Akibat Penyakit Busuk Umbi, Petani Ubi Nuabosi ‘Gigit Jari’

Ende, Ekorantt.com – Sekitar 80 hektare lahan ubi kayu milik petani di Nuabosi, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende gagal panen. Hal ini terjadi akibat diserang penyakit busuk umbi.

Para petani pun hanya bisa ‘gigit jari’ karena merugi hingga ratusan juta rupiah.

Lahan pertanian ini tersebar di tiga desa yang ada di wilayah Nuabosi: sekitar 35 hektare di Desa Ndetundora 1, 15 hektare di Desa Ndetundora 3, dan 20 hektare di Desa Ndetundora 2.

Seorang petani setempat, Aurelia Rembu mengatakan bahwa pada musim tanam kali ini, hasil panen ubi dari kebunnya menurun hingga 60 persen.

Padahal, dia bisa mendapatkan Rp24 juta dari lahan ubi kayu seluas dua hektare pada musim panen  tahun-tahun sebelumnya.

Sekarang, dia hanya menghasilkan Rp10 juta dari lahan ubi kayunya itu.

“Saya punya ada dua lahan. Yang satu lahan ini sekitar dua hektare. Tahun lalu kami bisa dapat 600  gandeng. Itu satu gandeng kita jual Rp25.000. Sekarang hanya bisa dapat 190 gandeng karena ubi banyak yang busuk, mungkin karena terendam air pada musim hujan ini,” ujar Aurelia kepada Ekora NTT, Selasa (8/3/2022).

Dia meminta pemerintah untuk membantu para petani agar bisa keluar dari masalah tersebut.

Terpisah, Kepala Desa Ndetundora 2, Ardian Renga mengatakan bahwa petani ubi Nuabosi di wilayah desanya sebanyak 150 kepala keluarga dengan luas lahan ubi kaya sekitar 20 hektare.

Kades Ardian mengaku, banyak petani mengeluh karena ubi kayu mereka diserang penyakit busuk umbi.

Hal ini, menurut Ardian, disebabkan oleh area kebun milik warga yang terendam banjir luapan kali Rowo Bere.

“Lahan warga sering terendam air pada musim hujan ini pak. Kalau sudah hujan, air di kali Rowo Bere meluap hingga masuk ke lahan warga,” kata Ardian.

“Ya, solusinya kita minta Pemkab bantu normalisasi kali ini,” tutupnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA