Ende, Ekorantt.com – Sebanyak 105 warga RT 10/RW 03 Kelurahan Rewarangga, Kecamatan Ende Timur, Kabupaten Ende terpaksa mengungsi ke tenda darurat di area perbukitan 100 meter dari kampung mereka. Mereka mengungsi karena takut ancaman bencana banjir dan tanah longsor.
Warga Kampung Roworeke tersebut kemudian membangun secara swadaya delapan tenda darurat untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana tanah longsor dan banjir luapan kali Ae Nari. Tenda darurat beratap terpal dan seng bekas dibangun sejak akhir November 2021.
Warga trauma dengan bencana longsor dan banjir yang pernah terjadi pada tahun 1988 silam dan menewaskan banyak warga.
“Sudah mau dua minggu kami di sini. Sejak longsor pertama tanggal 21 November, kami sudah tidak tenang. Kami takut karena di mata air Ae Nari sudah longsor. Terpaksa kami pindah ke bukit sini untuk jaga-jaga,” ujar Arnolda Dolorosa (32) saat diwawancarai Ekora NTT pada Jumat (3/11/2021).
Dolorosa beserta anak dan suaminya rela pindah ke wilayah perbukitan dan membangun tenda darurat seadanya karena tidak ingin kejadian tahun 1988 kembali menimpa mereka.
Di tenda-tenda darurat ini, mereka berteduh bersama keluarga lainnya. Satu tenda darurat ditempati tiga sampai empat kepala keluarga. Warga berharap pemerintah Kabupaten Ende dapat mengatasi masalah ini.
Lurah Rewarangga, Antonius Andryanto kepada Ekora NTT menjelaskan, wilayah Mokeasa menjadi langganan banjir saat musim hujan. Hingga kini sudah terjadi lima kali longsor di wilayah itu.
Pasca-longsor, ujar Lurah Andriyanto, warga bergotong royong membersihkan material bebatuan, pepohonan tumbang yang menghalangi jalur air, hingga membangun pondok untuk evakuasi warga bila terjadi banjir.
“Ini untuk lokasi evakuasi jika terjadi bencana. Mereka bangun secara swadaya. Saya juga sudah lapor ke pak camat dan dinas terkait,” ujar Lurah Andriyanto.
Sementara itu, Ketua RT 10 Mokekeso, Valentinus Judha meminta bantuan pemerintah melalui Lurah Rewarangga berupa bantuan sembako, material seng, kabel lampu, dan kebutuhan jangka panjang yakni pembangunan beronjong pengamanan Kampung Mokekeso.
Valentinus mengatakan saat musim hujan, keluarga berinisiatif mengevakuasi para lansia ke pondok yang ada di kaki bukit dekat kampung, yang kini berjumlah delapan pondok sebagai upaya penyelamatan dini.
“Kita minta penanganan dari Pemerintah Kabupaten Ende. Selain penanganan darurat, kita minta segera bangun tembok penahan tanah dan beronjong serta drainase,” harap Valentinus.