Terkenal sebagai Nusa Serealia, Bupati Thomas Bertekad Giatkan Gerakan Makan Pangan Lokal Bagi Warga Lembata

Lewoleba, Ekorantt.com – Pemerintah Kabupaten Lembata dalam kerja samanya dengan Koalisi Pangan Baik dan Koalisi Adaptasi bertekad untuk menggiatkan gerakan makan pangan lokal bagi warganya. Upaya ini sebetulnya sudah dan sedang dijalankan oleh beberapa desa di kabupaten tersebut yang terkenal kaya dengan produk pangan lokalnya.

Selama kurang lebih lima tahun ke depan gerakan makan pangan lokal menjadi atensi Pemkab Lembata dan Koalisi Pangan Baik dan Adaptasi.

Demikian salah satu komitmen dalam pertemuan awal pembahasan kerja Koalisi Pangan Baik dan Adaptasi yang terdiri dari beberapa LSM dan Pemkab Lembata pada Selasa (7/12).

Koalisi Pangan Baik dan Koalisi Adaptasi adalah gabungan dari beberapa LSM yang selama ini fokus bekerja untuk ketahanan pagan dan isu perubahan iklim.

Aneka olahan sorgum

Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday menegaskan akan bersungguh-sungguh membangun kolaborasi bersama untuk mewujudkan kecintaan pada pangan lokal yang menurutnya punya nilai gizi yang sangat tinggi.

“Ya benar, kemarin saya bertemu dengan teman-teman dari Koalisi Pangan Baik dan kami bahas soal serealia. Jadi kalau menyebut serealia maka itu adalah Lembata. Kalau orang menyebut Lembata itu adalah serealia. Kita kaya dengan sorgum, jewawut, padi (sawah dan ladang), jagung pulut dan lainnya tetapi punah semenjak datangnya beras impor. Kita terpengaruh manisnya rasa beras impor yang manis dan berkualitas rendah ketimbang serealia kita yang rasanya hambar tetapi bernilai gizi tinggi. Saatnya sekarang kita kembali menyatu dengan alam. Alam yang menghasilkan serealia yang sejak awal disediakan oleh alam untuk kita,” ujar Bupati Thomas ketika dihubungi Ekora NTT pada Rabu (8/12).

Aneka olahan sorgum

Sementara itu, Direktur Yaspenssel Keuskupan Larantuka, Romo Benyamin Daud, Pr dalam sambutan mewakili Koalisi Pangan Baik menyampaikan Lembata harusnya bangga karena punya aneka jenis pangan lokal dan disebut sebagai kabupaten serealia.

Kekayaan tanaman sumber pangan ini, menurut Romo Benya menjadi penopang keberagaman yang mendukung konsumsi dan pangan rumah tangga masyarakat. Dampak perubahan iklim perlu direspon dengan langkah adaptif termasuk mengembalikan kelestarian tanaman sumber pangan yang diyakini punya ketangguhan menghadapi perubahan iklim.

“Kami dua lembaga ini, Yaspensel dan LSM Barakat dengan niat tulus datang untuk bersama pemerintah bangun masyarakat. Pai taan tou. Kita bangun lewotanah ini. Kita dikenal sebagai pulau serealia. Kita juga punya laut yang kaya. Namun kita mengalami perubahan. Oleh karena itu, kita perlu berkolaborasi untuk pulihkan ini, ” terang Romo Benya.

Benediktus Assan salah satu aktivis NGO yang selama ini mendampingi warga mengungkapkan gerakan kembali menanam dan makan pangan lokal sebetulnya sudah mulai hidup di Lembata.

Sorgum

Ben merincikan desa yang telah menanam dan mulai mengonsumsi pangan lokal khususnya sorgum adalah Desa Wuakerong di Kecamatan Nagawutung, Desa Tapobali di Kecamatan Wulandoni, Desa Bunga Muda di Kecamatan Ile Ape dan beberapa desa di Kecamatan Atadei.

“Saat ini warga sudah mulai konsumsi sorgum yang diolah dengan aneka menu sehingga ini tentunya akan sangat berdampak pada kehidupan warga terlebih berkaitan dengan pangan sehat. Saya kira julukan kabupaten Lembata sebagai nusa serealia itu bagian dari menuju Lembata yang sehat dan pas,” demikian tutup Ben.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA