Kisah Mario, Barista Tuli Pertama di NTT yang Mahir Racik Kopi

Kupang, Ekorantt.com — Mencari pekerjaan untuk orang yang mengalami disabilitas memang tidak mudah. Keterbatasan yang dimiliki oleh mereka membuat banyak perusahan atau instansi harus memilih pertimbangan lebih untuk merekrut orang dengan disabilitas.

Pengalaman ini dialami Mario Felixianus Lengi Lado (30), disabilitas tuli di Kota Kupang. “Orang-orang seperti saya sangat sulit mendapatkan pekerjaan,” tutur Mario melalui Ike Mauboy, Juru Bahasa Isyarat (JBI).

Jumat sore, pekan lalu, tak kalah seperti barista-barista profesional lainnya, Mario menunjukkan kebolehannya meracik kopi di hadapan para wartawan di ruang Laboratorium Kopi, Kantor Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT, Kelurahan Oeleta, Oebobo, Kota Kupang.

Dengan badan yang sedikit membungkuk, kedua tanganya mengarah ke depan memberikan isyarat bahwa kopi yang baru ia racik sudah dapat dinikmati. Para wartawan pun bergegas dan menikmati kopi itu.

Mario dan ke-tujuh temannya memang baru saja mendapatkan sertifikat sebagai barista yang diselenggarakan di Pusat Pelatihan oleh 5758 Cofee Lab di Bandung, Jawa Barat. 5758 Cofee Lab adalah sebuah laboratorium kopi yang berdiri pada Mei 2016, yang mana pada tiap tahunnya membuka kelas pelatihan barista secara berkala.

Hal unik dan menarik pada Mario adalah peserta satu-satunya dan pertama kali sebagai peserta disabilitas tuli yang lolos seleksi dan diutus mewakili Provinsi NTT mengikuti pelatihan barista.

Selain itu, Mario juga menjadi peserta disabilitas tuli yang pertama mengikuti kegiatan pelatihan barista di 5758 Cofee Lab. Sebab, sejak kelas pelatihan barista dibuka, belum ada peserta pelatihan barista dari kalangan disabilitas tuli. Maka, otomatis setelah dinyatakan lulus ujian oleh tim penguji barista, Mario menjadi barista disabilitas tuli pertama di NTT.

“Saya sangat senang mengikuti pelatihan ini. Di sana saya dapat banyak pengetahuan teknik dan cara membuat kopi. Dan lebih membahagiakan ketika saya dinyatakan lolos sebagai barista. Hal ini tentu membangkitkan mimpi saya dahulu untuk dapat mempunyai usaha cafe atau kedai kopi,” terang Mario melalui Ike.

Mimpi yang Merekah Bersama Dekranasda NTT

Mimpi Mario untuk membuka usaha cafe sesungguhnya sudah ada sewaktu tamat SMA. Mimpi itu muncul karena ayahnya adalah seorang penikmat kopi. Kopi lokal Bajawa racikan tangan ibunya sangat enak menumbuhkan mimpinya untuk mempunyai kedai kopi sendiri.

 “Terkadang kopi yang diputar oleh ibu untuk ayah, saya juga minum. Dan rasanya enak sekali. Dari situ mimpi saya sudah mulai tumbuh,” jelas pria berdarah Bajawa (Flores)-Sabu ini.

Setelah lulus Sarjana Desain Grafis di Universitas Mercu Buana, Jakarta, Mario ingin mewujudkan mimpinya membuka kedai, namun kedua orang tuanya tidak menyetujui usahanya tersebut.

Mario Felixianus Lengi Lado, barista disabilitas tuli pertama di NTT (Foto: Sutomo Hurint/Ekora NTT)

Namun, Mario tak pernah putus semangat. Bak gayung bersambut, ia mendapatkan informasi bahwa Dekranasda NTT akan mengadakan seleksi bagi orang muda yang berjiwa wirausaha untuk mengikuti pelatihan barista. Setelah mendapatkan informasi tersebut, Mario pun memberanikan diri untuk mendaftar dan mengikuti seleksi.

Ia mengaku sangat gembira karena tak disangka-sangka dirinya dinyatakan lulus seleksi untuk mengikuti pelatihan barista mewakili orang muda NTT di Bandung.

Sekarang ia merasa mimpinya sudah berada di depan mata. Saat ini Mario telah menyusun konsep pembangunan kedai kopinya. Namanya adalah Café Inklusif. Sebagai simbol kesetaraan bagi teman-teman tuli dan penyandang disabilitas lainnya di NTT.

“Sekarang kami sedang mencari titik lokasi usaha Kedai Kopi Inklusif. Mimpi saya adalah dalam cafe itu nanti saya dapat memperkerjakan teman-teman tuli, saya. Karena orang-orang seperti kami sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Padahal kami juga bisa bekerja seperti orang tidak tuli,” terang Mario bersemangat.

Walaupun, masih banyak orang-orang di tengah masyarakat yang masih menganggap sebelah mata kemampuan orang-orang seperti mereka, ia sangat yakin bahwa mimpinya untuk mempunyai usaha cafe akan segera terwujud dalam waktu dekat ini sebab mendapatkan dukungan dari Ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrisno Laikodat.

“Saya sangat merasa gembira. Saya mengucapkan terimakasih kepada Bunda Julie, Ketua Dekranasda NTT yang telah memberikan kesempatan terhadap saya dan teman-teman tuli untuk mewujudkan mimpi kami,” tutup Mario.

Kesetaraan

Kisah Mario mempunyai cerita tersendiri bagi Ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrino Laiskodat. Cerita itu dimulai ketika Cafetaria Kopi Dekranasda NTT membuka seleksi bagi orang muda untuk mengikuti pelatihan barista di Bandung. Jawaban Mario bikin hati Julie luluh.

 “Orang-orang seperti mereka tidak gampang mencari pekerjaan. Saya kepingin belajar untuk membuka usaha kedai kopi atau cafe. Karena setelah saya mempunyai kedai tersebut saya dapat menggunakannya untuk mempekerjakan teman-teman tuli,” cerita Julie melalui telepon seluler.

“Menurut saya itu tujuannya sangat mulia sekali. Sehingga tanpa ada pertanyaan yang lain lagi, dia langsung saya utus untuk mengikuti pelatihan di Bandung, untuk mendapatkan sertifikat Barista,” terang Julie.

Bagi Julie, semangatnya Mario adalah motivasi bagi teman tuli dan disabilitas yang lain untuk maju mengembangkan bakat dan talenta yang dimiliki. Selain itu, Mario menjadi sumber motivasi dan mendorong pemerintah untuk lebih membantu dan memperhatikan pemenuhan hak-hak warga disabilitas baik di bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan lainnya.

“Saya yakin akan muncul Mario-Mario yang lain. Dengan segala kelebihannya yang ia miliki dapat menjadi motivasi bagi anak-anak yang lain di seluruh wilayah NTT untuk terus mengembangkan segala bakat yang ia miliki. Siapa pun itu anak NTT punya kesempatan yang sama,” tutup Julie.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA