Bajawa, Ekorantt.com – Belasan ibu-ibu asal Kabupaten Ngada berbagi pengalaman mereka yang berjuang melestarikan alam melalui pelestarian bambu. Tukar pengalaman itu bertepatan dengan Hari Kartini yang jatuh pada hari ini Kamis, (21/04/2022).
Perjuangan luar biasa ini dibagikan kisah pada kegiatan Bamboo Collaborative Learning (BCL) yang berlangsung di Kampus Bambu Turetogo, Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.
Albina asal Desa Inelika menuturkan dirinya mulai bergabung bersama Yayasan Bambu Lestari (YBL) sejak tahun 2019 lalu. Saat itu ia baru mengetahui bambu juga mempunyai nilai ekonomi untuk penambahan pendapatan.
“Bambu ini ada sejak nenek moyang dan yang kami tahu selama ini bambu hanya digunakan untuk kayu api, buat pondok dan kandang babi,” ujarnya.
Perjuangan untuk mengembangkan bambu, bagi dia, tidaklah mudah. Pasalnya, krisis air menjadi salah satu persoalan yang harus ia hadapi.
“Kalau musim panas air sangat sulit sehingga kadang air kami beli untuk siram stek bambu tersebut,” ucap Albina.
Selain itu, ia juga harus bekerja sebagai petani dan menyelesaikan tugasnya sebagai seorang ibu di dalam keluarga mereka.
Kisah Albina tak jauh berbeda dengan Faleria, warga asal Desa Inegena. Ia berkisah pengalaman menjadi wanita yang juga menjadi kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Faleria merasa beruntung karena dengan program YBL bisa membantunya mengatasi kesulitan terlebih membantu salah satu anggota keluarga dalam kondisi sakit.
“Saya bersyukur dengan adanya program pembibitan bambu bisa menambah pendapat saya,” ucap Faleria.
Ia berharap YBL dapat terus membantu masyarakat dalam memberi pengatahuan mengenai budidaya dan pelestarian bambu pada hari-hari yang akan datang.
Sementara Reni kerap kali mendapat sindiran dari orang terdekatnya, lantaran mulai melakukan usaha pembibitan bambu di tempatnya. Namun, berkat pendampingan dari YBL ia tetap semangat untuk melestarikan bambu.
Menanggapi cerita ibu-ibu, Prof Elizabet Widjaja, pakar bambu yang juga pendiri YBL menyampaikan apresiasi semangat ibu-ibu dalam menanam bambu.
“Dulu kami berdiskusi bagaimana NTT ini bisa tidak kekurangan air untuk irigasi, sehingga salah satu yang dilakukan adalah menanam bambu,” kata Prof Elizabet.
Menurutnya secara ekologis bambu bisa menyimpan air dan menahan longsor sehingga bisa bermanfaat untuk lingkungan.