Maumere, Ekorantt.com – Setiap manusia yang berziarah di punggung belantara kehidupan selalu memiliki cita-cita. Namun, obsesi untuk menggapai cita-cita tersebut kadang tidak terwujud karena takdir berkata lain.
Kisah ini seperti yang dialami pasangan suami istri Haji Muhammad Nasir Thamrin dan Sulisetiyawati. Keduanya rela berkorban membangun lembaga pendidikan dasar TK dan SD di Sikka sejak beberapa tahun silam.
Kalau ditilik dari disiplin ilmu yang dipilih semasa kuliah oleh kedua orang ini memang tidak pernah menyentuh bidang pendidikan. Muhammad merampungkan studi pada jurusan Administrasi Negara dan istrinya Sulis jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Pattimura Ambon.
“Cita-cita saya saat itu adalah setelah menyelesaikan studi bekerja sebagai pegawai pemerintahan tapi takdir berbicara lain,” ujar Sulis yang kini sebagai Kepala TK Islam Terpadu Permata Hati Kota Uneng Maumere ini.
Sedangkan suaminya biasa disapa Haji Muhammad Nasir juga berlatarbelakang disiplin ilmu Administrasi Negara membangun yayasan pendidikan Almultazam Maumere-Flores.
“Kiat bangun TK dan SD ini terinspirasi ketika selesai lulus kuliah mengabdikan diri selama 16 tahun menjadi guru agama Islam di Aliyah At Taqwa Beru Maumere ini walau dari disiplin ilmu Administrasi Negara. Saya pun berpikir masa orang lain bisa bangun yayasan pendidikan saya tidak bisa,” kata Nasir yang kini merangkap menjadi Kepala SD Islam Terpadu Mutiara Kota Uneng.
Nasir berkisah, sekitar tahun 2000-an ia membeli sebidang tanah dengan harga Rp 15 juta. Namun lokasi untuk pembangunan gedung penuh rawa-rawa dan becek.
“Perlahan-lahan tanah diuruk tanahnya dan mulai bangun TK tahun 2003,” ujarnya.
Tapi nada sumbang negatif masyarakat tidak bisa dielakkan. Warga justru memberi tantangan kepada pasutri itu untuk bangun gedung TK di tanah rawa-rawa dan berbecek.
“Akhirnya tanah itu disulap dengan bangunan TK dan disitulah masyarakat mulai buka mata,” katanya.
Lima (5) tahun kemudian, keduanya mulai membangun SD Islam Terpadu Mutiara Kota Uneng lokasinya berhadapan dengan TK Permata Hati. Saat ini TK Permata Hati dengan jumlah siswa 46 orang dengan jumlah guru 5 orang.
Status TK Permata Hati terakreditasi A dan menjadi Sekolah Penggerak. Sedangkan SD Islam Terpadu Mutiara jumlah siswa 140 orang, terakreditasi B dengan jumlah guru dan karyawan 14 orang.
Keduanya mengatakan membangun sekolah tidak pernah mengejar profit tapi ikhlas mencerdaskan anak bangsa.
“Walau tidak ada uang, insyah Allah banyak rezeki seperti rezeki sehat, anak-anak baik, memiliki saudara- saudara yang baik,” tutup Sulis.
Yuven Fernandez