Lembata, Ekorantt.com – Eksplorasi Budaya Lembata yang masih berjalan sejauh ini memberikan dampak yang baik untuk masyarakat adat Lembata seluruhnya. Hal ini dibuktikan dengan banyak unsur-unsur kebudayaan daerah seperti tarian, gerak, syair, dan lainnya mulai terekplorasi ke hadapan publik.
Sebagaimana pantauan Ekora NTT melalui kanal YouTube TheLOMBLEN Chanel, (1/3/2022), Eksplorasi Budaya Lembata ini memunculkan kembali apa yang disebut dengan titik pariwisata terbaik di Nereng, Kolipadan, Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.
Budaya Badu ini rupanya sudah hampir 30 tahun vakum dari kehidupan masyarakat di Lewoulun. Tentu, hari ini dihidupkan kembali oleh tua adat Lewo Puken Tanah Alapen, untuk kesejahteraan Ribu Ratu.
Ketika dihubungi Ekora NTT, pemilik kanal YouTube TheLomblen Chanel menjelaskan bahwa budaya Badu ini ada proses buka dan tutup atau (Buka Badu dan Letu Badu).
“Badu dalam istilah modern adalah proses konservasi biota laut terutama ikan yang ditentukan pada sebuah titik atau ruang yang disepakati bersama antara tetua adat (lewo puken tana alapen) tuan tanah dengan masyarakat sebagai ribu ratunya,” jelasnya.
“Kegiatan Badu ini pada zaman dahulu rutin dilaksanakan oleh para tetua adat dan pemangku kepentingan di wilayah Lewoulun (Tanjung Tuak Tobiwutun). Ketika hendak menutup teluk atau kolam yang ada dalam video ini, didahului dengan ritual adat dalam rangka membuat kesepakatan bersama untuk kemudian ditaati bersama. Ritual ini dilakukan untuk menentukan kapan mulai ditutup hingga kemudian tiba waktunya dibuka lalu dipanen bersama ribu ratu atau masyarakat hingga saatnya buka pun harus melalu ritual adat,” sambungnya.
Terlihat dalam video yang berdurasi 10 menit lebih tersebut, seorang tetua adat menyampaikan seruan dengan syair-syair indah dalam bahasa Lamaholot.
Hal yang disampaikan ini jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki arti yang sangat indah karena Lewo Puken Tanah Alapen menegaskan satu niat dan misi baru di hadapan Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday.
“Jadi ribu ratu, pi tuak tobi wutun, ekan koli pada, mata mo di moire, tilu mo di dengere, koda liko ribun pulo lei lau..,” katanya, memberi arti bahwa semua orang, punya mata untuk melihat, telinga untuk mendengar kata-kata yang disabdakan.
Mengakhiri kata-kata adat yang penuh makna, Thomas dan rombongan memberi tepuk tangan yang meriah lantaran pada momen ini, budaya Badu siap dieksplorasi dan akan menjadi satu budaya yang dihidupkan kembali setelah sekian lama vakum.
Selanjutnya, video Explore Kolam Badu Nereng ini berpindah ke pantai dan Bupati Thomas bersama rombongan yang menggunakan perahu ketinting dan langsung menyisir wilayah perairan Nereng. Terlihat, perairan lautnya begitu eksotis karena berwarna biru yang belum tercemar limbah.
Dari pesisir pantai pasir putih, semua yang hadir dan mengikuti Explore Kolam Badu Nereng ini bisa melihat awan putih berdinding langit biru. Di sisi lan, ombak yang tenang dengan laut biru memberikan nuansa yang berbeda dan enak dipandang mata.
Sementara itu, adapun pemandangan yang indah persisi di titik Badu, yang mana ada banyak tanaman bakau yang tumbuh subur dengan daun-daun berwarna hijau. Di bibir pantainya, ada beberapa perahu nelayan berlabuh.
Usai kegiatan Explorasi Kolam Badu Nereng, Thomas bersama rombongan kembali menepi di tempat awal mereka memulai kegiatan eksplorasi tersebut dan terlihat banyak masyarakat yang hadir mulai dari anak-anak SD, orang dewasa, dan para orang tua dari berbagai latar belakang usia.