Bajawa, Ekorantt.com – Alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonenesia (PMKRI) Cabang Ende, Yohanes Don Bosco Ponong mengingatkan tentang tantangan menjadi aktivis PMKRI Cabang Ngada. Menurutnya, kultur atau kebiasaan perpolitikan di Kabupaten Ngada yang anti kritik menjadi perhatian serius.
Peryataan tersebut disampaikannya saat memberi sambutan sebagai Ketua Panitia Kegiatan Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) PMKRI St. Stafanus Cabang Ngada pada Sabtu (26/02/2022) di Wulabhara, Kecamatan Wolomeze.
“Menjadi anggota PMKRI Cabang Ngada menjadi tantangan tersendiri, karena anda akan dihadapkan dengan kultur perpolitikan Kabupaten Ngada yang anti kritik,” kata Bosco.
Bosko menegaskan bahwa siapa pun yang berani mengkritik kebijakan publik akan dianggap sebagai musuh pribadi, karena Kabupaten Ngada sudah terbiasa dengan budaya kekeluargaan yang sangat tinggi, sehingga terjadi daya kritis yang lemah dan keburaman di mana-mana.
Menurutnya, ungkapan molo gha (biar sudah), mona (tidak) dan ma’e (jangan) akan melanggengkan setiap kebijakan publik karena tidak ada satu kelompok yang melakukan anti tesis.
“Sikap kritis dan keberanian kita di PMKRI Cabang Ngada, pasti akan mendapatkan sengergasi sosial, kita akan dibenci oleh orangtua dan keluarga kita sendiri ketika suatu waktu kalian turun ke jalan mengkritisi kebijakan yang kurang berpihak pada masyarakat,” ujar Bosco.
Untuk diketahui, PMKRI Cabang Ngada kembali melakukan penerimaan anggota baru sebanyak 21 orang yang berasal dari kampus Sekolah Tinggi Pertanian Flores-Bajawa (STIPER FB) dan STKIP Citra Bakti Bajawa.
Belmin Radho