Labuan Bajo, Ekorantt.com – Demonstrasi menolak kenaikan tarif ke Taman Nasional Komodo sebesar Rp3,75 juta sedang digelar secara besar-besaran di Labuan Bajo, Senin (18/7/2022).
Aksi demonstrasi yang diikuti Asosiasi Formapp, Askawi, Gahawisri, HPI, ASITA, Dock, Jangkar, Awstar, masyarakat, dan lainnya tersebut membawa satu tekad besar, menolak kenaikan tarif ke TN Komodo.
Dari ujung barat Pulau Flores, teriakan massa memadati jalan-jalan di Labuan Bajo dengan membawa pernyataan sikap yang tegas.
Hal ini pun datang dari Asosiasi Kapal Wisata Manggarai Barat (Askawi). Ketua Umum Ahyar Abadi bersama kawan-kawan menyatakan sikap dengan berani.
Pertama, Askawi menolak kenaikan tiket masuk TN Komodo dan tegakkan PP No 12 tahun 2014.
Kedua, 3.750.000 membunuh semua pelaku wisata di Labuan Bajo.
Ketiga, 3.750.000 adalah nominal titipan dari kapitalis. Keempat, copot Menteri KLHK dan Kepala BTNK.
Sementara itu, ada banyak slogan pada pamflet yang dibawa oleh massa yang terlibat langsung dalam demonstrasi tersebut.
“Penaikan tarif TNK 3,75 juta adalah praktik monopoli bisnis yang membunuh usaha pelaku wisata lokal. Batalkan!” bunyi slogan pertama.
Pamflet lain tertulis “Tiket naik dengan dalil konservasi sembari ratusan hektar habitat Komodo diobral ke korporasi. TIPU-TIPU ORANG BERDASI! BASI!”
Lebih jauh, permintaan massa yang ikut dalam aksi ini membawa satu teriakan yang langsung ditujukan kepada Presiden Jokowi.
“Presiden Jokowi, cabut izin perusahan-perusahan di TN Komodo,” bunyi slogan lainnya.
Tidak hanya itu, Sebastian Pandang, Ketua HPI Manggarai Barat yang dihubungi Ekora NTT pada Senin (18/7/2022) mengatakan, semua baru sembuh dari Covid-19, tetapi pemerintah menghambat lagi semua gerakan yang sudah mulai pulih dan normal.
“Ini ada kepentingan atau mafia. Ada otak orang yang rakus duit bermain di balik semua ini demi uang, tentu saja, kami tolak. Titik!” kata Sebastian Pandang.
Sebastian bilang, konservasi itu cuma alasan karena dibuat oleh provinsi, bukan dari pusat yang mengambil sikap atau langkah itu.

Sementara, Fitri W. Rodja, praktisi pariwisata mengatakan, para pendemo sudah bergerak dari BTNK menuju Kantor Bupatai Manggarai Barat.
“Massa sudah bergerak dari BTNK, karena saat kami di sana, kepala BTNK-nya kabur. Beberapa pendemo masuk untuk menemui beliau, tetapi dia menghilang,” kata Fitri.
Fitri bilang, kepala BTNK suka membuat MoU tanpa ada sosialisasi atau persetujuan, bahkan kenaikan tarif masuk ke TN Komodo terkesan mendadak atau dipaksakan.
“Dengan kekuatan yang ada, semua yang hadir, juga masyarakat, kita menolak,” katanya.