Ende, Ekorantt.com – Daerah Aliran Sungi (DAS) Kali Mbepa di Desa Tendambepa dan Desa Malawaru, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende belum ditata dengan baik.
Akibatnya, sungai yang mengalir ke wilayah Desa Tendakinde di Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo ini meluap dan merendam lahan pertanian saat musim hujan. Tidak hanya itu, air menggenangi jalan trans utara Flores yang membuat jalan rusak.
Bahkan, muncul juga anak-anak sungai baru yang membawa material lumpur dan sering merusak pemukiman dan lahan pertanian.
Kejadian ini sering dialami warga Tendakinde di Kaburea, warga kampung Ratetunu, hingga Kobakua.
Menyikapi hal tersebut, putra Tanajea, Aleks Leda kepada Ekora NTT mengatakan, kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah itu mesti dibenahi dan digunakan sebagai menunjang pengembangan lahan pertanian.
“Wilayah Wolowae punya potensi pengembangan pertanian yang baik. Jika DAS yang mengalir dari Tendambepa diatur dengan baik. Apakah bangun bendungan, waduk, itu untuk menekan bencana di Raterunu dan Kaburea. Kan bisa gunakan untuk stok air pada musim kemarau. Bisa untuk pertanian, ternak. Kalau lepas saja maka jalan akan rusak dan bencana banjir,” ungkap Kepala BWS Lampung tersebut.
Aleks mengangkat persoalan ini saat berdiskusi dengan Bupati Nagekeo Yohanes Don Bosco Do di Kantor Bupati Nagekeo pekan lalu.
Aleks meminta Pemkab Nagekeo untuk berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai NTT agar dapat menyikapi kondisi DAS di wilayah Wolowae.
Bupati Don pun menyampaikan terima kasih atas masukan Aleks Leda terkait penataan DAS di Wolowae.
“Memang kondisi di sana rawan bencana. Pemicunya air mengalir ke mana-mana karena banyak sungai baru di musim hujan. Nah dampak juga banyak jalan kita rusak, lahan pertanian terendam. Akan kita komunikasikan dengan pemerintah pusat. Sebagai orang BWS dan putra daerah, Pak Aleks juga kita minta untuk bantu fasilitasi,” tutur Bupati Don.