayah rawan ekstra bencana agar benar-benar mengenali bencana serta berupaya untuk melakukan mitigasi secara mandiri.
“La Nina datang serentak dari berbagai jenis bencana. Misalnya, angin kencang disertai hujan, longsor, banjir dan gelombang tinggi. Kami menghimbau kepada warga yang bermukim di wilayah rawan ekstra bencana agar bisa mengenal kebencanaan dan sebisa mungkin mitigasi mandiri. Apakah harus pindah sementara, pohon yang tinggi harus dipotong dan secepat mungkin laporkan ke pemerintah desa,” kata Marianus.
Ian Bala