Waspadai Badai La Nina, Pemprov NTT Akan Gelar Rakor Bersama Para Bupati dan Walikota

Kupang, Ekorantt.com – Cuaca ekstrim badai La Nina yang ditandai dengan intensitas hujan yang relatif tinggi akan menerpa wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga bulan Februari tahun 2022 mendatang.

Intensitas hujan yang tinggi ini dapat memicu terjadinya bencana alam hidrometeorologis seperti angin kencang, banjir bandang dan tanah longsor di sejumlah wilayah di NTT.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) RI Prof. Ir. Dwikorita Karnawati dalam kunjungannya bersama ke-14 Kepala Perwakilan BMKG wilayah kabupaten/kota se-NTT di Kantor Gubernur NTT pada Jumat, (19/11/2021) siang.

Dwikorita Karnawati menyebutkan beberapa wilayah NTT yang berpotensi terjadinya cuaca ekstrim akibat badai La Nina antara lain; Kota Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), TTU, Belu, Rote Ndao, Sumba Barat, Sumba Timur, Ngada dan Ende.

Sebab itu, kata Dwikorita, dibutuhkan upaya mitigasi bencana menghadapi fenomena alam badai La Nina ini. Upaya mitigasi ini merupakan tindakan preventif dalam mengurangi risiko bencana alam yang terjadi akibat cuaca ekstrim La Nina.

“Kunjungan kami ini adalah dalam rangka kerjasama untuk mitigasi potensi bencana hidrometeorologis, yang dapat diakibatkan oleh La Nina atau cuaca ekstrim di NTT.  Kami sudah bahas beberapa hal, untuk kesiapsiagaan tersebut,” jelas Dwikorita Karnawati.

Dwikorita menjelaskan bahwa curah hujan akibat badai La Nina ini akan meningkat sampai 100 persen. Berdasarkan perkiraan, curah hujan yang cukup tinggi dapat terjadi pada November 2021 dan akan semakin meningkat Desember 2021 hingga Februari 2022.

Sebab itu, Dwikorita memberikan beberapa rekomendasi yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat NTT terhadap datangnya cuaca ekstrim nanti, antara lain: adanya kesiap-siagaan pemerintah dan kewaspadaan yang tinggi warga yang bermukim di wilayah yang rawan longsor dan potensi banjir bandang.

Selain itu, disadari bahwa NTT musim kering sangat lama dibandingkan dengan musim hujan yang relatif sangat pendek, maka curah dengan intensitas tinggi ini dapat dimanfaatkan pemerintah dan masyarakat NTT dengan menyiapkan bak penampungan air sebagai tabungan menghadapi kemarau panjang.

“Masyarakat harus selalu sigap dan selalu berkoordinasi dengan aparat setempat. Tentunya masyarakat juga harus berpartisipasi aktif untuk menyiapkan tandon-tandon penampung air, agar air yang ditampung nanti tidak segera lari ke laut atau memberi dampak banjir tanpa terkendali,” sebut Dwikorita.

“Pemerintah provinsi sudah sangat sigap. Oleh karena itu kita harapkan pemerintah daerah dan semua pihak melakukan manajemen tata kelola bencana yang tepat,” sambung mantan Rektor Universitas Gajah Madah (UGM) Jogja ini.

Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi, saat menerima kunjungan tersebut menyampaikan bahwa dalam waktu dekat Pemprov NTT bersama jajaran pemerintah kabupaten/kota se-NTT akan melaksanakan rapat koordinasi terpadu dalam mengambil langkah-langkah cepat preventif terhadap datangnya fenomena alam La Nina di NTT.

“Kami segera berkoordinasi dan berkolaborasi dengan pemerintah daerah. Bupati se-daratan Flores akan kami undang, kemudian Bupati Belu, TTS, Malaka, Rote Ndao, Sabu Raijua, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Alor, Lembata, Flotim, hampir seluruh bupati dan walikota akan kami undang untuk melakukan koordinasi terbatas pada pertemuan tanggal 30 November 2021 ini,” tegas Josef.

Mewakili pemerintah dan masyarakat NTT, Josef menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tinggi atas kunjungan dari Kepala BMKG Pusat dan jajarannnya di NTT.

“Kunjungan ini sangat luar biasa untuk melakukan kolaborasi tentang prakiraan cuaca Bulan Desember 2021 sampai Februari 2022. Dimana NTT ini diprakiraan curah hujan yang terjadi sangat tinggi, sehingga dapat mengakibatkan longsor, banjir dan sebagainya. Untuk mengantisipasi itu, maka Ibu Kepala BMKG memberikan data–data yang cukup lengkap dan kami juga bersama BMKG akan melakukan rakor terbatas dengan para bupati yang wilayahnya diprakirakan akan mengalami, longsor dan banjir, pada permulaan Desember 2021 sampai Februari 2022,” tutup Josef.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA