Padre Martinho, Lulusan Sesado-Flotim, Pilih Keluar dari Imam dan Bertarung dalam Pilpres Timor Leste

Jakarta, Ekorantt.com – Panggung politik Negara Demokratik Timor Leste alias Timor Leste bakal diwarnai munculnya nama dan wajah baru Padre Martinho Gusmano da Silva Gusmao. Munculnya nama imam lulusan Seminari San Dominggo Hokeng, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur itu dipastikan bakal seru menghadapi sejumlah nama bakal calon internal maupun koalisi partai menjelang genderang politik Pilpres negeri di ujung timur Pulau Timor yang merupakan provinsi ke-27 yang dikoleksi Indonesia. Referendum yang digelar Indonesia di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengandaskan langkah Indonesia mendekap erat Timor Timur dalam bingkai NKRI setelah suara mayoritas warga Timor Timur kala itu memilih merdeka sebagai sebuah negara berdaulat.

Pekan kedua November 2016 atau lima tahun lalu, saya ngobrol dengan Padre Martinho via messanger Facebook. Setelah ‘say hello’ dan menyapanya dengan ‘Pak Martinho’, akhirnya sapaan bergeser kepada ‘Padre’, Pastor. Ia bukan awam. Ia seorang imam Katolik.

Ya, Padre Martinho mengaku seorang imam Projo dari Keuskupan Baucau. Ia tengah berada di Australia, negeri pimpinan Perdana Menteri Scott Morrison. Kala itu Padre Martinho tengah menunaikan tugas sebagai peneliti dan penulis di negeri Kanguru. Dua tugas dari profesi itu menurutnya adalah pekerjaan yang kerap tak disukai orang.

“Minggu depan balik lewotana (kampung halaman) Timor. Rencana bulan Desember ke Larantuka, Flores Timur menghadiri Pesta Emas Sr Benediktis PRR, Pemimpin Umum PRR,” kata Padre Martinho Gusmao.

Panggilan Politik

Padre Martinho mengambil langkah radikal sebagai seorang imam yang taat dan tunduk di bawah otoritas Vatikan. Momentum Pemilihan Presiden (Pilpres) Timor Leste tahun 2022 lebih kuat memanggil Padre bertaruh dalam bursa Pilpres menuju Timor Leste 01 guna melayani rakyat (umat) di jalur politik; sesuatu yang langka bahkan pertama kali dalam sejarah politik Timor Leste bagi para klerus baik di Keuskupan Dili maupun Baucau.

Jauh-jauh hari Padre Martinho sudah mengajukan permohonan ijin kepada Paus selaku Pemimpin Umat Katolik Tertinggi Sedunia di Roma sekaligus pengatur tugas perutusan dan kenabian para imam melalui keuskupan di negara masing-masing. Sinyal Roma terbuka lebar dan show must go on bagi Padre Martinho.

“Proses laisasi (proses pengawaman) sudah tuntas. Kini tinggal fokus untuk proses pencalonan sebagai Presiden Timor Leste,” kata Padre Martinho, imam yang mendalami Studi Politik di Pontifical Gregorian Universtity, Roma, Italia, dari Dili, Timor Leste, Selasa (23/11 2021).

Paus Fransiskus dikabarkan sudah mencopot status imamat Padre Martinho merespons permohonannya berniat maju dalam bursa Pilpres di negeri ujung timur Timor yang mayoritas warganya penganut Katolik. Pencopotan atau pencabutan status Padre Martinho oleh Sri Paus diumumkan dalam sebuah Komunike yang ditujukan kepada umat Katolik pada 21 November di Baucau, keuskupan di mana Padre Martinho melayani umatnya.

“Melalui komunike ini, mulai hari ini dan seterusnya, Bapak Martinho Germano da Silva Gusmao akan menjalani hidupnya sebagai orang awam biasa dan terus bersaksi tentang iman sebagai orang awam yang baik,” ujar Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Baucau Pastor Alipio Pinto Gusmao Pr dan Wakil Rektor Pastor Deonisio Guterres Soares yang meneken Komunike tersebut mengutip UCA News, portal berita Katolik yang berbasis di Bangkok.

Pencopotan Padre Martinho merupakan respons atas permohonannya kepada Paus Fransiskus yang dikirim tahun lalu. Menyusul balasan Paus Fransiskus, Pastor Gusmao dan Pastor Soares dalam Komunike itu menyebut Padre Gusmao menjalani hidupnya sebagai orang awam biasa dalam masyarakat, tetapi sakramen imamat yang diterimanya tidak dibatalkan.

“Dengan demikian, orang yang berada dalam situasi bahaya maut dan tidak ada imam untuk segera diberikan sakramen pengakuan dosa, Martinho Gusmao dapat menyelenggarakan sakramen pengakuan dan memberikan pengampunan dosa secara resmi,” ujar dua imam asli Timor Leste itu.

Langkah Padre Martinho mengingatkan saya pada sosok Fernando Lugo Mendez di Paraguay. Lugo Mendez adalah uskup yang nekat meminta restu Paus dalam bursa Pilpres Paraguay. Dewi fortuna memihaknya setelah mayoritas warga mendapuknya ke kursi Presiden Paraguay.

Kondisi sosial politik Paraguay dan Timor Leste tentu terpaut jauh. Namun, dinamika kehidupan sosial yang menyertai perjalanan kebijakan pembangunan di masing-masing negara (Paraguay dan Timor Leste) adalah alasan lain mengapa para klerus seperti Lugo dan Martinho jatuh cinta melayani umat dan rakyat melalui jalur politik.

Apa reaksi publik, terkhusus para kolega Padre Martinho dari lembah hijau Seminari San Dominggo, Hokeng, Keuskupan Larantuka, atas langkahnya dalam kandidasi menuju kursi Presiden Timor Leste, ia buka suara.

“Ya, teman-teman mendukung. Perjalanan sudah di tengah. Tinggal meneruskannya. Berat tetapi panggilan baru harus diteruskan,” ujar Padre Martinho kepada saya.

Doa dan harapan tentu menggunung. Namun, pilihannya ada di tangan rakyat loro sae atas restu Maromak, Tuhan Sang Sabda. Obrigado, Padre. Salam ke Dili.

Ansel Deri

spot_img
TERKINI
BACA JUGA