Maumere, Ekorantt.com – Pak Min pindah penduduk dari Solo ke Kota Maumere, Kabupaten Sikka pada tahun 1976. Sudah 45 tahun ia sah menjadi warga Sikka.
Sejak itu, Pak Min sudah mulai terjun pada usaha jasa yang olehnya sangat menggiurkan. Adalah usaha jasa giling daging.
Bagi warga Sikka, nama Pak Min memang sudah tidak asing lagi terutama bagi mereka-mereka sering mengelola daging.
Pada setiap kali hajatan, baik hajatan adat maupun kegiatan keagamaan, markas Pak Min menjadi tempat yang paling sibuk.
Hal ini diungkapkan Edi Sutopo (32), putra Pak Min yang sudah bergelut pada usaha itu.
“Kalau pada hari-hari raya sungguh ramai. Antrian menunggu cukup panjang. Bisa meraup 7 juta sampai 9 juta per hari. Sedangkan pada hari normal berkisar 3 juta sampai 5 juta per hari,” ujar Edi.
Edi yang meneruskan usaha bapaknya itu menambahkan, jika saat musim Lebaran, omzet penggilingan berjalan normal disebabkan banyak pelanggan yang mudik jadi agak sepi.
Namun, untuk omzet jasa penggilingan daging tiap bulan, kata Edi, lumayan menjanjikan. Setelah dipotong biaya operasional dan gaji 3 karyawan bisa mencapai 50-an juta per bulan.
Edi pun menggarisbawahi suksesnya usaha diukur dari niat dan komitmen yang diwarisi oleh orangtuanya.
Tiap pagi, lapak penggilingan daging dibuka pukul 03.30 hingga pukul 10.00 tiap hari. Jadwal itu, seiring dengan aktivitas masyarakat terutama para penjual bakso.
Ia menyatakan, cepat dan ketepatan waktu dalam kegiatan usaha sangat penting bahkan terpenting.
“Pokoknya para penjual bakso pagi-pagi sudah datang di lapak penggilingan dan sekitar pukul 06.00 pagi mereka sudah keluar dari Kota Maumere menuju pasar sesuai jadwal hari itu,” ujarnya.
Untuk biaya penggilingan daging per kilo, lanjut Edi, seharga Rp 5.000, sementara untuk bumbu tergantung banyaknya tepung mencapai Rp 15.000 sampai Rp 20.000.
Untuk menghindari antrian pelanggan agar tidak lama menunggu, ia mempekerjakan tiga karyawan yakni Mas Budi, Mas Bagus dan Mas Aditia dan dilengkapi dengan tiga mesin penggiling daging.
“Mulanya (tahun 1976) daging ditumbuk secara manual. Sejak tahun 1989 baru menggunakan mesin penggiling. Lokasi penggilingan berpindah-pindah sebelumnya di rumah di Kota Baru, kemudian pindah ke Perumnas. Sejak dibukanya pasar Alok tahun 2007 maka penggilingan daging pindah di Pasar Alok,” jelasnya.
Yuven Fernandez