Labuan Bajo, Ekorantt.com – Aksi wisatawan yang meledakkan petasan atau kembang api di Pulau Kalong, Labuan Bajo, pada 30 Maret 2022 lalu direspon oleh peneliti Sunspirit Labuan Bajo.
Venansius Haryanto salah seorang peneliti Sunspirit ketika dihubungi Ekora NTT Sabtu (2/4/2022) mengatakan, aksi ledakan petasan kemarin tentu sangat bertentangan dengan prinsip pariwisata berbasis konservasi dalam kawasan Taman Nasional Komodo.
Lebih jauh, Venan menerangkan, semua orang sudah tahu betul akan hal ini ketika sedang berwisata ke kawasan TNK.
Bahwasanya, lanjut Venan, aktivitas pariwisata dalam kawasan TNK selama ini dilakukan dengan sangat hati-hati, agar tidak bertabrakan dengan konservasi sebagai aspek terpenting dari keberdaan kawasan TNK.
“Namun, dari aksi kemarin saya lebih tertarik untuk menyorot bagaimana reaksi orang yang begitu marah terhadap aksi tersebut,” tandasnya.
Menurutnya, amarah masyarakat luas menjadi pertanda bahwa orang tidak mau main-main dengan masa depan konservasi dalam kawasan TNK.
“Sebab itu, saya secara pribadi, sebagai orang yang selama ini terus mengikuti dinamika pariwisata dan konservasi di dalam kawasan TNK, berharap kepada semua stakeholders, secara khusus publik juga punya cara pandang yang sama terhadap model-model pembangunan atas nama pariwisata super-premium yang sangat jelas akan membahayakan masa depan TNK,” jelas alumni STFK Ledalero ini.
Venan menambahkan, satu dari sekian persoalan yang mesti menjadi perhatian serius dari publik, bahkan harus ditunjukkan dengan kemarahan jauh lebih besar dari reaksi atas ledakan kemarin adalah konsesi perusahaan-perusahaan swasta di dalam kawasan TNK yang hingga kini belum juga dicabut oleh pemerintah,” tandasnya lebih jauh.
Di sini, Venan menyebutkan perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT SKL di Pulau Rinca, PT KWE di Pulau Padar dan Komodo, PT Synergindo Niagatama di Pulau Tatawa, dan PT FLobamora-BUMD Pemprov NTT di Pulau Komodo.
“Perusahaan-perusahaan ini diberi izin menguasai lahan 500-an hektar dalam kawasan TNK untuk bangun resor-resor mewah dan jika ini dibiarkan tentu sangat berbahaya bagi masa depan konservasi serta pariwisata,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat, Pius Baut (52), mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan pemanggilan kepada para guide dan pihak kapal.
“Kemarin mereka baru pulang trip siang, langsung menghadap BTNK sampai sore, tidak bisa menghadap saya. Senin baru bisa,” kata Pius, Sabtu (2/4/2022).
Lebih lanjut, Pius sangat menyayangkan aksi tersebut bisa dilakukan oleh wisatawan.
“Harapan saya, pramuwisata harus memahami berbagai aturan yang berlaku dalam memandu wisatawan, khususnya hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama trip di dalam kawasan TNK,” sambungnya.
Untuk diketahui, para wisatawan dan pihak kapal yang terlibat dalam kejadian tak terduga ini akan bertemu Kadispar pada Senin, 4 April 2022.