Keluh Kesah Para Pedagang Pasar Alok tentang Pasar Liar di Sikka

Maumere, Ekorantt.com – Valerinus Abdon (57), warga Riipua, Kecamatan Mego dan beberapa ibu penjual lainnya di pasar Alok, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka mengungkapkan keluh-kesah mereka tentang pasar liar kepada Ekora NTT, Sabtu (7/5/2022).

Pasalnya, muncul pasar liar di Maumere dan portal di pasar terbesar kedua di NTT ini membuat sepi para pembeli.

Lebih jauh, Abdon mewakili sesama pedagang mengeluh soal minimnya perhatian pemerintah terhadap pedagang kecil.

Walaupun pihaknya sudah mendapat tempat jualan seadanya, lanjut Abdon, pengaruh besar kehadiran pasar liar yang belum diterbitkan justru jadi masalah utama.

“Sejak Januari 2022 lalu para pedagang pasar demo untuk menutup pasar liar tapi hasilnya belum nampak. Ini bukti bahwa pemerintah tidak berpihak pada pedagang kecil,” ujar Abdon yang ditemui Ekora NTT di Pasar Alok Maumere, Sabtu (7/5/2022).

Don ia akrab disapa, mengatakan, sejak Pasar Alok awal dibuka, ia bersama rekan-rekan pedagang kecil sudah beberapa kali dipindahkan tetapi tetap bertahan.

“Kami mau bekerja apa lagi. Hidup kami dari jualan pisang dan ubi dan barang kecil lainnya,” katanya.

Tidak hanya itu, Abdon mengatakan, jualan seperti pisang masak memang tidak tahan lama, sehingga terkadang harus dibuang atau dijadikan makanan untuk hewan peliharaan.

Miris lagi, katanya, pisang yang dibeli seharga Rp15.000 dan selanjutnya dijual dengan harga Rp10.000.

“Sekarang juga para pelanggan yang membuat gorengan pisang juga membeli pisang dalam jumlah sedikit, tidak seperti sebelum Covid-19. Apalagi ditambah harga minyak goreng naik. Susah pak!” tambah Don.

Untuk membuat asap dapur terus mengepul, dan supaya ada sisipan uang arisan dan angsuran koperasi, tiap bulan ayah 4 orang anak ini bekerja serabutan membuat kureng (red: kopra, bahasa Sikka).

Untuk membuat asap dapur terus mengepul, dan supaya ada sisipan uang arisan dan angsuran koperasi, tiap bulan ayah 4 orang anak ini bekerja serabutan membuat kureng (red: kopra, bahasa Sikka).

“Saya beli kelapa kemudian belah dan cungkil buat kopra dan jemur di belakang lapaknya. Tiap tiga hari timbang dan untung sedikit,” katanya.

Tak berhenti dengan buat kopra, tiap malam Don keliling pasar untuk mengumpulkan gelas aqua dan kardus untuk dijual ke pengepul.

“Kalau hanya harap jual pisang berarti bagaimana dengan makan-minum tiap hari dan uang sekolah anak-anak,” imbuhnya.

Sementara penjual lainnya, Maria asal Kecamatan Lela yang mempunyai 2 anak sedang berkuliah di Unipa meminta pemerintah Kabupaten Sikka untuk menutup pasar liar di Wuring.

“Kebanyakan pembeli itu berasal dari Wuring. Dulunya hanya ada Pasar Tingkat dan Pasar Alok, kami tidak seperti begini. Dengan hadirnya Pasar Wuring pendapatan kami berkurang jauh,” katanya.

Apalagi, lanjut Maria, dirinya sebagai penjual sayur hijau tidak bertahan lama. Hasil akhirnya jual dengan harga murah kepada pembeli untuk makanan hewan peliharaan.

Lain lagi dengan komentar ibu Mia penjual ubi asal Wolonmaget yang mengatakan, penataan Pasar Alok sudah bagus dan para pedagang sudah tidak berjualan di luar tapi semuanya masuk ke dalam lapak.

“Persoalannya masih ada pasar liar yang belum ditertibkan ini yang membuat sepi pembeli. Kebanyakan pembeli memilih berbelanja di Wuring. Kalau di Pasar Alok tiap kali masuk bayar Portal. Mohon pemerintah mengevaluasi kebijakan ini,” terangnya.

Terkait pasar liar dan portal di Pasar Alok, pedagang dari pasar Wairkoja, Pasar Tingkat, dan Pasar Alok pernah menggelar aksi demo menemui Bupati dan DPRD Sikka pada 31 Januari 2022 lalu.

Dalam tuntutan yang dibacakan oleh Ketua Forum Komunikasi Pengguna Pasar Kabupaten Sikka Marianus Kresensius, Forum minta pemerintah Kabupaten Sikka menutup semua aktivitas jual-beli yang terjadi di TPI Maumere, Eks pasar Geliting, menghentikan penggunaan Portal di Pasar Alok, menghentikan penagihan retribusi pasar sambil menunggu kebijakan pemerintah dan kebijakan penetapan retribusi pasar melalui proses musyawarah bersama para pengguna pasar.

Kepada Ekora NTT, Senin (9/5/2022) Marianus mengatakan, salah satu tuntutan yang sudah dipenuhi Pemerintah Kabupaten Sikka adalah penutupan aktivitas jual-beli di TPI Maumere.

Terkait portal dan Pasar Wuring yang menjadi keluhan pengguna Pasar Alok berdampak pada sepi pembeli dan penurunan drastis pendapatan pedagang kecil, Marianus bilang, tanggal 8 April 2022 pihak pengurus pasar menemui Komisi II DPRD Sikka di sela-sela Penyusunan Ranperda tentang Penyelenggaraan Pasar.

“Komisi II tidak berpendapat soal portal dan Pasar Wuring karena itu rencana dari pemerintah semata,” ungkap Marianus.

Marianus mengungkapkan dalam waktu dekat pengurus akan bertemu dengan Bupati Sikka perihal portal di Pasar Alok dan Pasar Wuring.

“Saya yakin Bupati Sikka akan mengambil kebijakan terbaik dan tidak akan menyengsarakan rakyatnya,” tutup Marianus.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA