Kupang Ekorantt.com – Para kepala desa di Provinsi Nusa Tenggara Timur diminta supaya membangun hubungan kerja sama yang saling menguntungkan dengan media untuk mempromosikan berbagai potensi yang begitu beragam yang ada di desa masing-masing.
Hal ini dipandang sangat penting mengingat di era digitalisasi dewasa ini penggunaan media untuk promosi telah menjadi sebuah keharusan.
Hal ini disampaikan Koordinator P3MD Provinsi NTT, Angge Kandidatus kepada Ekora NTT malaui sambungan telepon, Selasa (5/4/2022).
Menurut Angge, tidak dapat dibantah lagi bila kesuksesan sejumlah desa di bumi Flobamora ini pada akhirnya bisa terkenal di tingkat masional bahkan internasional karena kerja kades yang memanfaatkan sistem digitalisasi secara baik serta menggandeng media untuk melakukan promosi.
“Kami berharap bahwa suatu saat nanti desa-desa berkolaborasi dengan media mainstream yang saat ini telah memanfaatkan sistem digital secara baik untuk menjadi ruang bagi desa dalam memberitakan berbagi potensi desa,” tutur Angge.
Menjawab media ini terkait jumlah desa di NTT yang telah memanfaafkan sistem digitalisasi dalam mengembangkan potensi yang ada di desa, Angge menjelaskan bahwa sampai dengan saat ini belum membuat rilis data secara khusus.
Namun, dapat dipastikan bahwa ada desa yang telah menggunakannya secara baik, sehingga telah mampu mengatar desa itu menjadi terkenal hingga ke mancanegara.
Pada prinsipnya, kata Angge, dalam peraturan Menteri Desa mengharapkan pengelolan pembangunan pemberdayaan masyarakat desa sangat dianjurkan untuk menerapkan pola pengembangan berbasis digitalisasi. Terutama yang berkaitan dengan pengelolan keuangan desa.
Dalam konteks ini, skema digitalisasi untuk desa-desa di NTT telah dikembangkan sejak 3 tahun silam. Hanya saja belum begitu massif dilakukan atau ditangkap oleh seluruh aparat desa di NTT yang berjumlah 3026.
Namun sudah dipastikan ada sejumlah desa yang telah memanfaatkan sistem digitalisasi untuk promosi. Terutama skema promosi keunggulan potensi baik desa wisata, prodak unggulan di desa berupa komoditi sangat dirasa manfaatnya dengan menggunakan skema digitalisasi.
Apa yang selama ini tersembunyi dan sudah diangkat ke publik dan menjadi konsumsi umum dirasa sangat kuat bagi desa yang memiliki pemahaman yang utuh. Ada kepala desa yang telah dengan penuh pengertian memanfaatkan teknologi digitalisasi.
Angge mengakui pula bahwa ada desa yang dengan sungguh-sungguh menggunakan sistem digitalisasi itu telah mengantar desa itu ke pentas nasional bahkan internasional.
Angge memberikan 3 kesulitan ini. Pertama, berkaitan dengan aspek pemahaman (pengetahuan) aparat desa, baik kepala desa maupun anggoa BPD. Kedua, belum menjadi kebiasan baru bagi para kepala desa bahwa dengan menggunakan sistim digitalisasi akan sangat membantu mereka.
Ketiga, tambah Angge, adanya kendala jaringan internet yang belum menjangkau semua desa.
“Ada yang telah memiliki akses internet namun sinyal yang kuat masih menjadi kendala juga,” tutupnya.